Breaking Routines
Summary: "Tetapi mereka tidak peduli—mereka tidak bisa peduli—karena jujur saja, bahkan setiap saat paling menyakitkan dalam rutinitas ini masih terasa begitu menyenangkan." / Hibari, Chrome, dan kadang-kadang Mukuro. Semi-AU. Dark theme. Sort of drabble-ish.
Disclaimer: Katekyo! Hitman Reborn © Amano Akira. All rights reserved. The author does not gain any commercial profit from publishing this story.
Main characters: Hibari Kyouya, Chrome Dokuro. Some Mukuro LOL-ing in the background.
Rate: T for violence and, maybe, some swearing. Kamfret emang si Hibari, dia susah dibikin IC kalau gak jahat. Err.
coretdansayamasokisakutsoalfangirlinginOTPsendiricoret
Genre: Hurt/Comfort, Drama
Universe yang sama seperti di mana TYL!Chrome meninggalkan Vongola untuk mengejar Mukuro, dan Tsuna 'tewas' (yep, sebelum kedatangan Vongola 10th Generation ke masa depan di Future Arc). Tetapi, di sini timelinenya berkisar antara 2YL sampek 5YL, dengan jeda waktu setiap scene yang dipisah di sini gak jelas. Dan Mukuro masih belum dibawa kabur (?) dari Vendicare. Paham?
/merunduksebelumadayangnimpuk/
#nowplaying Ling Tosite Sigure – Fragile.
Please, enjoy yourself.
English Dictionary
Routine (n): a sequence of actions regularly followed, a fixed program.
CHROME DOKURO dikenal sebagai seseorang yang menyenangi kehidupan yang teratur. Bukan keadaan alamiahnya untuk hidup ala nomaden seperti yang biasa dijalaninya saat hidup bertiga—berempat, dengan Ken, Chikusa dan tentu saja… Mukuro-sama. Dan sejak ia mulai hidup sendirian dengan bantuan dana dari Mukuro-sama dan CEDEF, hidupnya berubah drastis. Kini, ia dapat menerapkan rutinitas yang nyaman dan selalu didambakannya.
Pada jam 07.00 pagi, ia akan bangkit dari tempat tidurnya. Merapikan ranjang kecil itu sedikit, sebelum beranjak untuk mandi dan merapikan diri. Kemudian ia akan membuat roti panggang—selembar, diolesi selai cokelat tebal-tebal. Tidak kurang, tidak lebih—dan memakan sarapannya dengan cepat. Setelah selesai dengan sarapannya, ia akan keluar dari apartemennya dan bertemu Sasagawa Kyouko di tengah perjalanannya menuju sekolah.
(Senyum cerah yang diberikan salah satu dari sedikit orang yang dapat disebutnya teman tersebut, entah kenapa selalu memberikannya keberanian… dan Chrome Dokuro menghargai segala macam bentuk keberanian, sekecil apapun mereka. Selalu.)
Pukul 17.00 sore, mereka akan berjalan pulang bersama dengan Bos, Gokudera, Yamamoto, Ryouhei, Hana dan tentu saja Kyouko sendiri, melewati Taman Namimori dalam perjalanan mereka. Di sana, Chrome akan undur diri untuk berjalan ke arah yang berbeda, karena apartemennya terletak di arah yang berlawanan dengan arah yang dituju teman dan rekan-rekan Penjaga-nya.
Dan ketika bayangan mereka yang menjauh dari pandangan mulai mengabur, Chrome mengalihkan pandangannya kepada sosok hitam berjubah yang berdiri di ujung lapangan, tak diperhatikan oleh siapapun.
Hibari Kyouya menatapnya lurus, tonfa dalam keadaan siap, diam tak bergeming tanpa sepatah kata pun terucapkan. Tetapi ia memang tidak perlu mengatakan apa yang ia inginkan.
Chrome pun meraih trisulanya, memasang ilusi yang mencegah orang-orang untuk dapat melihat apa yang akan terjadi di sana, dan tanpa kata-kata ia dapat merasakan Mukuro-sama mengambil alih tubuhnya.
Pukul 19.00 malam, Chrome akan kembali pulang ke apartemennya yang sepi dan tak tersentuh seharian. Ilusi yang dipertahankan Mukuro-sama membantunya menyembunyikan lebam dan luka-luka kecil yang diperolehnya dari pertarungan Mukuro-sama dengan sang Penjaga Awan, sehingga tidak ada satu orang pun yang menatapnya dengan tatapan yang mengganggu.
(Karena, tidak peduli apa yang mereka katakan, selama itu tubuhnya yang dipakai, maka semua hasil pertarungan akan tetap terukir di tubuhnya sendiri, bukan pada Mukuro-sama.)
Dalam keadaan terhuyung, ia membersihkan diri serta luka-lukanya. Kemudian ia mengobati luka-lukanya dengan pengetahuan pertolongan pertama yang didapatnya—Ken dan Chikusa mengajarinya beberapa trik, karena pengobatan dari rumah sakit hanya untuk orang-orang yang sedang tidak dikejar penegak hukum, tentunya. Meskipun tidak banyak, paling tidak rasa sakitnya mereda.
Pada pukul 20.00 malam, ia pun menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan dari sekolah. Makan malam yang terdiri dari persediaan makanan cepat saji yang ia tumpuk di kabinet dapur selesai dilahapnya sebelum pergi ke kamar kecil untuk menggosok gigi.
Dan tepat pada pukul 21.00 ia akan pergi tidur, meninggalkan dunia yang tidak pernah begitu disukainya ini untuk sementara mengunjungi Mukuro-sama—yang selalu datang, kendati tak pernah dipanggil.
"Chrome," kata Mukuro-sama perlahan, tertawa kecil sembari mengelus rambutnya dengan—Chrome berani berharap sedemikian banyak—gestur tubuh yang penuh kasih sayang. Bunga sakura jatuh berguguran di sekeliling mereka, dan suasana begitu nyaman, begitu damai sehingga Chrome tidak lagi perlu diyakinkan bahwa ini semua hanya mimpi yang akan sirna begitu ia terbangun. Hangatnya tangan Mukuro-sama hanyalah satu-satunya yang ia pedulikan saat itu. "Chrome-ku yang manis."
Kedamaian tersebut berhasil membawanya melupakan kehidupan di dunia fana yang melelahkan untuk sejenak.
Dan saat ia bangun, sebagian besar luka-lukanya telah lenyap. Mukuro-sama pasti telah melakukan sesuatu terhadap mereka saat ia tertidur. Dengan gerakan yang tidak banyak berubah dari hari-harinya sebelumnya, Chrome pun bangkit untuk melanjutkan menjalani hari itu seperti biasa.
Rutinitas memang tidak seharusnya dilepaskan, bukan?
Sore itu, ia dapat merasakan rasa sakit yang diterima tubuhnya saat dirinya terbanting ke suatu permukaan yang kasar. Chrome mendadak juga dapat merasakan kehadiran Mukuro-sama menipis—padahal ini belum pernah terjadi selama pertarungan-pertarungan lainnya dengan Hibari—, dan ia dapat mengendalikan dirinya lagi. Chrome terbatuk, berusaha mengeluarkan debu yang melayang dari sistem pernapasannya.
Tonfa Hibari ditempel ke lehernya dengan kekuatan yang sebenarnya tidak begitu perlu—panas, menusuk, perih. Bibir bawahnya sobek dan ada memar menyakitkan di pahanya, tetapi ia hanya dapat terfokus pada kedua mata sewarna besi yang berkilau milik Hibari. Kedua mata itu tertuju kepadanya. Tatapan yang diberikannya terasa tajam seakan menembus jiwanya.
"Mati," bisiknya. Suaranya serak, peluh dapat dilihat bercucuran di dahinya. "Sekali lagi, mati, Rokudou Mukuro."
Tidak ada yang peduli dengan posisi terancam yang Hibari berikan. Tertindih di atas tanah berpasir dengan tonfa yang mengancam akan mengoyak lehernya, Chrome hanya menatap pria tersebut balik dengan ekspresi kosong tercermin di matanya.
Dan tawa tanpa rasa pun menggema entah dari mana.
Meskipun demikian, senyaman apapun rutinitas ini baginya, ada beberapa saat di mana Chrome terpaksa menghentikan rutinitas tersebut untuk hal-hal yang lebih penting—saat-saat di mana Bos membutuhkan bantuannya untuk mempertahankan Vongola. Ketika ada ancaman dari Famiglia lain, Chrome tidak pernah menolak permintaan bantuan yang diberikan bosnya. Dengan setia, gadis berusia lima belas tahun tersebut akan bahu-membahu dengan keempat rekan Penjaga-nya yang lain untuk melindungi semua orang.
Lima, jika kau menghitung Penjaga Awan yang hanya akan datang jika akan ada pertarungan yang punya kesempatan untuk memuaskannya.
Merunduk, ujar Mukuro-sama dalam kepalanya. Mengatur setiap geraknya seperti memainkan boneka dengan tali. Kanan. Kiri. Lompat. Mundur. Jangan lengah. Ada jebakan.
Dengan patuh Chrome mengikuti kata-kata Mukuro-sama. Dan dua, tiga, lima peluru gagal terbang menembus tengkoraknya, suaranya berdesing kencang di telinga. Tetapi Chrome sudah tidak heran akan ketepatan direksi dari tuannya tersebut—Mukuro-sama selalu menjaga punggungnya, dan Chrome tidak pernah meragukan fakta itu barang sedetik pun.
Kemudian sudut matanya menangkap bayangan Hibari yang masuk ke medan pertempuran, tonfa bernoda darah. Diayunkannya tangan kanannya, dan musuh pun terhantam keras. Hibari menyongsong bahaya dengan maju jauh lebih ke depan, menghadapi musuh-musuh lain… dan tanpa sengaja masuk tepat ke dalam perangkap yang tadi disebut Mukuro-sama.
"Penjaga Awan!" teriak Chrome tanpa dapat menahan diri. "Di bawahmu!"
Hibari langsung melompat mundur—dan benar saja, ledakan-ledakan kecil yang dapat berbahaya jika terkena kontak langsung terjadi tepat di tempatnya tadi menjejakkan kaki. Untuk sementara, Chrome tidak dapat melihat apapun selain debu—tetapi ketika awan debu menipis, tatapan mereka bertemu.
Ungu dengan hitam.
Lalu Chrome mengalihkan tatapan untuk mencari Bos, dan Hibari pun lenyap dari pandangan.
Ada kalanya ilusi yang dipertahankan Mukuro-sama agar orang-orang tidak memerhatikan luka-luka bekas pertarungannya—yang belum sempat tersembuhkan—tidak berfungsi dengan sewajarnya. Hal itu wajar terjadi, mengingat Mukuro-sama tengah berada di belahan dunia yang lain, terperangkap dalam penjara-air Vendicare sementara dirinya tinggal di Namimori, sehingga kekuatan Mukuro-sama tidak dapat tersalurkan secara maksimal.
"Chrome-chan? Pipimu terlihat memar… apa ada yang terjadi?"
Mengerjapkan mata, Chrome ditarik dari lamunannya sore itu. Mereka semua sedang dalam perjalanan pulang. Kyouko tengah memperhatikan setiap geraknya dengan kekhawatiran yang tampak jelas, sementara rekan-rekannya yang lain—termasuk Bos—mengawasinya dengan perasaan cemas yang kurang-lebih sama. Entah kenapa, Chrome merasa mereka tahu bahwa luka-luka tersebut tidak dihasilkan dari pertarungan-pertarungan mereka dengan Famiglia lawan. Chrome pun memanggil api Kabut-nya dan memperkuat ilusi yang dibuat Mukuro-sama.
"Tidak ada apa-apa, kok. Mungkin kau salah lihat."
.
.
.
Tetapi Chrome tidak peduli—ia tidak bisa peduli—karena jujur saja, bahkan setiap saat paling menyakitkan dalam rutinitas ini masih terasa begitu menyenangkan.
.
.
.
Ada kalanya Hibari tidak akan muncul selama berhari-hari dan Chrome hanya akan menghabiskan jam kosong sorenya dengan bermain ayunan sendirian di taman. Tetapi juga ada kalanya ketika Chrome sedang berjalan di sudut kota lain dalam waktu santainya, masih sendirian, dan tiba-tiba Hibari akan muncul dengan tonfa siap menghajar—maka Chrome juga harus siap dengan trisulanya sendiri untuk memasang ilusi bagi orang luar dan memanggil Mukuro-sama. Setelah itu, seperti biasa, Mukuro-sama dan Hibari bisa bertarung sesuka hati.
Akan tetapi, hari itu—
"Berhenti."
Chrome mengerjapkan mata. Sekali, dua kali. Tetapi Hibari tidak memberikannya kesempatan untuk bertanya.
"Kali ini, jangan libatkan orang luar." Hibari perlahan maju mendekatinya, aura mengancam tidak terlepas dari dirinya. "Hanya kau, aku, trisula terkutuk itu dan tonfa ini. Sekarang."
Chrome ingin memprotes. Dari awal, yang melibatkan mereka dalam rutinitas ini kan Mukuro-sama. Dan Mukuro-sama bukanlah orang lua—
Sebelum ia dapat mengutarakan pendapatnya, suara tonfa membelah udara dalam kecepatan tinggi menutup celah bagi suara-suara lain, bahkan suara dari dalam pikirannya.
Menggenggam erat pegangan trisulanya, ia pun melawan.
Dan untuk pertama kalinya, pikirannya kosong dari Mukuro-sama.
Hal itu terus berlangsung, tanpa sadar mengganti bagian dari rutinitas itu. Hibari akan menantangnya untuk bertarung—menantangnya, bukan Mukuro-sama, dan Chrome harus berusaha sendiri agar dapat pulang hidup-hidup.
Sering kali, pertarungan mereka yang tak kenal lelah diakhiri dengan Chrome terkapar di tanah berpasir dan Hibari—tonfa tergores di beberapa bagian, menatapnya dengan tatapan dingin tanpa rasa, tetapi hari ini lain.
Chrome tengah memiting Hibari ke tanah, ujung trisulanya terarah mengancam ke leher Hibari, napas mereka sama terengah-engahnya. Dan pada saat itulah Chrome dapat melihat sesuatu yang lain—sesuatu yang benar-benar lain, selain emosi dingin yang haus darah yang biasa mengisi mata sang prefek Namimori.
Chrome bertanya-tanya apa matanya dipermainkan cahaya, tetapi kali itu juga, ia merasa melihat pengakuan di kedua mata sewarna besi Hibari Kyouya yang ditatapnya.
Di dalam mimpinya, ilusi-ilusi buatan Mukuro-sama makin lama makin lemah. Bayangannya dapat mengabur sekali-dua kali—terkadang ilusi bunga sakura yang jatuh berguguran akan berhenti di udara atau langit mendadak mendung dan tidak bersahabat. Akan tetapi, ketika Chrome menanyakan sebabnya kepada Mukuro-sama, Mukuro-sama tidak pernah mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Dan setelah itu semua akan menjadi gelap dan Chrome akan terbangun tiba-tiba, keringatnya merembes ke pakaian tidurnya yang tipis. Degup jantungnya akan terasa tidak stabil, dan tubuhnya bergetar hebat.
Karena mendadak kehadiran Mukuro-sama akan terasa begitu jauh.
Chrome menunduk, menghindar, menyerang, berperan sebagai boneka Mukuro-sama dengan baik dan dengan tingkat kepatuhan yang tinggi. Sekarang mereka tengah berada dalam pertempuran melawan salah satu mantan aliansi Vongola Famiglia—yang memisahkan diri dan berbalik menyerang mereka kini. Di sebelahnya ada Yamamoto, sama sekali tidak ada keringat menetes dari kulitnya yang terekspos kendati mereka sudah bertarung selama lebih dari empat jam, tangannya memegang katananya dengan mantap dan menerjang musuh. Api tipe Hujan-nya melahap setiap serangan yang dilancarkan oleh musuh. Dengan partner seperti dia, Chrome merasa sisi selatan bagian perlindungan mereka akan baik-baik saja. Ia justru bertanya-tanya akan keselamatan bosnya di sisi barat.
Chrome, fokus, tegur Mukuro-sama. Arah jam dua. Tipe Badai.
Melakukan manuver mendadak—melompat ke belakang dengan gerakan memelintir udara dan tangan kirinya menggenggam erat pegangan trisula—Chrome menghindari tembakan senjata api yang dilapisi api dengan tipe sama seperti milik Gokudera tersebut. Akan tetapi, sesaat setelah sepatunya menyentuh tanah, bumi bergetar hebat—suara Mukuro-sama bergaung di kepalanya—dan—
Chr—!
"Di belakangmu."
Chrome memutar tubuh untuk menghadapi Hibari, yang karena satu dan lain hal sudah berada di belakangnya, dengan tubuh seseorang—Chrome mengenali seragam yang dikenalnya, sudah pasti musuh—yang sudah tidak bergerak tergeletak di kakinya. Hibari menebas udara dengan tonfanya untuk menyingkirkan noda darah yang tersisa.
Kemudian, di kepalanya, Mukuro-sama tertawa.
Agak kompetitif, Hibari-kun kita itu, eh?
Chrome mengernyitkan dahi, tidak memahami apa yang terjadi, tetapi beberapa ledakan yang terjadi di balik punggungnya pada detik berikutnya menyita seluruh perhatiannya.
Dan beberapa waktu kemudian, Chrome menemukan dirinya berdiri di ambang pintu apartemennya dengan Ken dan Chikusa yang sudah lama tidak berhasil ia temukan, berdiri di depannya. Sembari berusaha untuk mengatasi keterkejutannya, ia bersuara, memanggil nama mereka. "…Ken? Chikusa…?"
Tidakkah mereka tahu bahwa setiap jengkal dari apartemen ini diawasi CEDEF?
Tidakkah mereka tahu bahwa Chrome sudah lama mencari posisi pasti keberadaan mereka?
Tetapi Chikusa hanya menggeleng, memintanya menepis segala pikiran tersebut seraya berkata, "Mukuro-sama membutuhkan kita."
Kata-kata itu menghapus segala macam keraguan yang pada awalnya Chrome miliki.
Ancaman Millefiore sudah tidak tanggung-tanggung. Banyak anggota Vongola ditangkapi dan dibunuhi, menebar ketakutan pada aliansi-aliansi Vongola yang lain dan memaksa mereka untuk memutuskan bantuan mereka terhadap Vongola. Semua terjadi seperti perburuan penyihir. Kendati situasi ini mendesak Vongola untuk bersembunyi sementara, Sawada Tsunayoshi tidak juga gentar melancarkan perlawanan—karena perang ini, perang hebat ini bukan hanya melibatkan Vongola, tetapi juga semua orang di Namimori. Semua orang yang mereka bersumpah akan lindungi seperti keluarga sendiri.
Tetapi di sinilah Chrome, berdiri di depan pintu kamarnya dalam markas tersembunyi Vongola yang dibangun di bawah Namimori, dan untuk yang keseratus kalinya menggumamkan alasan pembenarannya. Ia hanya membawa trisulanya, sebagai senjata satu-satunya, serta tas jinjing kecil sebagai perbekalan.
Aku harus pergi, ulangnya dalam hati. Bahkan Bos dan Vongola membutuhkan Mukuro-sama. Aku harus pergi menyelamatkannya. Mukuro-sama pasti akan membantu kita.
Vongola dalam keadaan terdesak. Mereka butuh bantuan. Ini tidak lain demi Bos sendiri.
Aku tidak salah. Aku memang harus pergi.
Akan tetapi, saat ia berjalan untuk keluar dari salah satu pintu tersembunyi, ternyata sudah ada orang yang menunggu di sana.
Chrome berdiri, mematung. "Penjaga Awan—"
"Kau memutuskan untuk pergi."
Hibari Kyouya bahkan tidak ingin menatapnya tepat di mata. Pria itu berdiri, bersandar pada dinding dalam pakaian serba hitamnya, menatap lurus ke arah tembok di depannya seakan Chrome tidak pantas untuk mendapat barang sekadar lirikannya saja.
Chrome, menyadari betapa mungkin tindakannya terlihat seperti tindakan seorang pengecut, tidak memilih untuk mendebat sang ketua Foundation. Mereka tidak punya cukup waktu. Ia memutuskan untuk berjalan mendekati pintu keluar tanpa mengacuhkan pria tersebut, tetapi kata-kata berikutnya membuatnya berhenti memutar kenop pintu.
"Bahkan selama ini… selalu?"
Tangan Chrome membeku di kenop pintu.
Kendati Hibari tidak bicara banyak—Hibari memang tidak pernah bicara banyak, bahkan dalam pertarungan-pertarungan mereka di masa lalu—, Chrome memahami maksudnya. Yang dipertanyakan adalah, setelah semua yang terjadi, apa baginya selalu, Mukuro-sama di depan Vongola; selalu, Mukuro-sama di depan kepentingan teman-temannya—keluarganya; selalu, Mukuro-sama di depan keselamatan dirinya sendiri.
Tetapi Hibari tidak perlu memahami dirinya. Hibari tidak perlu tahu bahwa meski keselamatan Mukuro-sama memang tujuan utamanya dalam melakukan pembangkangan ini, Chrome masih meletakkan masa depan Vongola—masa depan Bos, Gokudera, Yamamoto, Lambo, Ryouhei, semua orang di Namimori dan bahkan Hibari sendiri—sebagai dasar atas tindakan tak terpuji yang akan ia lakukan ini.
Maka, ia tidak perlu memberikan penjelasan.
Chrome pun menjauhi pintu sejenak, trisula di tangan kirinya dan tangan kanannya menyentuh, mengusap pipi kiri sang Penjaga Awan dengan lembut. Wajah pria tersebut dingin tanpa ekspresi, menatapnya dengan tatapan yang sulit digambarkan.
Bibirnya menyentuh pipi Hibari dalam sebuah kecupan singkat.
"Terima kasih atas segalanya, Hibari-san."
Dengan itu, Chrome berjalan melewati pintu dan hilang dalam desauan angin.
Hibari masih tidak bergerak dari tempatnya bersandar ke dinding, bahkan ketika Chrome pergi. Tidak ada emosi terlihat di wajahnya, tetapi kecupan yang diberikan Chrome kepadanya terasa seperti tamparan keras.
Ia memang punya alasan kuat untuk membenci para pengguna api Kabut, ternyata.
Dan kini, di sinilah Hibari Kyouya berdiri, bersandar di dinding, bunyi 'bip' mesin menemaninya sekali tiap beberapa waktu. Di hadapannya, terbaring versi sepuluh tahun lebih muda dari Chrome Dokuro yang baru saja melewati masa kritis kehilangan organ internalnya. Dengan bantuannya, gadis tersebut berhasil menarik sejumlah besar kekuatan dan berdiri—untuk yang pertama kalinya, sendiri, tanpa Mukuro.
Hibari mengingat betapa ringkih tubuh tersebut dalam kedua tangannya, berbeda dengan yang diingatnya dari Chrome Dokuro yang asli. Chrome Dokuro yang ini begitu lembut, begitu rapuh, jauh berbeda daripada yang selama ini diingatnya.
Tetapi, tetap saja ada sesuatu yang tidak pernah berubah.
Yaitu panggilan nama Mukuro yang keluar dari bibir sang Penjaga Kabut setiap beberapa waktu sekali—panggilan bernada rendah, pilu, diulang seperti mantra, seakan nama tersebut dapat menyembuhkannya.
Setelah kondisi gadis tersebut menjadi lebih stabil, Hibari tidak lagi melihat manfaat dari tetap berada dalam satu ruangan yang sama dengannya. Suara langkah kaki Hibari yang menjauh dari ruang pengobatan menggema memenuhi koridor markas.
.
.
.
Tetapi Hibari tidak peduli—ia tidak bisa peduli—karena jujur saja, bahkan setiap saat paling menyakitkan dalam semua ini masih terasa begitu menyenangkan.
Fin.
Yep. Hibari itu pragmatist by nature (dan ini bikin saya bertanya-tanya, barangkali goldarnya lebih ke B dibandingkan O seperti yang dibilang orang-orang). Dan seumur hidupnya, gak bakal pernah dia mengucapkan kata-kata herbivorous macam "I love you" atau derivat-derivat tsundere-ish lainnya. Itu cuma—bukan dia.
Dasar sosiopat merangkap Disney Princess gadungan.
Btw, yang lebih penting, saya suka kebiasaan Chrome untuk mengecup pipi semua orang saat mereka berlaku baik terhadapnya XD That is so cute. Omong-omong, ada yang tahu kalau-kalau dia pernah melakukan hal yang sama terhadap Gokudera, Yamamoto, Lambo atau Ryouhei? Tidak? Eh.
Tapi, yeah, sama Ryouhei pasti cute. Kebayangnya dia bakal flustered trus berkali-kali ngingetin diri kalau Hana nungguin dia di rumah. Dengan ekstrim.
