JIMIN'S TROUBLE

TITLLE: JIMIN'S TROUBLE

AUTHOR: PINKDEE

GENRE: ROMANCE, BOY ROMANCE

RATE: M (maybe?)

CAST: BANGTAN SONYEONDAN

PAIR: JIKOOK, TAEKOOK, YOONMIN, JINMIN, NAMJIN, DLL

WARNING: BOY X BOY, YAOI, BOYS LOVE

.

.

AND

THE STORY

BEGIN

.

.

.

.

Taehyung memasuki rumah mewah yang terkesan klasik tapi modern ini, rumah sahabatnya, Park Jimin.

Tidak banyak pelayan di sini, Jimin tidak suka mempunyai banyak pelayan. Anak itu memang aneh, kadang malasnya minta ampun, kadang juga bisa paling rajin. Setiap hari libur dia bahkan ikut membersihkan rumah besarnya ini.

Orang tua Jimin bekerja semua, mereka mengelola restauran dan cafe, tidak jarang juga Jimin di tinggal sendiri di rumah beberapa hari, minggu bahkan bulan. Jimin tidak pernah mengeluh karena itu, ia tau orang tuanya bekerja juga untuknya kan? Demi kebaikannya.

Taehyung sebenarnya kemari bukan untuk menemui Jimin... dia terus saja memasuki rumah itu tanpa ragu, padahal belum ada yang mempersilahkannya masuk, lagian... kenapa juga pintunya terbuka lebarkan? Jadi taehyung bisa masuk begitu saja.

"Hi Tae! Eh? Kau tidak bersama Jungkook dan Jimin? Tadi aku melihat Jungkook bersama Jimin, ku kira mereka pulang denganmu?"

Kata-kata Hoseok, teman dari sepupunya, Namjoon, terus saja terngiang di telinganya, membuat Taehyung uring-uringan sendiri jadinya.

Jadi sepertinya tadi Jungkook datang ke kampusnya, dia bertemu Jimin lalu pulang dengan Jimin. Jimin tidak mengantar Jungkook ke rumahnya, lalu di mana mereka jika tidak di rumah Jimin? Ponsel mereka berdua juga tak bisa di hubungi...

Karena itulah taehyung memeriksa sampai ke rumah Jim...

"Ehhmmm hhmmmppp hyuuunghhh emmppp"

Itu jelas suara Jungkook! Dari arah ruang tengah!

Taehyung segera berbalik menuju ruang tengah, dengan sedikit berlari tidak sampai satu menit Taehyung sudah sampai di ujung ruang tengah dan...

Ya, mereka di sana.

Di sofa merah besar depan TV yang menyala seakan menjadi saksi bisu aktifitas mereka berdua.

Mereka saling melumat bibir satu sama lain dengan pakaian atas mereka yang telah lepas dan berserakan di karpet bawah sofa.

Tangan Jimin tidak tinggal diam, dia terus saja meraba tubuh polos Jungkook dan sesekali bermain dengan nipplenya, sedangkan Jungkook meremas rambut hitam Jimin.

Taehyung marah, tentu saja! Jungkook itu... miliknya, Jungkook milik Taehyung seorang, hanya Taehyung.

BUGH

Tanpa babibu lagi, Taehyung segera memukul Jimin hingga jatuh dari sofa. Mata Jungkook membelalak tidak percaya, ia tidak menyangka Taehyung bisa berada di sini dan melihat ia dengan Jimin...

GREB

"Ayo pulang!" Taehyung menyeret Jungkook setelah menyambar kemeja dan ransel milik Jungkook

"TaeTae! TaeTae-hyung!" rengek Jungkook, Taehyung terlalu erat dan keras menyeretnya, pergelangan tangan Jungkook sakit sekarang, tapi Taehyung tak peduli itu.

"Taetae-ya! Dengarkan aku dulu..." Jimin berusaha menahan Taehyung lalu menjelaskan semuanya, tapi seakan tak mendengar Taehyung terus saja menyeret Jungkook menjauh meninggalkan Jimin.

"Tae..."

Akhirnya Jimin hanya bisa menatap punggung mereka berdua yang berjalan semakin menjauh dengan Taehyung yang menyeret lengan Jungkook tanpa memperdulikan rengekan dari pemilik tangan, Jimin tau Taehyung pasti marah padanya.

"Maafkan aku Tae..."

Padahal sebelumnya Jimin dan Jungkook sama sekali tak berniat melakukan hal macam itu, Jimin juga sadar Jungkook masih kecil dan lagipula dia milik Taehyung, sahabatnya.

Semua terjadi begitu saja, mengalir tanpa bisa dikendalikan.

Ia kembali memungut kemejanya yang berserakan kemudian memakainya asal tanpa menautkan kancingnya, ia lalu berjalan tanpa semangat menuju garasi.

Jimin masih ada kuliah sore ini sampai nanti jam tujuh malam, sebenarnya bersama Taehyung. Tapi ia rasa Taehyung tidak akan masuk kali ini, kalaupun masuk mungkin Taehyung tak akan menyapanya.

Jimin merasa sangat bersalah...

Jimin mengemudikan mobilnya perlahan, selain memikirkan kejadian tadi ia juga tidak ingin terjadi sesuatu di jalan kota yang padat. Orangtuanya pasti akan sangat cemas jika Jimin tergores sedikit saja, dan Jimin tidak suka membuat orangtuanya khawatir.

Piiipp ppiiiipppp

Ada pesan masuk di handphonenya, dari Seokjin-hyung.

Kau hari ini kuliah?

Jimin memilih mengabaikannya dan tetap mengemudi, lagipula harusnya Seokjin tau jika memang jadwalnya hari ini sore, kenapa masih bertanya lagi?

Lampu merah.

"Aish"

Kuliah di mulai setengah jam lagi, semoga ia cepat sampai. Sebenarnya kuliah kali ini tidak begitu penting jika bertanya pada Taehyung, tapi jika itu Jimin semua jadi penting. Entahlah, tapi kalian bisa menganggap Jimin terlalu rajin, nerd, atau kutu buku sekalian... tapi memang Jimin seperti itu.

Ppiipp ppiiippp

Pesan masuk lagi, tetap dari Seokjin-hyung.

Jangan terlalu memaksakan diri, aku tidak ingin kau sakit.

Yah, Seokjin itu sangat perhatian, entah kenapa... hubungannya dengan Jimin? Apa ya...

Tidak jelas sebenarnya, tapi mereka sering melakukan sex.

Kim Seokjin, dia kakak Taehyung, tiga tahun lebih tua dari Jimin maupun Taehyung.

Seokjin telah menyelesaikan kuliahnya dan kini ia mengelola cafe yang cukup ramai di kunjungi banyak remaja. Seokjin memang pandai memasak, tak jarang dia juga jadi kokinya.

Sebenarnya Jimin menyukai Seokjin, dia punya wajah yang sangat tampan sekaligus cantik, Seokjin bisa jadi sangat dewasa, tapi kadang dia juga childish. Dari penampilannya Seokjin terlihat pemalu, tapi dia sangat agresif di ranjang. Entah itu hanya dengan Jimin atau bagaimana, tapi Seokjin sepertinya tidak pernah melakukan hal sejauh itu dengan selain Jimin. Tapi entahlah..

Akhirnya Jimin memutuskan membalas pesan itu,

Ne hyung... gomawo.

.

.

.

.

.

Tepat jam tujuh malam kuliah berakhir.

Tapi tenang saja, di sini masih tetap ramai, banyak mahasiswa berkeliaran, rata-rata ngobrol atau bermain.

Tapi jimin tidak ingin terlibat dengan mereka, tujuannya kali ini gymnasium, tepatnya ia sedang ingin bermain basket.

Tidak begitu mahir memang, meski begitu ia tetap suka, sport! Lihat saja, meskipun pendek Jimin mempunyai abs yang sempurna.

Dugh dugh dugh

Ternyata lapangan basket tidak kosong, ada seseorang di sana. Ia terlihat sangat bersemangat, lihat saja, sepertinya bola orange itu sudah sangat lelah saking seringnya di pantulkan lalu di masukkan dalam ring.

Sepertinya dia mahir bermain basket, menarik juga...

"Hai" sapaan Jimin terdengar sangat jelas,karena memang di sana hanya ada mereka berdua. Dia berhenti dribble lalu menoleh pada Jimin.

Dia memiliki kulit putih pucat dengan wajah yang manis, tapi ekspresinya datar dan agak menyebalkan, mungkin itu karena dia tidak mengenal Jimin, lagipula Jimin juga merasa tidak pernah melihat dia sebelumnya.

"Aku Jimin" dia tersenyum tipis sebelum menjabat tangan yang Jimin ulurkan "Min Yoongi, tapi kau bisa memanggilku Suga"

"Baiklah, Suga"

Kembali Suga berbalik menghadap ring. Ia menatap ring itu lekat-lekat sementara kedua tangannya sibuk mendrible bola, Jimin hanya menatap kagum pada Suga. Suga keren sekali!

Suga siap menembakkan bola itu, ia meloncat sedikit dan..

Shoot!

Tembakan sempurna.

"Bagaimana jika kita bertanding? Jika aku menang kau harus melakukan apa yang aku mau" Suga kembali mendekat pada Jimin dengan bola di tangannya.

Jimin sedikit tertarik dengan tawaran itu, ia suka tantangan. "Lalu jika aku yang menang?" Jimin ikut mendekat pada Suga "Terserah, apa yang kau inginkan? Tapi sepertinya kali ini aku yang menang, aku punya firasat baik, Jimin~"

Suga menunjukkan smirknya yang... astaga itu tidak seram sama sekali, malah itu sangat manis. Jimin sebenarnya tidak tertarik pada pertandingannya, tapi kali ini ia tertarik pada Suga, lelaki misterius yang baru saja di temuinya.

.

.

.

.

.

"Akh sakit hyung!" Jungkook mengusap pergelangan tangannya yang kini memerah dan sakit, Taehyung keterlaluan.

Tanpa banyak bicara, Taehyung memilih duduk diam di meja pojok dekat jendela. Mereka sekarang ada cafe milik Seokjin, kakak dari Taehyung.

"Ya! Kau apakan lagi anak kecil ini Taehyung? Lihat! Lengannya hampir lecet kau seret seperti itu! aigoo"

Ini Namjoon, penggemar rahasia dari Seokjin, sekaligus sepupu Taehyung dan Seokjin.

Taehyung menoleh sekilas pada Namjoon, kemudian kembali pada dunianya, menerawang jauh entah kemana.

Jungkook tau, Taehyung pasti sedang marah padanya.

"jungkook, Kenapa lagi anak ini? Dia tidak kuliah? Tumben?" Taehyung kembali melirik Namjoon seolah mengatakan 'bisakah kau diam hyung?'

Dan Namjoon sangat jenius untuk mengetahui maksud tatapan Taehyung, dia mengangkat tangannya "Baiklah, aku pergi!"

Setelah itu Namjoon beralih memasuki dapur, entah apa yang dia cari.. mungkin Seokjin.

Hening lagi di antara Taehyung dan Jungkook.

Jungkook tidak mengerti kenapa Taehyung malah diam seperti ini, harusnya Taehyung marah padanya, bukan seperti ini... ya kan?

"Tae.. Taetae-hyung, maafkan aku" Taehyung menoleh pada Jungkook yang duduk tepat di sebelahnya, kini Jungkook menunduk dalam, jika seperti ini berarti Jungkook benar-benar merasa bersalah. Taehyung tidak tega juga, ia sangat menyayangi Jungkook.

Tapi kenapa tadi Jungkook dan Jimin...? ah entahlah. Taehyung juga menyayangi Jimin.. Jimin itu sahabatnya. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka berdua? Jungkook dan Jimin?

"Aku juga tidak tau kenapa bisa seperti itu, maksudku... itu di luar kendali kami berdua. Saat itu kita hanya menonton TV sambil minum juice, lalu.. lalu... itu... terjadi"

Pengakuan polos Jungkook itu tidak membuat Taehyung membaik sama sekali. Lagipula bagaimana... ah entahlah.

"Taetae-hyung~ maafkan aku.. aku.. aku.. eum.."

"Baiklah" dengan satu jawaban itu membuat Jungkook kembali ceria, ia mendongak menatap Taehyung dengan mata berbinar "Taetae-hyung memaafkan Jungkook?" Taehyung tersenyum lalu mengangguk, mana mungkin Taehyung membiarkan wajah imut kekasihnya ini murung?

GREB

"Terimakasih hyung~"

Taehyung membalas pelukan Jungkook lalu mendekapnya erat.

"Hyung hyung hyung! Ampun!"

Taehyung melepas pelukannya lalu menoleh pada pintu dapur. Terlihat Seokjin menjewer telinga Namjoon, Jungkook tertawa geli melihatnya sedangkan Taehyung mengerutkan kening heran. Pasti Namjoon menggoda Seokjin lagi di dalam dapur tadi.

"Bisa tidak sehari saja kau membiarkanku tenang memasak di dapurku? Aku butuh ketenangan Namjoon! Bla bla bla.." selanjutnya Seokjin terus mengoceh ini itu, intinya Seokjin ingin Namjoon berhenti menggodanya karena Seokjin butuh ketenangan bersama kekasihnya, makanan.

"Hyung! Okay okay! Stop it!" Namjoon mengangkat tangannya, isyarat jika ia menyerah. "Ngomong-ngomong sekarang kau mau kemana Hyung? Kau rapi sekali.." tambah Namjoon.

"Aku ingin melanjutkan memasak sebentar, lalu membeli sesuatu lalu lanjut ke rumah Jimin.. sudah ya, kau pulang saja! Hai Tae! Kookie!" jawab Seokjin, sekalian mengusir, lalu berjalan cepat menghampiri Taehyung dan Jungkook, setelah sampai ia duduk di depan jungkook.

"Eh, tanganmu kenapa memerah kookie? Appo?" tanya Seokjin khawatir, Jungkook menundukkan kepalanya. Seakan mengerti, kini Seokjin menatap Taehyung sengit "Kau apakan Jungkook?"

Bukannya menjawab Taehyung malah menunjukkan cengiran lucunya, Seokjin hanya geleng-geleng kepala melihatnya, mana pernah Taehyung serius.. dasar anak kecil.

.

.

.

.

.

"Kau hanya ingin ke rumahku? Lalu.. apa yang kau inginkan dari kamarku?"tanya Jimin.

Kini Suga dan Jimin sudah berada di rumah jimin, lebih tepatnya kamar Jimin. Setelah sampai Suga langsung berbaring dengan nyaman di ranjang king size itu.

Pertandingan basket itu Sugalah pemenangnya. Suga mengatakan jika ia ingin ke rumah Jimin, setelah sampai rumah Suga bertanya di mana kamar Jimin. Setelah sampai kamar... Suga malah sepertinya ingin merebut kamar Jimin, terutama ranjangnya.

Apa-apaan?

"Sebenarnya aku tidak ingin pulang ke rumah" jawab Suga sambil masih memejamkan matanya, dia terlihat begitu damai.

"Maksudmu kabur begitu?" Jimin mengambil duduk di tepi ranjangnya, Suga mengangguk "eum.."

Hening sesaat sebelum Suga membuka matanya lalu menatap ke dalam mata Jimin. Perlahan Suga bangkit duduk, dengan mata masih menatap lekat pada mata Jimin.

Sebenarnya Jimin tidak mengerti dengan apa yang Suga lakukan, aneh sih.. tapi ia hanya membalas tatapan Suga. Entah hanya perasaan Jimin atau apa... tapi Suga terlihat..

Err..

Sexy?

Suga semakin mendekat, bahkan Jimin dapat merasakan hembusan nafas Suga menerpa wajahnya. Jimin refleks menutup matanya saat hidung mereka bersentuhan, entah apa yang terjadi hingga dalam keadaan seperti ini saja nafas Jimin sudah memburu.

"Sekarang aku menginginkanmu, Jimin~"

Jimin membuka matanya, menginginkan? Apa maksudnya? "Ta – tapi..."

Terlambat, Suga bergerak lebih cepat dari pikiran Jimin, dilumatnya bibir penuh nan menggoda milik Jimin tanpa ampun, tak dibiarkannya sedikitpun Jimin menyela.

Jimin juga tak pernah melakukan hal sejauh ini selain dengan Seokjin... tapi lidah Suga yang bergerak seduktif di dalam sana memberikan rangsangan tersendiri yang berbeda.

Ia baru mengenal Suga.. dan sepertinya

Suga menarik.

.

.

.

.

.

TBC

Wooo~ ada yang suka gak? :D haha lol banget ini Ffnya, gak tau kenapa kepikira buat FF beginian.. maklum kebanyakan gaul ama bangtan :p jadi otak rada korslet

Hehe maaf kalo gak suka FF ini ya kalo gak suka tinggal abaikan aja T_T

Yang suka review ya :D

Aku pengen buat lebih banyak FF BTS soalnya lagi falling love with them.. jadi maklum ya :D ayo dong dukung author... lol XD

Uda deh gitu aja, intinya kalo mau lanjut review yang banyak :D author gak pedean soalnya

Oke,makasih yang udah mau baca, anyeong~