Our Manager

1/5 part

Ugii

Yoonmin

Yoongi x Jimin

Vhope

Typo.

Ini beneran ngga di edit.

Enjoy

Jimin melangkah lesu manakala kakinya berpijak pada lantai berubin putih di luar ruangan kesiswaan yang beberapa saat lalu ia kunjungi.

Sejauh ini Jimin belum pernah berurusan dengan guru bp, mengingat catatan pelanggarannya hampir bersih dari dosa-dosa nista siswa sekolah kebanyakan.

Namun sesuatu terjadi di semester lalu. Saat itu ia mengikuti kompetisi dance antar sekolah. Bukannya menang, Jimin malah menanggung malu dan cidera di pergelangan kakinya karena terjatuh saat melakukan gerakan memutar dengan tumpuan satu kaki.

Hal itu berujung pada pencabutan izin orang tuanya pada club tersebut.

Sebagai siswa yang taat, Jimin harusnya mengisi lembar ekskul nya. Namun karena tak ada kegiatan club yang menarik minat hatinya, Jimin akhirnya membiarkan buku kegiatannya itu polos bebas dari coretan.

Tentu hal itu mendapat teguran dari sekolah yang membuatnya di libatkan dalam sebuah meja bersama guru konselingnya yang hmmmm cukup menyeramkan.

Panjang lebar pria separuh baya itu menjelaskan betapa pentingnya kegiatan club untuk menunjang kekurangan nilai yang bisa bisa saja Jimin alami.

Ada beberapa pilihan sebenarnya.

Vocal, Jimin mempunyai suara yang cukup merdu. Suara lembutnya bahkan bisa membuat seseorang berlayar ke pulau kapuk dalam sekali helaan nafas jika ia mau. Namun anggota club tersebut rata rata perempuan semua, Jimin tak tahan kalau berada di tengah kerumunan mereka lama lama. Bisa pecah nanti gendang telinganya.

Pmr, mendengarnya saja kulit Jimin langsung meremang. Asal tau saja, Jimin itu takut darah. Bida bisa nanti teriakannya lebih kencang dari si korban.

Pencinta alam? Hell, bakhan Jimin lupa kapan ia berjalan ketaman kompleksnya. Jadi mana sudi dia menaiki gunung melewati lembah dan menyebrangi lautan hanya untuk sebuah catatan kegiatan. Ia lebih rela akhir pekannya di habiskan dengan hanya tidur dan berguling guling hingga ranjangnya berantakan tak karuan. Singkat kata Jimin itu pemalas.

Jadi apa yang harus Jimin lakukan?

Pemuda berparas manis itu menghempaskan pantat sexy nya di kursi yang berderet memanjang di depan kelasnya. Menunggu Taehyung_sahabat sehidupnya_ yang belum kembali dari kantin.

Masih ada sepuluh menit untul bel sekolah berbunyi. Tapi nampaknya Jimin tak ada niatan untuk menyusul ke tempat makan. Perutnya sudah kenyang menelan bulat bulat ocehan gurunya tadi.

"Hei Chim, bagaimana?"

Mendengar suara yang begitu ia hafal membuat Jimin menoleh. Ia mendapati wajah blank Taehyung. Ia membiarkan sahabat seperjuangannya itu duduk terlebih dahulu sebelum menceritakan nasib sial yang menimpa telinganya.

"Kalau seminggu aku tak mendapat kegiatan club semua nilai mata pelajaranku di pangkas rata 5 poin."

Mendengar kabar tersebut, mata Taehyung membulat terkejut. Namun didetik berikutnya tatapan itu berubah lembut yang sarat akan perhatian.

"Dan kau belum memilih?"

Jimin mengangguk sambil menunduk.

Ia kesal. Kesal pada dirinya sendiri yang tak bisa cepat mengambil keputusan. Jujur, ia sudah jatuh terlalu dalam pada menari. Hingga ia tak bisa move on dari kegiatan club tersebut.

"Bagaimana kalau ikut club boardcasting?"

"Kau mau menampungku?"

"Eh tidak sih. Anggotaku sudah terlalu bayak"

Taehyung sialan.

"Oh, kalau..."

Ngiiiiiik

Suara melengking itu sukses membuat telinga siapa pun yang mendengarnya sakit telinga.

'Tes tes'

Tersengar sebuah suara seorang pemuda dari pengeras suara di sepanjang koridor sekolah.

'Apa ini sudah menyala? Yak! Jeon Jungkook tetap berjaga di sana, aku tidak mau di tangkap Cho saem'

"Aku tau siapa yang berbicara" gumam Taehyung.

'Oke baiklah. Aku Jung Hoseok, ketua kepengurusan club basket. Singkat saja, club basket sangat butuh manager untuk club kami. Jadi ku mohon...'

Sayup sayup terdengar suara 'Hyung cepat. Ketua club BC datang'

"Ketua boardcasting? Taehyung?" Jimin menoleh ke sampingnya, tempat tadi Taehyung duduk. Namun ajaibnya ia sudah menghilang.

'Jadi kumohon siapa punyang berminat segera hubungi aku di ruang sekertariat basket'

Hoseok berbicara layaknya seorang rapper terkenal. 'Sekali lagi terimakasih, aku jung Hose... Yak kim Tae- apa yang kau- kau-laku-an aw rambutku... TAE YAK KIM TAE AKU BISA BOTAK INI... TAE- SAK- AKKHHHHHHH"

Tuuuuuut~~

Jimin menatap ngeri pada pengeras suara yang ada di atas langit langit sepanjang koridor. Membayangkan betapa bar barnya sahabat kecilnya itu.

Tapi begitu ingat isi pengumuman yang Hoseok sampaikan, membuat senyum manis muncul di wajahnya. Ia dapat pencerahan.

.

.

.

"Kau serius?!" wajah Taehyung yang biasanya di hiasi ekspresi blank itu kini sedikit berwarna dengan mata bulat merah menyala nyalang menatap ke arah Jimin. Ia terkejut, sungguh.

"Apa?" berbeda dengan Jimin yang malah menyahut santai sambil mengunyah kentang gorengnya. "Menjadi manager tim basket? Tentu saja serius."

"Tidak, aku tidak akan setuju. Mereka hanya akan menjadikanmu babu."

"Aku lebih memilih jadi pesuruh dari pada harus mengikuti remedial seluruh pelajaran."

"Aaah kau tidak mengerti Chim, anak anak vlub basket itu hanya sekumpulan siswa tak berotak yang kelebihan kalsium" Taehyung berkata sambil menggerak gerakkan tangannya random.

"Yak! Dengam begitu kau mengatai kekasihmu tak punya otak. Dasar bodoh" Jimin menoyor dahi Taehyung dengan telunjuk pendeknya.

"Memang begitu kenyataannya." sahut Taehyung tak peduli, semakin membuat Jimin yakin kalau memang Jung Hoseok benar benar serasi dengan Kim Taehyung.

Si tukang onar yang perasa dan si pemuda 4D yang kelewatan cueknya.

Oh sempurna sekali sepasang kekasih itu.

Kekasih? Tentu saja. Ini sudah jadi kabar lama bagi para penghuni sekolah. Bahkan semua guru dan jajaran staf sudah tau kalau ketua kepengurusan club basket adalah kekasih dari ketua club Boardcasting.

Bagaimana tidak, Jika dengan sengaja mereka mengumbar kemesraan lewat ciuman panas di depan gerbang sekolah. Hingga membuat keduanya kena skorsing selama dua hari. Yang lagi lagi di manfaatkan untuk pergi berkencan. Sungguh luar biasa bukan?

"Ah sudahlah Tae, apapun yang jau katakan aku tetap akan mencobanya lebih dulu." ucap Jimin final, lantas tangannya segera membenahi baranf barang yang berserakan di meja mereka. "Kau pulaglah dulu. Aku akan menemui Hoseok Hyung dulu. Bye TaeTae"

Melihat Jimin yang mulai menghilang di balik pintu kelasnya, membuat Taehyung bernafas sedikit berat. Dan dengan kecepatan cahaya ia mengambil ponselnya.

To mr Jung

Yak kuda, awas saja kalau Jimin sampai terluka. Kupastikan milikmu habis di antara talenan dan pisau dapurku *pisau* *emoji jahat*

.

Jimin sebenarnya ragu hanya untuk menepaki lantai kridor yang nampak beranjau di matanya, hingga membuat pemuda ini berjalan dengan sangat pelan dan penuh kehati-hatian.

Hingga matanya menatap lucu kearah sebuah pintu bertuliskan 'Ruangan Basket' yang seperti ingin menerkamnya. Jimin menggigit bibir bawahnya ragu saat hendak memasuki ruangan tersebut.

Hoseok bilang kalau Jimin bisa langsung kedalam. Berhubung ia sedang ada di lapangan dengan yang lainnya. Sedangkan kunci pintu ada di bawah mesin minuman yang berada tepat di samping pintu tersebut.

Matanya langsung membulat sebulat yang ia bisa.

Ada sekitar dua keranjang berisi seragam basket berwarna merah bekas pakai yang tebtu saja baunya menyengat hingga radius lima kilometer. Oke Jimin lebay.

Jangan lupakan sampah-sampah yang berserakan tak bertanggung jawab di sudut ruangan. Bahkan lihatlah, masih ada bekas makanan yang sudah berjamur di meja kayu yang berada di depan sebuah lemari.

"Hay Park Jimin."

Jimin berjengit mendengar suara nyaring dari belakan tubuhnya.

"A-ah Hoseok-ssi?"

"Oh rupanya kau sedang melihat lihat ruangan kita yaa?"

Jimin mengangguk mengiykan. Melupakan fakta kalau ia Sempat nengutuk ruangan ini.

"Disini memang agak kurang nyaman, tapi sungguh kau akan menyukainya" Hoseok meraih tangan Jimin untuk di bawa masuk lebih dalam lagi.

Dan Jimin kembali berjengit saat ia tak sengaja menginjak pizza basi.

"Karena apa? Karena ini akan menjadi ruang kerjamu sebagai manager tim basket. Tadaaaaaa!"

Krik krik krik

Jimin hanya kedip kedip manja sambil sesekali melirik Hoseok jijik. Bahan Jimin bisa lihat ada sisa cabe terselip di gigi Hoseok.

"Kau yakin ini sedikit eeeerrr kotor" bleh, ini sih sangat.

Hoseok mengedikkan bahunya tak peduli. "Memang benar, tapi kan nanti bisa kau bersihkan sendiri."

Oh benar benar kau Jung Hoseok.

"Ah Jimin kami latiahan setiap rabu dan sabtu. Kau harus ada di setiap latihan. Di laci ada data anggota dan no ponsel pelatih. Dan eemm kami tidak sempat melaundry pakaian kami satu minggu ini, bisa kau yang bawa?"

Baru saja Jimin mangap ingin menolak, kembali Hoseok menyela.

"Kurasa selain mamager, kau juga bisa menjadi bendahara. Kau bisa pakai uang yang ada di toples hijau untuk melaundry. Toples kuning untuk makan ana anak. Toples merah hanya di gunakan untuk keperluan resmi club. Tapi jangan sentuh topled hitam, itu uang tabungan Yoongi."

Yoongi, Min Yoongi. Aaah kapten tim basket dari kelas 3.A itu.

"Jangan lupa yaa Jimin. Besok adalah hari pertamamu bertugas. Sepulang sekolah di lapangan outdoor. Aku pergi dulu. Bye"

Lalu Jimin menatap nanar punggung Hoseok yang semakin mengecil. Sebenarnya Jimin tak mengerti dengan apa yang Hoseok bicarakan. Kekasih sahabatnya itu bicara sudah seperti KTX saja.

.

Pekerjaan Jimin berakhir sampai pukul enam sore.

Sekarang ia tengah mengumpulkan seluruh seragam basket kedalam kantung plastik besar untuk di bawa pulang dan di laundry.

Jimin menghentikan langkahnya di depan sebuah lemari. Isinya hanya beberapa buah piala penghargaan dan beberapa foto kemenangan. Sisanya masih tersimpan banyak di ruang kepala sekolah dan lemari kaca di ruang guru.

Lalu juga ada empat toples yang sudah Hoseok sebutkan masing masing fungsinya.

Yang hitam itu tabungannya Min Yoongi, Jimin sedikit tersenyum mendengarnya. Apa iya, seorang Min Yoongi tak mengenal bank sebagai tempat menyimpan uang?

Dasar kuno.

Jimin mengambil beberapa eon dari dalam toples warna hijau. Lalu dengan sisa tenaganya ia menyeret sekantung besar seragam bau tersebut. Setidaknya di hari petamanya bekerja, ia akan langsung lembur karena harus menunggu cuciannya beres terlebih dahulu.

Sebelum sempat meraih handle pintu, pintu tersebut telah terlebih dahulu terbuka dengan kasar, manampilkan sesosok manusia berrambut hitam kusam yang berdiri tanpa minat.

"Park Jimin?"

"Ya... " jawab Jimin ragu ragy dan... Takut.

Hell, bukan karena pekerjaannya yang berat hingga membuat sebagian besar orang orang di sekolah mundur saat di tawari posisi sebagai manager tim basket. Tapi karena orang ini.

Min Yoongi. Si capten bermulut pedas, tak berperasaan, dingin, galak, gemar memaki, dan sialnya juga banyak tukang pukul (read* fans).

Demi celana dalam Taehyung yang selalu Hoseok bawa-bawa. Jimin lebih memilih mencuci semua pakaian yang ada di dalam plastik itu dengan tangannya sendiri dari pada harus bertatap muka dengan pemuda berjuluk 'Suga' itu.

"Kau yang jadi manager baru utu kan?"

"Ah n-ndee" dengan senyum yang sedikit canggung Jimin berusaha menjawab pertanyaan Yoongi dengan senormal mungkin.

"Oh, semoga kau betah"

Yeah damn you Min Yoongi.

Apa apaan dengan seringai di wajahnya itu.

Buru buru Jimin melangkahkan kakinya sebelum

"Hey Park Jimin. Jangan buat bibirmu sobek dengan senyum tak ikhlasmu."

See, pemuda itu memang mempunyai mulut lebih tajam dari pada pisau cukur. Karena pisau dapur sudah terlalu basi.

Kuatkan Jimin yaaa tuhan.

Tbc

An/ ngga akan lebih dari 5 chapter. Kami janji