OUR TIME
"Kise-kun!" desismu begitu melihat pria berambut kuning itu tertidur di meja. Kamu hanya meninggalkannya sebentar untuk mencari buku referensi lain, dan ia sudah tertidur. Kalau saja kalian berdua tidak berada di perpustakaan, kamu sudah pasti memarahi pria itu.
Kise mengedip-ngedipkan matanya. Lalu sedikit terlonjak karena melihat wajah kesalmu. Kise segera menegakkan punggungnya di kursi.
"Kamu sudah selesai mengerjakan soalnya, Kise-kun?" tanyamu.
Kise menggelengkan kepalanya perlahan. "Belum, ssu. Soalnya terlalu sulit," jawabnya lirih.
Kamu menarik napas panjang, berusaha mengendalikan amarahmu. Bagaimana mungkin soal dasar seperti itu ia anggap sulit. Dan kalau soal seperti ini saja tidak bisa ia kerjakan, bagaimana dengan soal lainnya. "Oh, Tuhan..." bisikmu pada diri sendiri sambil memijit kening.
Kise hanya diam saja melihat tingkahmu yang seperti itu. Ia merasa bersalah, tapi juga mengantuk. Perlahan, ia kembali merebahkan kepalanya di meja. Hingga akhirnya kamu menepuk bahunya ringan dan mengajaknya keluar dari perpustakaan.
Kamu butuh mendinginkan kepalamu...
Kalau bukan karena permintaan Kasamatsu, kamu tidak akan mau berurusan dengan Kise Ryouta. Dari luar ia terlihat seperti pria narsis yang hanya mementingkan diri sendiri. Dan setelah beberapa kali kalian bertemu, pandanganmu tentang dia tidak berubah.
Tak jauh dari perpustakaan kota, ada sebuah restoran cepat saja. Kise menawarkan diri untuk mengantri dan membiarkanmu memilih meja. Kamu berjalan ke meja sebelah jendela. Cukup dekat dari meja kasir untuk melihat petugas wanita yang tersenyum tidak wajar pada Kise. "Cih! Kalau saja dia tahu betapa bodohnya anak itu!"rutukmu.
Tak lama kemudian Kise datang dengan dua milkshake dan satu porsi besar kentang goreng. Ia duduk dengan tenang lalu mengambil satu potong kentang goreng sebelum mencelupkannya dalam saus tomat. Kamu juga memilih untuk meminum milkshakemu dengan tenang. Membiarkan amarahmu mereda dengan setiap tegukan minuman dingin itu.
"Kise-kun."
Kise yang dipanggil memandangmu. Pupil matanya yang cokelat keemasan membuat mata kucingnya semakin terlihat tajam.
"Begini, ya. Kamu lulus atau tidak diujian nanti, itu bukan masalahku. Kamu bisa ikut atau tidak di turnamen basket, itu juga bukan masalahku. Apa yang menggangguku adalah kamu membuang-buang waktuku, Kise-kun."
Kise menghela napas perlahan. "[Nama]-san, ja... jadi, kamu tidak mau mengajariku lagi?" tanyanya pelan. "Tolonglah, [Nama]-san. Aku tidak tahu siapa lagi yang bisa membantuku belajar. Aku harus ikut bertanding. Tolonglah aku, sekali ini saja."
"Kise-kun, bukannya aku tidak mau menolongmu. Tapi kalau kamu tidak bertekad kuat, apa yang kita lakukan ini sia-sia. Tidak bisakah kamu belajar lebih keras untuk bisa memahami pelajaran sekolah?" tanyamu datar. "Kau tahu, Kise-kun? Aku tidak suka membuang-buang waktuku untuk hal yang tidak ada hasilnya. Tolong pahami itu, Kise-kun."
"Aku mengerti, [Nama]-san." Jawabnya. "Aku akan belajar lebih keras lagi."
Kamu-pun tersenyum mendengar janjinya.
-bersambung-
Author note : Ohayo, minna-san! Terimakasih sudah membaca fanfic ini. Karena baru chapter 1, jadi ceritanya masih pendek dan sederhana (nge-les). Oiya, fanfic ini direncanakan untuk update setiap hari Jumat. Jadi, mohon doanya supaya nulisnya lancar. Serta, komentar-saran sangat sangat sangat dibutuhkan yaa... Terimakasih semuanyaa *bowing
