Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei
Dinding Kaca milik Ozellie Ozel
Rate : T
Pairing : SasuHina
Prompt : Bikini (Summer)
Genre : Romance
Warning : Gajeness, Sinetronisme, Gak Sesuai EBI, OOC, Boring, Typos.
...
YOU HAVE BEEN WARNED
JUST FUCK OFF, IF YOU DON'T LIKE THIS STORY , PAIR, AND ANYTHING ABOUT IT
...
Dinding Kaca
...
Happy Reading
...
Aku berdiri di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi boneka indah berbalutkan pakaian khas musim panas. Bikini model terbaru, baju santai dengan hotpants super ketat, dan tentunya kacamata hitam stylist, menjadi daya tarik yang membuat tempat ini selalu dikunjungi ramai oleh para kaum wanita khususnya.
Tubuh langsingku yang berbalut bikini berwarna ungu tampak begitu memukau. Tubuhku yang berhadapan dengan dinding kaca membuat orang-orang selalu memandangku.
Sudah pasti aku tak akan risih. Ini sudah menjadi makananku sehari-hari, yaitu menjadi pusat perhatian. Tentu saja aku tak akan gugup maupun malu. Justru ada perasaan senang yang terselip di hatiku saat beberapa wanita menghentikan langkah hanya untuk melihat wajah dan tubuhku. Mereka mengagumiku, lalu mereka akan memutuskan untuk masuk ke dalam dan mendekatiku.
Namun beberapa minggu belakangan ini tampak berbeda. Salah satu dari sekian orang yang berdiri di depan dinding kaca adalah lelaki. Dia terpaku menatapku. Selalu seperti itu. Selama sepuluh menit menatapku, namun tak berani masuk untuk sekedar menyapaku. Aku sendiri pun hanya diam dan pasrah tanpa melakukan apapun. Toh aku tak mengenalnya juga.
Waktu terus berganti. Untuk kesekian kalinya aku melihat pria dengan rambut raven yang mencuat ke atas. Aku sendiri merasa risih saat mata kelamnya selalu terpaku padaku. Semua terasa menjijikkan sekaligus menggelikan di saat yang bersamaan. Seolah aku ingin menertawakan kedunguannya, juga memarahi kegenitannya.
Di musim panas pertengahan April ini, aku melihatnya kembali. Dia datang dengan setelan formal seperti yang biasa dia kenakan. Sama seperti yang sudah-sudah, dia tetap berdiri di depan dinding kaca, dan tak melepaskan atensinya pada tubuhku.
Aku ingin marah!
Aku ingin berteriak!
Bayangkan saja, selama satu menit mata kelamnya tak juga berhenti menelusuri lekuk tubuhku dari ujung rambut hingga ujung jemari kaki. Matanya mengulitiku, seolah ingin melumatku hingga habis. Dia sungguh mengesalkan. Namun aku sendiri pun tak bisa melakukan apa-apa.
Aku kaku dan terpaku, saat dia memilih untuk masuk ke dalam ruanganku sekarang. Langkah kakinya begitu ringan, sepertinya dia tak sabar untuk mendekatiku. Bahkan bisa kulihat dengan jelas, bibirnya melengkung lebar. Jantungku berdegup cepat. Ini sensasi yang menggelikan bagiku. Ada jutaan kupu-kupu di perutku.
Kakinya berhenti melangkah saat tubuh kami saling berhadapan. Dia diam, dan aku pun begitu. Kami saling bertatapan. Sorot matanya membuat hatiku teduh. Saat dia menggenggam tanganku yang keras dan dingin, aku ingin menjerit senang.
Ini gila!
Untuk pertama kalinya aku bisa merasakan gejolak ini. Dan semua itu hanya karena pria bersurai raven yang berdiri di hadapanku.
Aku yang bingung, karena dia selalu memandangku.
Aku yang geli, saat para wanita menjulukinya si pria maniak.
Aku yang marah, karena matanya seolah menelanjangiku.
Aku yang senang, saat dia mendekatiku.
Dan aku yang jatuh cinta, saat dia menggenggam tanganku.
"Kau hidup!"
Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku, bisa kudengar suara kalemnya.
Namun mataku sesaat melebar. Tangannya mencengkeram lembut telapak tanganku yang hangat.
"Kau hidup?" Dia menatapku seolah tak percaya.
Dia menggoyangkan pergelangan tanganku. Kukunya sedikit menggores lenganku. Akh! Aku yakin jika nantinya ada luka baret disini. Namun aku tak kunjung mendapati luka itu, yang ada malah pergelangan tanganku berdarah.
"Kupikir selama ini kau adalah manekin?"
Mataku masih terpaku pada darah yang muncul dari pergelangan tanganku. Darah... tak mungkin aku bisa berdarah. Aku manekin! Tanpa napas, tanpa darah, tanpa jantung, tanpa perasaan, dan tanpa akal.
Tetapi kenapa laki-laki yang dihadapanku ini bisa membuatku tampak hidup.
"Tuan, ingin membeli bikini ini untuk kekasih Anda?" Wanita ini bernama Ino. Dia pemilik butik, dimana aku berada sekarang.
Tubuhku kembali dingin dan kaku seperti biasanya. Darah yang sebelumnya menetes, kini berhenti.
"Astaga, Hinata tergores!"
Tangan plastikku tergores. Itu adalah area yang sebelumnya berdarah.
"Tuan, jangan mencengkeram patung seperti ini!" Ino terlihat kesal pada lelaki tersebut. Sayangnya pria itu tak menggubris apapun yang dia katakan. "Hinata adalah patung tercantik di butik saya!"
Pria itu masih memandangku. Lagi-lagi kami saling bertatapan satu sama lain.
"Aku ingin membelinya!" ujar pria itu tanpa melepaskan tatapannya dari mataku. "Aku ingin membeli Hinata!"
Mata Ino terbelalak. "A-Anda pikir Hinata adalah sex doll?"
Pria itu menghela napas panjang. "Akan kubeli dia sepuluh juta yen," katanya.
Ino meneguk ludahnya. "Keluar Anda dari sini! Dasar sinting!" teriaknya marah.
Namun lelaki itu tak kunjung pergi. Dia masih bernegoisasi dengan Ino. "Akan kubeli seluruh pakaian yang ada di butikmu, asalkan aku bisa membawa Hinata pulang!"
Seluruh umpatan dari mulut Ino berhenti keluar. Dia menatap pria itu dengan wajah sumringah. "Anda serius?" tanyanya.
Pria itu mengangguk. "Sebutkan saja berapa totalnya!" ujar lelaki itu dengan suara datar.
"Satu juta dolar Amerika!" Ino tersenyum puas.
Pria itu mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya. Tampaknya dia akan mengirimkan total uang yang Ino inginkan. "Rekeningmu!"
Ino mengucapkan nomor rekeningnya dengan suara lantang.
"Kau bisa cek uangnya sudah kukirim atau belum!"
Ino berjalan menuju kasir dan mengambil ponselnya. Dia mengecek transaksi rekening melalui ponsel. "Ya Tuhan! Aku kaya! Aku kaya!" Ino berteriak girang. Dia berlari ke hadapan Sasuke seraya membungkuk. "Tuan berikan saja alamat, Tuan, nanti akan saya antar semua barang-barang ke rumah Anda!"
Pria itu menyodorkan kartu nama pada Ino.
"Uchiha Sasuke," gumam Ino. "Arigatou gozaimasu, Uchiha-sama!" serunya bersemangat. "Nanti sore, semua pakaian di butikku akan dikirim ke alamat ini."
Pria yang bernama Sasuke itu diam saja. Dia malah menggendong tubuhku yang kaku ini keluar dari butik.
Aku sangat bahagia karena telah terbebas dari sangkar emas.
Perlahan tubuhku yang sebelumnya ringan, kini memberat. Kakiku yang menjulur lurus, kini terjuntai ke bawah. Beban tubuhku yang diangkat Sasuke di pundaknya semakin menyakitkan bahunya. Kulitku yang terbuat dari plastik, kini menjadi kulit yang sesungguhnya.
Entah apa yang terjadi pada diriku. Yang pasti, setiap bersama Sasuke, aku bisa menjadi manusia seutuhnya.
"Aku juga pernah sama sepertimu. Di musim dingin, aku berdiri dengan pakaian khas winter, dan bersanding denganmu."
Telingaku bisa mendengar gumaman Sasuke entah apa maksudnya, yang jelas aku yakin ada maksud yang ingin dia utarakan.
"Hinata..."
Aku terlonjak kaget saat dia menyebut namaku.
Bibirku bergetar ingin membalas ucapannya. Aku berusaha sekuat mungkin, dan akhirnya berhasil. "S-Sasuke-kun," Suaraku keluar untuk yang pertama kalinya.
...
END
...
Dedicated to #SummertoWinter 1 by Hinata Centric Indonesia
