MAROON
by Rojo Libellula
ZORO menatap gadis berambut oranye yang berbaring di hadapannya. Sudah dari tadi dia sama sekali tidak bergerak. Lama-kelamaan, Zoro khawatir juga. Dia mendekatinya dan berlutut di sampingnya, lalu menyentuh pipinya. Dia merasakan panasnya suhu di kulit Nami seperti menyengatnya tiba-tiba. Zoro mengangkat kepala gadis itu dengan kedua tangannya ketika tersentak dengan sesuatu di tangannya. Perlahan dia membalikkan tubuh Nami.
"Ugh!…"
mata Zoro melebar menatap bahu Nami yang robek. Darah membasahi punggungnya, membuat Zoro semakin panik. Tanpa pikir panjang, Zoro menarik krah kemeja Nami dan memeriksa lukanya.
"Ah! Pokoknya amankan dulu lukanya sampai bantuan datang…"
Zoro membersihkan luka di bahu Nami dan membungkusnya dengan jubahnya.
Tadi saat menghadapi badai, dengan bodohnya Zoro terjun ke laut begitu saja tanpa memeriksa tali yang mengikat tubuhnya untuk menangkap Nami yang terpelanting karena terhantam tiang kapal. Setelah berhasil menangkap Nami, dia malah tersapu ombak dan akhirnya terdampar di sebuah pulau.
Sekarang dia makin stress setelah mengetahui kalau rekannya tidak baik-baik saja. Dia ingin keluar dari gua tempat mereka berlindung tetapi mengurungkan niatnya. Kalau dia pergi, mungkin saja tidak bisa kembali. Saat itu Zoro mengakuinya, ternyata buta arah memang menyedihkann…
Zoro menambahkan ranting ke api unggunnya, membuat Nami tetap hangat.
"…zoro.."
"Ah! Kau sudah bangun.."
"..ugh…", Nami mencoba bangun tetapi rasa sakit di bahunya membuatnya kehilangan keseimbangan. Dengan cepat Zoro memegang bahunya, dan membuatnya tetap terbaring.
"Bahumu, luka parah. Sementara aku cuma bisa melakukan itu, sampai bantuan datang…ngg…kau tahu…aku tidak bisa pergi…"
Biasanya Nami akan tertawa atau meneriakinya 'bodoh!', tetapi dia hanya tersenyum menatap Zoro yang merasa bersalah.
"berapa lama aku tidur?"
"Dari malam, aku rasa sudah sekitar 7 jam"
"Lalu sudah berapa lama badai berhenti?"
"Sekitar 5 jam yang lalu"
Nami berusaha duduk, tidak menghiraukan rasa sakit di bahunya dan wajah Zoro yang khawatir. Dia mulai menggambar di tanah. Beberapa saat kemudian dia menatap Zoro yang sudah agak mengerti dengan yang dilakukan Nami.
"Setidaknya di kapal ada Robin yang bisa kita andalkan. Pulau terdekat saat kita berlayar ada di sebelah barat laut, kemungkinan ini pulau itu…"
Zoro mendengarkan Nami baik-baik. Hanya dia satu-satunya jalan keluar. Akhirnya mereka memutuskan untuk keluar mencari Luffy dan yang lain. Saat Nami berusaha berdiri, Zoro berlutut membelakanginya.
"Eh…?"
"Begini bisa lebih cepat"
Nami tersenyum dan naik ke punggung Zoro.
Setelah berlari beberapa lama ke arah yang ditunjukkan Nami, akhirnya mereka melihat bendera topi jerami. Going Merry merapat di sebuah teluk.
Dari jauh, Nami dan Zoro bisa melihat Usopp yang menunjuk-nunjuk ke arah mereka. Dan dari kejauhan pun Nami bisa melihat mata Sanji yang berbentuk hati.
Setibanya di kapal, Zoro memanggil Chopper dan membawa Nami ke kamarnya setelah menendang Sanji untuk menjauh. Sebelum Zoro meletakkan Nami ke tempat tidurnya, dia berbisik di telinga Zoro.
"Terima kasih"
Zoro tersenyum dan keluar meninggalkan Robin dan Chopper di dalam bersama Nami. Di luar Sanji sudah menunggunya dengan serangan tendangan mautnya, tetapi Zoro yang biasanya dengan senang hati melayani tantangan Sanji hanya melewatinya.
"oohh…alis keriting. Maaf, aku kurang tidur"
"AAAAAAAHHHH……..!! DASAR MARIMO!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA NAMI-SAYAAAAAAAAAAANG……!!"
TAMAT
