'Clock, Ticker, Rotation.'
Pieces by Mitoia D./2012
Bleach © Tite Kubo/2001

.

Side 1: Clock.

.

Enjoy.

.

Berputar, terus berputar.

Detik jam yang terus berputar.

Tersentak, ia terhenti.

.

"GOOD MORNING, I-CHIIIIIIIII-"

Satu tendangan yang cepat dan tepat sasaran dilancarkan seorang pemuda belasan berambut oranye.

"GOOOOOO! Kau mau membunuh ayahmu hah!"

Pemuda itu, yang namanya Kurosaki Ichigo, melewatkannya dengan cuek dan dengan sekenanya mengganti kaus panjang putihnya dengan kaus hitam.

"Kalau ayah mati, paling juga pergi ke Soul Society kan! Lagipula kau tidak akan mati hanya karena terjatuh dari lantai 2..."

Ichigo melanjutkan, sambil memasang muka kesal setengah mati dan mempertontonkannya kepada ayahnya dengan berkacak pinggang, "...dan teriakanmu itu membuatku bermimpi buruk!"

Tiba-tiba ayahnya, Kurosaki Isshin bangkit dan memasang wajah serius. "Mimpi apa?"

Diam sejenak.

"Entahlah, berusaha menceritakannya malah membuatku lupa..."

.

Jarum jam yang terhenti.

.

Kurosaki Ichigo / 17 tahun / Siswa SMA Karakura / Kerja sambilan di toko Unagi /

Tidak bisa melihat hantu.

Duduk sarapan di ruang makan keluarganya sambil memasang wajah murung.

"Ichi-nii bermimpi buruk lagi?"

"Salahkan orang tua di situ."

Diam. Hanya ada suara sumpit dan nasi, sekali tempo dengan mangkuk yang beradu.

"Apa maksudmu, Ichigo?"

Penanya, yang namanya Kurosaki Karin sudah sibuk lagi dengan makanannya. Ichigo juga. Meninggalkan si pria paruh baya, Kurosaki Isshin dalam kekesalannya.

Diam lagi. Selang beberapa menit. Ichigo meletakkan sumpitnya, meletakkan mangkuknya, mengelap mulutnya.

"Aku berangkat."

.

Berputar, berhenti berputar.

Detik jam yang telah mati.

Seperti bingkai waktu yang terhenti.

.

"Ngomong-ngomong, Rukia-chan belum muncul lagi di kota Karakura ini sejak saat itu," sahut Asano Keigo asal, sambil menatap langit siang dari atap gedung sekolah.

Ichigo menyedot jusnya lagi. "Sejak awal dia memang tidak bertugas di sini, jadi untuk apa dia datang?" Raut wajahnya tidak tenang seperti orang yang baru tidur tapi dibangunkan tiba-tiba. Namun sepintas ada jarum yang menusuk hatinya.

"Hei! Dia itu teman dekatmu kan? Tidak bisakah sekali tempo ia datang ke mari dan mengucapkan salam? Dan kenapa kau malah jutek sekali mengenai Rukia-chan?"

Ichigo menghela napas, masih dengan tampang menyebalkannya. Ia butuh mengatur napasnya sebentar untuk berbicara akibat sentakan kata-kata Keigo yang tiba-tiba.

"Tidak ada alasan baginya untuk datang kemari. Dan lagi, untuk apa memikirkannya? 16 tahun aku mendambakan kehidupan yang seperti ini." Hela napas, lagi.

"Ah, aku juga, aku tidak mau lagi mengalami takdir mengerikan seperti itu!"

Diam lagi. Ichigo sibuk dengan makanannya, mencoba santai sejenak dengan bersandar di tembok kawat, dan Keigo juga sedang mengatur napasnya akibat terlalu panjang berbicara dengan nada tinggi.

"Hei, Ichigo."

"Hm?"

"Apakah kau tidak merindukan Rukia-chan?"

Jauh di dalam lubuk hatinya, Ichigo tersentak. Mengingat sosok perempuan pendek-cerewet-menyebalkan yang mengisi hidupnya beberapa waktu lalu. Lalu menghela napas lagi. Sudah berapa kali ia menghela napas hari ini? Terlalu malas untuk menghitung hal remeh seperti itu.

"Tidak ada alasan untuk itu."

Keduanya hening. Dua pasang mata itu menatap langit, seolah melampiaskan pertanyaan tak terjawab dan perasaan tak tersampaikan lewat pandangan mata ke gerombolan awan putih yang bersinar tertimpa cahaya matahari.

Dua orang yang tergugu oleh pertanyaan.

.

Berhenti, roda takdir yang terhenti.

.

Yang satu bertanya kepada langit, mengenai apakah sahabatnya sudah berani jujur dengan diri sendiri atau hanya menutupi hal-hal yang tidak bisa dicapainya.

Yang satu lagi menumpahkan perasaan kepada langit, mengenai kehampaan yang dirasakannya selama ini.

"Hei, sudah bel masuk, tuh."

Asano Keigo tidak pernah dan tidak berusaha menjadi seorang pria puitis. Tapi ia benar-benar merasakan sesuatu, perasaan yang aneh pada diri sahabatnya.

.

Jika hidup adalah roda takdir, apakah bisa terhenti sepersekian detik?

.

"Ichigo-chaaaaaan!"

Tidak ada tempat bagi Ichigo untuk lari ataupun sembunyi. Bosnya 'tercinta' sudah terlanjur muncul dari belakang bahunya dengan wajah penuh amarahnya yang menyebalkan.

Melawan pun...

...sepertinya percuma.

"Jadilah anak yang baik, lalu, izinkan aku menculikmu!"

Unagiya Ikumi. Kurosaki Ichigo tidak akan bisa berkutik di depan wanita ini. Ikumi membawa siswa SMA itu ke dalam mobil sambil mengikatnya dengan selotip besar. Bukan, melilitnya. Membuatnya terlihat seperti setengah mumi dan membuat Ikumi menjadi seperti pemancing yang baru mendapatkan tangkapan super besar.

Sepertinya ada yang membuatnya tak bisa berkutik sebelum ini, eh?

"Senseeeeeeiiiii! Kurosaki diculiiiiiiiiik!"

.

Berputar, berhenti berputar.

Tanpamu, tanpamu jam itu mati.

.

Ada suatu perasaan - perasaan di mana saat kau bertarung menghabiskan satu geng bersama-sama dengan kawanmu yang sama sekali berbeda aliran - rasa di mana kau akan selalu melampiaskan kekesalanmu kepadanya dengan menghajar satu persatu orang yang menyerbumu. Ishida Uryuu merasakannya. Dan tanpa sahabat sekaligus saingannya itu, tangannya tampak seperti memegang angin hampa.

Ishida Uryuu merasakannya. Perasaan seperti sesuatu yang berubah dalam dirinya...

"Ishida-kun!"

"Ah, Inoue-san. Ada apa?" Wajah Uryuu yang lelah menghajar sekelompok berandal bersinar karena ada yang memanggilnya.

"Apakah benar Kurosaki-kun diculik?" tanya Inoue Orihime dengan nada sedikit khawatir, namun sepertinya lebih tinggi di kadar penasaran.

"Ya, tadi dia memang diculik seorang wanita. Tapi sepertinya itu bos-nya."

"Bos? Oh, begitu ya."

Uryuu melirik Orihime, memperhatikannya dari atas sampai bawah. Penasaran. Perempuan itu tiba-tiba muncul sambil lari dan menemukannya.

"Lagipula Inoue-san, kau membawa tas sekolahmu, pasti kau mau pulang kan?"

Orihime melirik jam tangannya. "Benar juga! Bosku pasti menunggu!"

Ishida hanya bisa geleng kepala melihat tingkah laku teman perempuannya itu. Tapi sesaat wajahnya berubah serius. "Ah, ngomong-ngomong Inoue-san, apakah kau merasakan aura yang aneh pada Kurosaki?"

"Tidak... Lagipula bukankah sejak dulu Kurosaki-kun memang punya aura aneh? Dah, Ishida-kun!"

Bukan begitu, sepertinya...

.

Namun waktu tidak mati.

.

...kekuatan shinigaminya mulai bangkit.

.

Ia menunggumu menyentakkan jarum itu sekali lagi.

.

- e n d . o f . s i d e . 1 -

A/N:

Sebenernya intinya bukan di chapter ini, ini cuma narasi rangkuman chapter 425-427 yg sebenernya ga bener (loh?). Ini modelnya kayak prolog The Sand/The Rotator gitu jadi aku bikin two-shots. lol
Tapi yg aku enjoy is memasukkan presensi Rukia di sini. Kerasa nggak sih? Soalnya di komik ga ada hint mengenai Rukia babar blas (kecuali yg disinggung Keigo itu, ih, Keigo kamyu imyud deh /plak). Walaupun susah-susah gampang sih, nyesuaiin sama event-nya. Puisinya juga saya ngarang. lol Dan maaf ya kalo nonjolin hint IshiHime di sini, soalnya interaksi Uryuu sama Orihime di situ ga nahaaaaaaaan (di komik asli maksudnya) ampun aku baru sadar Inoue tuh lucu banget yah mimik2nya sekarang.
Thanks for reading! Baca chapter selanjutnya ya ^^ (intinya di situ loh)

Mitoia.