Desclaimer: Tite Kubo

Pairing: IchiRuki

Genre: horror/Mistery

Rate: M

Warning: AU, OOC, Typo bertebaran, bahasa ancur, kata-kata kurang dimengerti EYD berantakan dan segala macam warning lainnya. Disarankan untuk membaca chapter sebelumnya yang berjudul 'Haunted Mansion'

Inspirasi by : cerita ini saya ambil dari drama misteri ilahi yang dulu sering ditayangkan di TV

Sinopsis : Rukia dan Ichigo adalah pengantin baru. Mereka membeli sebuah rumah yang terletak dideretan paling akhir di sebuah komplek di Kota Karakura. Rumah yang mereka tempati begitu indah dan nyaman namun terdapat misteri di dalamnya, Rukia sering kali diganggu oleh sesosok hantu wanita. Anehnya, hantu tersebut hanya menampakkan diri kepada Rukia, setiap kali Rukia melihat hantu itu ia selalu menyuarakan permintaan tolong kepadanya. Ada apakah dengan rumah yang mereka tempati? Dan mengapa hanya Rukia yang diganggu oleh hantu tersebut?

"Obakeyashi"

Lanjutan dari fic yang berjudul "Haunted Mansion"

Happy Reading ^_^

;;

;;

;;

"Ng…"

Dengan terpaksa Rukia membuka matanya saat dirasakannya sinar matahari mengenai wajahnya. Pelan-pelan Rukia bangun dari tidurnya. Rukia memegang kepalanya saat rasa pusing mulai menghampiriya, ia mencoba mengingat sesuatu-mimpinya.

'Aku tidak ingat apa pun…' ucapnya pada diri sendiri. Rukia menoleh ke samping tempat tidur, Ichigo sudah tidak ada di sampingnya.

"Dimana Ichigo?"

Rukia hampir menjerit ketika dirasaknnya sepasang lengan yang merengkuh tubuhnya dari belakang. "Kau sudah bangun?" tanya Ichigo sambil semakin mengeratkan pelukannya.

"Hm…"

Jawaban singkat dari Rukia membuat Ichigo memandang bingung istrinya. "Ada apa Rukia? Apa kau sakit?" ucap Ichigo sambil membalikkan tubuh Rukia agar menghadap ke arahnya.

"Entahlah Ichi, aku merasa baru saja bermimpi buruk, tapi aku tidak ingat apa yang kumimpikan. Saat berusaha mengingatnya tiba-tiba kepalaku menjadi pusing." tutur Rukia perlahan sambil memandang suaminya.

"Mungkin itu hanya mimpi biasa, tidak perlu kau pikirkan. Sekarang tidurlah lagi, mungkin itu akan membuatmu keadaanmu menjadi lebih baik." ucap Ichigo sambil tersenyum lembut. Rukia menggeleng, "Tidak… aku haru menyiapkan sarapan untukmu."

"Tidak usah, biar aku yang memasakkan sarapan untukmu, kau tidurlah." Tolak Ichigo lembut namun tersirat kekhawatiran di nada bicaranya. "Aku tidak apa-apa Ichi... eh? Kau tidak bersiap-siap berangkat ke kantor?" tanya Rukia ketika melihat Ichigo masih mengenakan pakaian tidurnya.

Ichigo tersenyum, "Untuk beberapa hari ke depan aku minta cuti kerja."

"Hhee?!… kenapa?"

"Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, kenapa? Kau tidak mau menghabiskan waktu bersamaku?" goda Ichigo sambil berbisik di telinga istrinya. Diamnya Rukia dengan wajah merona sudah merupakan jawaban bagi Ichigo. Denga perlahan Ichigo mulai mendekatkan wahjahnya membuat Rukia refleks menutup matanya.

Tinggal beberapa senti lagi bibirnya dan bibir Rukia akan bersentuhan. Ichigo tidak maju ataupun memundurkan wajahnya, Ichigo hanya menatap diam Rukia. Meneliti setiap inci yang terdapat di wajah mungil istrinya, matanya yang tertutup, pipinya yang merona serta bibirnya yang sedikit kemerahan membuat Ichigo ingin sekali menyerang istrinya tersebut. Namun tidak ia lakukan mengingat kondisi Rukia yang lemah beberapa menit yang lalu.

Ide jail terlintas di kepala Ichigo saat melihat Rukia tetap menutup matanya, " Apa yang kau tunggu Rukia?"

Rukia segera membuka matanya, dilihatnya Ichigo sedang menyeringai ke arahnya. "Kau menggodaku!?"

"Ha ha ha… maaf, maaf, sekarang kau pergilah mandi." Pinta Ichigo sambil mengacak rambut istrinya.

"Hm…" dengan wajah cemberutnya Rukia pun turun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju ke arah kamar mandi.

;;

;;

Rukia memulai acara mandinya dengan menyalakan shower, air pun mulai mengalir dari atas kepalanya. Rukia merasa segar saat air dingin itu mulai membasahi seluruh tubuhnya, sambil memejamkan mata ia pun menikmati acara mandinya.

Beberapa menit berlalu, suasana sepi di sekitarnya mulai terasasa aneh. Perlahan perasaan tidak enak menghampirinya saat dirasakannya air yang semula dingin menjadi terasa lengket di kulitnya. Dengan perhalahan Rukia membuka mata, mata ungu gelapnya membulat dengan sempurna saat melihat tubuhnya dipenuhi dengan darah.

Rukia mengamati aliran darah yang mengalir di tubuhnya, pandangannya terhenti saat melihat ada sepasang kaki berdiri tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Dengan takut Rukia mengarahkan pandangan ke atas, dapat dilihatnya seorang pria dengan wajah pucat serta rambut yang berwarna hitam sedang mengubur seseorang di dinding kamar mandinya.

Rasa mual menghampiri Rukia saat melihat potongan-potongan tubuh berjatuhan di dekatnya. Rukia melihatnya, seorang pria berambut silver tewas dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Tangan kanannya hilang, kepalanya hampir putus dari tempatnya serta bagian isi perutnya berceceran dimana-mana.

Kedua pria itu. Entah mengapa Rukia pernah melihat mereka disuatu tempat. Tapi dimana? Mata Rukia terbelalak saat dilihatnya orang yang seharusnya sudah mati itu membuka matanya, pria berambut silver itu menyeringai ke arah Rukia.

Rukia semakin takut saat disadarinya pria berwajah pucat yang masih bergelayut dengan pekerjaannya itu tiba-tiba menoleh ke arah Rukia sambil menyeringai, sekop dan pisau yang dipegangnya diarahkan ke arah Rukia. Dengan cepat pria itu pun menerjang Rukia.

"TIDAKK… ICHIGO!"

;;

;;

BRAK

"Rukia?!" Ichigo mendobrak pintu kamar mandinya sendiri saat mendengar teriakan Rukia.

"Rukia ada apa?" tanya Ichigo khawatir saat melihat Rukia yang duduk meringkuk di lantai.

"Rukia?" tanya Ichigo lagi sambil menyelimuti tubuh Rukia dengan handuk.

"…" Rukia tidak menjawab, ia hanya diam dengan tatapan kosong. Melihat tingkah aneh Rukia, Ichigo pun membawa Rukia keluar dari kamar mandi.

Sesampainya di kamar, Ichigo mendudukkan Rukia di tempat tidur, pandangan matanya masih kosong entah apa yang dipikirkannya. Melihat Rukia seperti itu membuat Ichigo bingung. Dengan perlahan ia peluk tubuh mungil istrinya. "Tenanglah Rukia, aku ada di sini, kumohon sadarlah," ucap Ichigo lembut.

Perlahan warna mata Rukia mulai kembali dan Rukia mulai membalas pelukan Ichigo, "Rukia?" Ichigo memandang lega wajah istrinya, Rukia sudah kembali sadar. "Apa yang terjadi Rukia?" tanya Ichigo lembut.

Rukia terdiam berusaha mengingat apa yang terjadi dengannya beberapa detik yang lalu, "Entahlah, aku… tidak ingat apapun," jawabnya lemah. Melihat keadaan Rukia yang mulai terlihat aneh membuat Ichigo khawatir.

"Apa kau benar baik-baik saja?" Rukia hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya.

"Mungkin lebih baik kita di rumah saja hari ini, pergi ke taman bermainannya lain kali saja."

"Taman bermain?" ulang Rukia. Ichigo mengangguk, "Iya, aku berencana membawamu ke taman bermain yang berada di dekat sini."

Rukia mengerjap bingung, mengapa Ichigo mengajaknya ke taman bermain? "Mengapa ke taman bermain Ichi?" tanya Rukia bingung. Ichigo tersenyum canggung sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Dulu, sebelum kita menikah. Kau pernah berkata bahwa kau ingin kencan pertama kita sebagai suami istri di taman bermain. Kupikir hari ini adalah waktunya."

Rukia tersenyum bahagia saat mengetahui Ichigo masih ingat akan permintaan konyolnya. "Aku sudah tidak apa-apa Ichigo, kau tidak perlu membatalkan rencana hari ini. Dan terima kasih telah memenuhi permintaanku." Rukia memeluk erat Ichigo. Mengutarakan betapa bahagianya ia memiliki suami seperti Ichigo.

;;

;;

Rukia Pov

Hari ini aku dan Ichigo akan ke taman, bisa dibilang ini adalah kencan pertama kami sebagai suami istri. Dengan semangat seperti anak kecil aku pun pergi menghampiri Ichigo yang sedang menungguku di luar.

Sesaat aku merasakan ada tatapan tajam ketika aku melawati pintu yang terletak di samping kiri tangga yang menuju ruang keluarga. Tak menghiraukan perasaan aneh yang mulai menghampiriku aku pun segera berlari menghampiri Ichigo.

"Maaf membuatmu menunggu." ucapku yang hanya dibalas dengan senyum lembutnya.

Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil, Ichigo pun mulai menjalankan mobilnya ke arah taman.

Disepanjang perjalanan aku dan Ichigo saling bercerita tentang masa-masa kami pacaran dulu, sering kali pertengkaran kecil terjadi yang membuat suasana di dalam mobil menjadi ramai. Kemudian kami diam setelah tidak ada bahan obrolan lagi.

Tiba-tiba perasaanku mulai tidak enak, aku terdiam merasakan perasaan aneh yang terasa begitu menakutkan. Perasaan ini pernah kurasakan sebelumnya. Perasaan takut yang luar biasa, nafasku mulai tidak teratur dadaku bergemuruh. Apa yang terjadi? Mengapa aku merasakan perasaan seperti ini?

"Ne~ Apa kau senang?"

Deg! Apa ini? Kenapa perasaanku menjadi tidak enak? Suara itu? Aku pernah mendengar suara itu sebelumnya. Suara itu berasal tepat di sampingku, tunggu! Bukankah aku hanya berdua dengan Ichigo? Lalu mengapa suara itu berada tepat di tempat yang seharusnya Ichigo tempati?

Kuberanikan diri untuk menoleh ke samping. Mata besarku membulat dengan sempurna ketika kulihat seorang lelaki berkulit pucat tengah menatap lurus ke arah depan sambil memegang kemudi. 'Siapa dia? Lalu dimana Ichigo?' tanyaku pada diri sendiri.

Kutatap lekat pria yang duduk di sampingku itu. Entah mengapa aku pernah melihat pria itu, tapi dimana? Pria itu memiliki tubuh yang ramping dengan rambut berwana hitam serta kulit bewarna pucat seperti mayat.

"Apa kau senang..." lelaki itu kembali bertanya, namun dengan intonasi yang berbeda.

"... Hime?"

Pria itu menoleh ke arahku sambil tersenyum lembut. Tunggu, bukankah lelaki itu baru saja menyebutkan nama seseorang? Dan nama itu… 'Hime'?

Deg! Seketika ketakutanku semakin meningkat ketika kudengar tawa pelan seorang gadis di samping kananku. Aku menoleh lambat. Kulihat seorang wanita cantik dengan rambut panjang tergerai yang berwarna orange kecoklatan duduk tepat di samping kananku. Wanita itu tersenyum manis.

"Huum... Aku sangat senang Ulqui-kun..." ucap wanita itu yang kuketahui sekarang bernama Hime sedangkan lelaki yang berada di sisi kiriku bernama Ulqui.

Aku menunduk mulai berpikir, 'Ada apa ini?!' pikiranku menjadi tidak karuan. Tapi entah mengapa aku pernah mengalami halusinasi seperti ini. Tapi kapan? Tiba-tiba sebuah tangan dingin mengangkat wajahku.

"Hiks~... Tolongh..."

Wanita cantik itu berbicara denganku tepat di depan wajahku, wajah wanita itu kini dipenuhi dengan warna merah seperti darah, bibir pucat wanita itu bengkak, wajahnya penuh dengan goresan. Aku berusaha menjauhkan wajahku dari wanita itu, berusaha melepaskan tangan yang memaksaku untuk terus menatapnya, namun tangan wanita itu terlalu kuat. Perutku terasa mual saat mata yang berwarna abu-abu itu hampir lepas dari tempatnya.

Tidak! Aku takut! Tolong aku Ichigo!

"kia..."

"RUKIA!"

Aku terpenjat kaget mendengar teriakan Ichigo. Dengan pelan aku memandang sekelilingku. Tidak ada Hime maupun Ulqui, yang ada hanya Ichigo yang memandang cemas ke arahku. Segera kupeluk tubuh besar Ichigo berusaha menghilangkan ingatan akan kejadian yang baru saja aku alami. Apakah itu hanya halusinasiku?

Kurasakan belaian hangat di kepalaku, beberapa detik kemudian Ichigo mulai membalas pelukanku, diusapnya lembut punggungku berusaha memenangkanku yang masih terlihat gemetar. Ah, pelukan Ichigo memang yang paling nyaman buatku.

"Apa yang terjadi Rukia? Kau terlihat pucat?" tanya Ichigo lembut.

"Aku baik-baik saja, hanya saja biarkan aku memelukmu." Ucapku sambil terus memeluk tubuhnya.

Ichigo diam, ia terus memelukku sambil sekekali mencium kepalaku. Setelah beberapa menit aku pun melepaskan pelukanku kutatap wajah Ichigo yang masih memandang cemas ke arahku. "Apa sebaiknya kita pulang saja? Kau terlihat sakit, Rukia."

Aku menggeleng dan tersenyum ke arahnya. "Aku baik - baik saja Ichigo, aku sudah lebih baik... lagipula kita sudah sampai di taman." ucapku sambil tersenyum.

Ichigo terlihat berpikir namun beberapa detik kemudian ia tersenyum dan mulai mengajakku ke taman.

Rukia End Pov

;;

;;

Disisi lain tidak jauh dari taman tempat Ichigo dan Rukia berada terdapat sebuah rumah kecil yang dikelilingi oleh pepohonan yang besar. Rumah tersebut nampak sederhana, di seklilingnya ditumbuhi rumput-rumput kecil yang tumbuh dengan lebat. Tidak jauh dari rumah tersebut terdapat sungai kecil dan di sebrang sungai itu terdapat ladang bunga dengan berbagai macam warna, sunggu pemandangan yang indah.

Terlihat seorang lelaki paruh baya duduk di depan rumah tersebut, di depannya terdapat kanvas yang menampilkan lukisan seorang wanita cantik dengan warna mata abu-abu serta rambut orange kecoklatan yang di sanggul anggun di kepalanya dan tidak lupa kimono putih panjang bercorak bunga sakura yang dikenakannya. Pria itu menatap sendu hasil lukisannya, matanya yang berwarna hijau tersebut menyiratkan kerinduan, kekecawaan, kesedihan dan kemarahan sekaligus.

Pria itu-Ulquiorra adalah seorang seniman yang berbakat, ketika Ulquiorra berumur 12 tahun ia sudah sering di panggil untuk menjadi guru di berbgai kelas melukis. Ia juga sering dimuat diberbagai majalah karena karyanya yang begitu anggun dan indah. Karyanya yang paling terkenal adalah lukisan seorang wanita cantik, yang merupakan pacar sekaligus tunangannya, karyanya itu diberi nama 'My Love'.

Namun semenjak hilangnya sang kekasih beberapa tahun yang lalu, Ulquiorra pun mulai pensiun dari dari dunia karrier, ia juga sudah tidak lagi muncul dari media manapun. Ulquiorra memutuskan untuk hidup menyendiri. Dan di sinilah ia berada, di sebuah rumah kecil yang jauh dari hiruk piruk perkotaan.

Ulquiorra menatap kembali hasil lukisannya, namun kali ini dengan pandangan dingin. Tiba-tiba ia berdiri, mengambil lukisannya, tidak lama setelah itu lukisan yang ia buat dengan sempurna itu ia lemparkan ke arah sungai.

"Mengapa aku tidak bisa melupakanmu? Mengapa aku begitu merindukanmu? Mengapa kau mengkhianatiku? Padahal aku begitu mencintaimu…"

Ulquiorra menghentikan kalimatnya sejenak, matanya menatap lukisan yang kini telah hanyut terbawa arus sungai. Ulquiorra menutup matanya kemudian melanjutkan kalimatnya yang sempat tertunda.

"Hime ... "

Tepat setelah Ulquiorra menyelesaikan kalimatnya sesosok wanita yang kini diketahui namanya adalah 'Hime' itu kini berdiri tepat di belakangnya. Hime menatap sendu punggung di depannya, Hime menangis mengeluarkan air mata darahnya.

'Aku mencintaimu Ulqui-kun'

;;

;;

Saat ini Rukia dan Ichigo sedang duduk di bangku yang terletak di tengah taman, terlihat Rukia yang sedang duduk membelakangi Ichigo dengan wajah yang cemberut.

"Berhenti cemberut Rukia." Bujuk Ichigo kepada istri kesayangannya itu.

Beberapa menit yang lalu Rukia memaksa Ichigo untuk menemaninya menaiki wahana jet coaster yang tentu saja di tolak keras oleh Ichigo karena mengingat kondisi aneh Rukia beberapa jam yang lalu, Ichigo tidak mau mengambil resiko yang akan membahayakan istrinya. Dan inilah hasilnya, Rukia tiba-tiba cemberut dan tidak mau bicara padanya.

"Ayolah Rukia, apa aku harus menciummu terlebih dahulu agar kau mau memaafkanku?"

Rukia tak bergeming, masih tidak mau menatap Ichigo meskipun suaminya itu mulai melakukan aksi menggodanya. Perlahan Ichigo mulai mendekatkan dirinya, memeluk Rukia dari belakang sambil sesekali mencium pipi Rukia.

"A-apa yang kau lakukan Ichigo?" Rukia mulai bergerak gelisah saat Ichigo semakin mengeratkan pelukannya, wajah Rukia mulai memerah saat menyadari ia dan Ichigo menjadi pusat perhatian.

"Iya! Iya! Aku akan memaafkanmu! Sekarang bisakah kau lepaskan aku?" ucap Rukia salah tingkah yang hanya dibalas dengan kekehan menyebalkan Ichigo.

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" goda Ichigo sambil mendekatkan wajahnya ke arah Rukia. Membuat Rukia semakin salah tingkah.

"Ichigo!"

Ichigo tertawa pelan kemudian mulai melepaskan pelukannya. Rukia mulai membalikkan tubuhnya menghadap Ichigo. Mereka tertawa bersama, sungguh pasangan yang aneh sekaligus serasi-begitulah pikir orang-orang yang menyaksikan kelakuan pasangan pengantin baru itu.

'Ne~ Ulqui-kun, Aku ingin coba memasuki rumah hantu itu'

Perasaan Rukia kembali terusik tatkala ia mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Dan perasaan takut itu kembali hadir ketika mata ungu gelapnya menangkap sepasang kekasih yang berjalan tak jauh dari tempatnya saat ini. Dapat dirasakannya sepasang kekasih itu kini menyeringai ke arahnya.

'Bukankah mereka?'

Seketika suasana di sekitar Rukia berubah, Ichigo tidak lagi ada di hadapannya, suasana taman yang semula ramai kini menjadi sepi. Pasanga yang Rukia tau bernama Ulqui dan Hime itu kini mulai menghampirinya, tidak hanya satu tapi puluhan. Pasangan itu mengelilingi Rukia layaknya segerombolan semut. Rukia diam terpaku, wajahnya pucat dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya.

'Kau ingin naik apa lagi hime?'

'Aku ingin naik bianglala, ah aku juga ingin melihat kembang api.'

'Aku ingin makan ice cream ulqui-kun.'

'Ulqui-kun aku mencintaimu.'

Suara-suara itu terus menggema dikepalanya. "Hentikan! Jangan ganggu aku!" Rukia berteriak histeris. Rukia semakin kuat menutup telinganya, suara-suara itu uterus terdengar. Rukia menunduk sambil memeluk erat tubuhnya sendiri. Ia takut, lelah akan semua halusinasi yang terlihat begitu nyata di matanya.

Tiba-tiba suasana di sekelilingnya menjadi sepi, tidak terdengar apa pun, bahkan suara beberapa detik yang lalu terus terdengar kini telah hilang. Perlahan Rukia mulai mengangkat kepalanya, matanya sukses membulat ketika di lihatnya setumpuk mayat tak berbentuk berserakan tepat di depan matanya.

Mayat itu tidak lain adalah mayat Hime karena kepala Hime yang telah lepas dari tubuhnya itu tersusun secara melingkar di hadapan Rukia. Kepala Hime menghadap ke atas sehingga Rukia dapat melihat banyaknya mata Hime yang memandang kosong ke arahnya. Bibir Hime yang membengkak itu tiba-tiba bergerak.

"Hiks... Toll... Lhonnghh.. Hiks.."

Rukia menatap horror susnan kepala di hadapannya. Suara memilukan itu kembali terdengar, Rukia kembali menutup kuat telinganya. Tak tahan dengan kejadian-kejadian mengeringakan yang terus menghantuinya membuat Rukia mulai berteriak frustasi.

"TIDDAAKKK!"

Pandangan Rukia menghitam dan Rukia kembali pingsan untuk kesekian kalinya.

;;

;;

Ichigo tak hentinya tersenyum saat ia berhasil menggoda Rukia, pandangannya mulai terarah ke bianglala yang kini masih berputar, hari semakin sore. Sepertinya mengajak Rukia naik bianglala untuk melihat matahari sore bukanlah ide yang buruk.

"Apa kau mau naik bianglala Rukia?"

"..."

"Rukia?" ulang Ichigo sambil mengarahkan pandangan ke arah Rukia. Dilihatnya Rukia terdiam dengan wajah yang sangat pucat, "Rukia!" Ichigo kembali memanggil Rukia, didekatinya tubuh Rukia yang sama sekali tidak bergerak itu.

"Oi Rukia! Kau kenapa?!"

Rukia tetap tidak bergeming. Tubuhnya semakin gemetar, matanya membulat dengan sempurna dan tak lupa keringat yang membasahi wajah kecil istrinya itu. Ichigo mulai panik. Tak tahu harus berbuat apa. Hati Ichigo menjadi sakit saat melihat wajah ketakutan dari istrinya.

"Rukia! Sadarlah! RUKIA!" Ichigo berteriak frustasi membuat orang disekelilingnya menatap heran ke arahnya. Ichigo berniat untuk mencari bantuan, namun langkahnya terhenti saat mendengar teriakan histeris Rukia. Segera ia berbalik dan melihat tubuh Rukia yang hampir jatuh ke tanah.

"RUKIA!"

;;

;;

"Dia hanya syok. Mungkin ada beberapa hal yang dipikirkannya hingga membuatnya kelelahan."

Begitulah ucap dokter, setelah melihat Rukia yang pingsang Ichigo segera membawanya ke klinik terdekat.

"Apakah istriku benar-benar tidak apa-apa?" tanya Ichigo untuk kesekian kalinya.

"Tentu, bahkan ia sudah bisa dibawa pulang hari ini." ucap sang dokter sambil menulis beberapa resep obat untuk Ichigo.

"Baiklah kalai begitu. Terima-"

"Ngh... Ichi-go?"

Ichigo berbalik cepat menghampiri Rukia. "Aku di sini Rukia."

"Ichigo? Dimana ini? Bukankah… kita sedang di taman bermain?" tanya Rukia lemah sambil berusaha untuk bangun. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi namun tidak satupun yang ia ingat, selalu seperti ini.

"Kita di klinik yang berada tidak jauh dari taman. Kau pingsang beberapa jam yang lalu, jadi aku membawamu ke sini." jawab Ichigo sambil membantu Rukia.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Ichigo lembut yang kemudian di jawab dengan anggukan lemah dari Rukia.

"Kurasa anda harus banyak istirahat dan jangan terlalu memikirkan hal-hal yang nantinya akan membuat keadaan anda semakin buruk." Ucap dokter kepada Rukia.

"Kurasa Dokter benar. Mulai besok aku akan menjagamu Rukia, dan aku tidak ingin adanya penolakkan!" tegas Ichigo.

;;

;;

Beberapa hari kemudian keadaan Rukia sudah mulai membaik. Rukia meminta Ichigo agar ia pergi bekerja hari ini mengingat Ichigo sudah lama tidak pergi bekerja semenjak mereka mulai menyiapkan pesta pernikahan.

"Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Ichigo. Sebenarnya Ichigo ingin terus menjaga Rukia sampai keadaan Rukia benar-benar sembuh total, namun Rukia bersikeras menyuruhnya untuk berangkat ke kantor hari ini.

"Aku tidak apa-apa Ichigo, percayalah." Rukia berusaha meyakinkan Ichigo yang masih memasang wajah khawatir. Dengan terpaksa Ichigo pun menuruti kemauan Rukia tidak lupa memberikan kecupan selamat jalan kepada Rukia.

"Aku berangkat. Kalau ada apa-apa kau telpon aku!"

Rukia mengangguk dan tersenyum. Setelah Ichigo pergi, Rukia memutuskan untuk membersihkan rumah dan memasak makanan kesukaan Ichigo. Rukia berniat mengambil peralatan kebersihan yang berada di samping kanan tangga. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu yang berada tepat di samping kiri tangga.

Tiba-tiba kakinya melangkah ke arah pintu. Di depan pintu tersebut tertulis tulisan "GUDANG" yang sangat besar. Rukia yang penasaran dengan apa yang ada di dalam gudang tersebut. Ketika akan membuka pintu tiba-tiba ada sebuah benda jatuh di samping kakinya.

Rukia menatap benda yang tergeletak di samping kakinya itu. Perlahan Rukia menunduk dan mengambil benda yang ternyata sebuah papan persegi panjang berukura 3x6 sentimeter dengan ukiran manis di sekelilingnya. Di atas papan tersebut tertera nama seseorang seperti sebuah papan nama.

"Orihime Inoue…"

Rukia membaca pelan nama yang tertera di papan tersebut. Entah mengapa Rukia merasa familiar dengan nama itu, Rukia terus berpikir hingga ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedang berdiri di belakangnya.

;;

;;

;;

To be continued

Author Note :

Yattaaaa… akhirnya bisa update fic ini setelah 3 tahun tidak pernah update lagi -3- meski sudah lama gak ngetik tulisan tetap amburadul begini #bungkukdipojokan.

Fic ini lanjutan dari chapter sebelumnya yang berjudul 'Haunted Mansion' , jadi bagi yang belum baca disarankan untuk membaca chapter sebelumnya ya biar mengerti jalan ceritanya ^_^

Jadi sudah mulai tau kan siapa orang-orang yang sering hadir di dalam pikiran Rukia?

Oke balas review dulu

Guest : hai, salam kenal juga Guest-san ^_^ ini sudah update meski dengan judul yang berbeda.

Sudah bisa menebak kan siapa hantunya? Hehe, gak kok, hantunya gak bakal nyerang Ichi, tenang saja :D maunya juga ada lemonnya tapi berhubung ini genrenya mystery jadi lemon IchiRuki ditunda dulu ya ^_^

Prab SukebeTechnika : Yoroshiku ne ^_^ iyaa makasih sukannya, gimana dengan chapter ini? Sudah lebih baik kah? Hehe

Kirain Kin : Haloooo jugaa Kin-san~ iyaa ini udah masuk ke rate M, makasih sarannya, semoga chapter ini sudah lebih baik pendeskripsiannya ya hehe

Grey'Sweet'Blue : chapter ini sudah panjang kah? Semoga chapter ini bisa membuat Grey-san mengerti ya ^^

Dhiya chan : ini udah upadate dan sudah mulai bisa menebak apakah Gin juga termasuk hantunya atau bukan hehe… tenang saja Dhiya chan Hime gak akan apa-apain hubungan IchiRuki kok ^_^

Lala-chan ssu : salam kenal juga lala-chan~ iya gak papa hehe, ini udah update, semoga suka dengan chapter ini ya :D

Uki the Great : Halloooo Uki-senpai~ ini sudah update, sudah mulai kerasakah horrornya? :D

Cleondy OnyxCherry : ini udah update, Hime gak nerror Rukia kok, ada alas an kenapa Hime ganggu Rukia terus hehe

Mechachan : iya gak papa, makasih sudah menyempatkan diri untuk review, ini udah update ko ^_^

: ini udah update ^_^

Cinnamons tea : huum, tapi ada alasannya ko :D

Putririvani : ini udah update :D

Yosh semoga kalian suka dengan chapter ini, kritik dan sarannya author terima dengan senang hati sampai ketemu dichapter selanjutnya~