BLINKING GAME
Seo Youngho x Lee Taeyong
Chapter 1
Youngho selalu menyukai jeda di antara malam dan pagi. Saat sepi di mana bulan belum beranjak pergi dan matahari masih enggan untuk bersinar. Hanya saja, ia sudah terlalu terbiasa dengan hiruk pikuk Manhattan, hingga fajar di kota kecil di tepi Korea ini terasa canggung untuknya. New York tidak pernah sesepi ini – sirene polisi, pekikan dan racauan pemabuk adalah suara latar yang familiar dan menenangkan baginya. Aneh memang. Tetapi suara-suara itu adalah suara rumah yang ia rindukan.
Sudah nyaris tiga minggu ia berada di Tongyeong. Menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan, dan duduk terpaku di depan laptopnya. Dulu ia dapat dengan mudah menulis dua ratus kata jika editor nya sudah sibuk meneror telepon dan semua media sosial Youngho. Tetapi kini ia seperti kehilangan sentuhannya.
Sudah beratus-ratus halaman ia robek, puluhan draft dan files ia hapus dari laptopnya. Padahal kontraknya mengharuskan ia untuk paling tidak menyerahkan manuskrip novel terbarunya di Desember tahun ini. Untunglah agent Youngho – Sebastian, adalah orang yang dapat diandalkan, dan atas usaha negosiasi antara Sebastian dengan editornya lah Youngho dapat bebas menyepi seperti ini.
Meski demikian, kebebasan ini rasanya mungkin tidak akan berlangsung lama. Seharusnya ia sudah mengirimkan draft awal dari novel terbaru nya Jum'at lalu, tetapi pikiran Youngho terasa buntu. Itulah sebabnya mengapa pagi ini ia sibuk berlari di tepian pantai untuk menjernihkan pikirannya.
Angin pantai terasa dingin di pipi Youngho meski saat ini peluh mulai membanjiri punggungnya. Di tepian horizon, matahari mulai malu-malu bersinar membuat langit bersemburat layaknya lembayung. The magical hours. Begitu yang sering dikatakan Ibunya saat Youngho masih kecil. Saat di mana peri-peri mulai bangun dan pergi menyeberang menuju pulau tempat mereka tinggal. Dulu ia percaya sekali dengan cerita-cerita itu, bahkan mungkin sampai saat ini pun ia masih mempercayainya. Hopeless romantics begitu komentar Sehun sahabatnya. Youngho memang pecinta roman picisan, tidak salah kan kalau ia juga berprofesi sebagai penulis?
Jadi kalau ada yang bilang ke Youngho bahwa fairy tinggal di pantai ini, ia mungkin akan mempercayai nya. Walau sepertinya untuk tempat dengan pantai seindah ini puteri duyung adalah kemungkinan yang lebih besar. Pantai ini memiliki banyak batu besar yang cocok sebagai tempat singgah seorang Putri Duyung. Seperti batu putih di ujung pantai sana, terletak persis di depan tepian pantai.
Tunggu. Mata Youngho terbelalak seiring dengan langkahnya yang semakin mendekati batu tersebut. Di atas batu putih itu terlihat satu sosok sedang berdiri menatap laut. Aneh sekali. Biasanya pantai masih sangatlah sepi di waktu-waktu seperti ini. Tetapi rupanya Youngho bukanlah satu-satu nya orang yang berada di pantai.
Seolah mendengar pikiran Youngho, sosok itu menoleh ke arah Youngho.
Dan ia sangatlah tampan, Youngho sampai berhenti dari lari nya. Bukan hanya tampan tetapi juga cantik. Mata yang tajam, rahang yang seperti dipahat dari marmer dan hidung yang lurus, sosok itu seperti tokoh fairy tale yang hidup menjadi nyata.
"... Mermaid?"
"Apakah Korea juga punya dongeng seperti Little Mermaid?"
Moon Taeil hanya menatap kosong saat Youngho melontarkan pertanyaan itu dengan tiba-tiba. Walau mereka baru kenal selama dua minggu, tetapi Taeil sepertinya sudah cukup paham dengan karakter Youngho yang cukup random. Mungkin itulah pembawaan seorang penulis.
"Kenapa?" Taeil balik bertanya sembari tangannya sibuk menata rangkaian mug, gelas dan berbagai pecah belah lainnya. Kota kecil ini mungkin tidak memiliki Starbucks, tetapi kafe Blue Moon tempat Taeil bekerja sebagai barista mungkin merupakan salah satu kafe terbaik yang pernah Youngho kunjungi. Setelah puas dengan deretan mug yang tertata rapi, Taeil mengalihkan pandangannya ke Youngho. "Apakah kau bertemu dengan Putri Duyung?"
Youngho menggaruk kepala nya yang tidak gatal, "Sepertinya begitu. Walau aku yakin dia laki-laki. I mean he's so handsome, bro."
"Hyung. Not bro." Taeil memang lebih tua satu tahun dari Youngho tetapi jujur saja, Youngho itu suka gagap jika harus mengikuti adat Korea. Bukan salahnya, ia besar dan lahir di Amerika. Ibunya juga tidak pernah memaksa ia untuk mengikuti tradisi keluarga besarnya.
"Taeil-hyung~ don't be so mean," ujar Youngho dengan gaya yang diimut-imutkan. Yang digoda juga tidak bereaksi apa-apa, dia sudah kebal dengan kelakuan Youngho.
"Ah kamu, mana ada yang namanya Putri Duyung di dunia ini."
"Tapi si Putri Duyung itu tampan sekali. Benar-benar seperti dongeng. Tidak mungkin ada manausia setampan itu. Lagipula rasanya aku juga belum pernah melihat sosoknya di kota ini."
"Siapa?" tanya Tuan Youngwoon yang baru saja tiba. Lelaki paruh baya itu bertubuh tinggi dan besar, seperti Youngho. Ia serius dan sangat tenang dalam pembawaannya. Serius tetapi juga ramah, Tuan Youngwoon tinggal seorang diri di Tongyeong sejak berpisah dari isterinya.
"Ah owner-sshi. Anak ini selalu mengganggu ku," keluh Taeil.
"Putri Duyung," potong Youngho. "Maksud ku tadi aku bertemu Putri Duyung." Wajah Youngho memanas, dia pasti terlihat bodoh sekali saat ini.
Untungnya Tuan Youngwoon hanya tersenyum simpul. "Apa kamu yakin? Dulu memang sering ada desas desus tentang peri atau apapun itu, tapi aku rasa di abad ke 21 ini tidak mungkin ada yang seperti itu kan?"
"Tidak ada yang namanya Putri Duyung atau peri," imbuh Taeil sembari memutar bola mata nya.
"Well," Youngho memajukan bibirnya dengan kesal. "Yang jelas dia pasti bukan manusia, tampan sekali soalnya."
Taeil tiba-tiba tertawa keras, "Youngho-yah, jangan-jangan kamu terpesona ya dengan makhluk itu."
Tuan Youngwoon juga terkekeh pelan. "Memang ia setampan apa?"
"Seperti tokoh manga yang jadi nyata!"
"Manga?"
"Manhwa maksud nya, owner-sshi."
"Aaa, seperti komik?"
Youngho mengangguk dengan antusias. "Dia benar-benar tampan. Aku seperti melihat tokoh utama Final Fantasy menjadi hidup."
Tuan Youngwoon mengernyit sebelum kemudian terkekeh seolah-olah ia tahu sesuatu yang tidak diketahui Youngho. "Aku tidak mengerti dengan apa yang kau coba sampaikan, Youngho-ah. Tetapi... hmm rasanya mungkin aku tahu siapa yang kau maksud."
"Ah. Owner-sshi apakah maksudmu itu dirinya?" "What, what. Siapa?"
Tuan Youngwoon tertawa melihat perilaku Youngho dan Taeil. "Aku tidak bisa bilang, tapi Youngho-ah dia bukan peri. Bukan juga Putri Duyung."
Youngho sebenarnya tidak benar-benar berpikir kalau yang namanya peri atau Putri Duyung itu memang ada, tetapi ia tidak mengingkari bahwa ada sedikit rasa sedih yang timbul di hatinya.
"Jangan kecewa begitu Youngho-ah," hibur Tuan Youngwoon sembari menepuk lembut bahunya. Matanya bersinar penuh rahasia saat ia berkata, "Kalau kau beruntung, mungkin kau bisa bertemu dengannya dalam waktu dekat."
Youngho mendesah dengan kesal. Langit yang tadinya biru cerah kini menjadi kelabu. Hujan juga sepertinya tidak akan reda dalam waktu dekat. Ia menyesal telah melewatkan ramalan cuaca hari ini hingga akibatnya kini ia harus berlari-lari mencari tempat berteduh supaya laptop di dalam messenger bagnya tidak basah.
Sebenarnya hari ini ia berencana untuk mengunjungi Blue Moon dan mungkin menyepi selama satu atau dua jam untuk merapikan draft bukunya yang masih terbaikan. Tetapi apa daya hujan yang tiba-tiba mengguyur dan mengacaukan semuanya.
Youngho terlalu sibuk menggerutu hingga ia tidak menyadari keberadaan satu sosok di depannya. Pada saat ia tersadar semuanya sudah terlambat. Benturan antara dirinya dengan orang asing tersebut sudah tidak terelakkan. Sosok di depannya terguling di aspal yang licin sedangkan Youngho secara refleks berusaha menyelamatkan messenger bag yang ia rangkul agar tidak jatuh terbanting. Dalam usahanya Youngho malah jatuh terjerembab dan menindih sosok yang sudah terjatuh itu.
Youngho mengerjapkan matanya. Lengannya terasa sakit karena telah menahan berat badannya supaya tidak menghimpit sosok di bawahnya. Youngho terkejut saat ia menyadari bahwa di depannya adalah sosok Putri Duyung yang kerap mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Dan sosok itu kini mengerang kesakitan.
"Shit – shit. Sorry, I'm so sorry." Youngho cepat-cepat memindahkan tubuhnya dari figur si Putri Duyung yang matanya yang kini tampak berkaca-kaca.
"Are you okay?" tanya Youngho dalam bahasa Inggris sebelum ia sadar bahwa mungkin si Putri Duyung terintimidasi dengan penggunaan kata-kata dalam bahasa Inggris. "Apakah kamu baik-baik saja?"
Yang ditanya hanya terdiam sambil menggigiti bibir bawahnya yang tampak merah dan menggoda. What the fuck Youngho. That is just great, rutuk Youngho dalam hati. What a gentleman you are.
"A-aku tidak apa-apa."
Ok. Rasanya Youngho harus merevisi kata-katanya. Dengan suara berat dan tajam seperti itu, sudah pasti sosok di depan Youngho bukanlah seorang Putri Duyung. Tetapi sosok itu memang sangat cantik. Mata yang tajam dan kulit seputih alabaster, seperti pahatan patung saja. Shit, Youngho get a grip on yourself.
"Maafkan aku," Youngho menjulurkan tangannya guna membantu si Putri Duyung bangkit. Pemuda itu tampak ragu-ragu sebelum ia akhirnya meraih tangan Youngho. Dengan meringis kesakitan dan sedikit tertatih-tatih, akhirnya Youngho berhasil membawa pemuda itu untuk berteduh di bawah payungan kanopi etalase toko terdekat.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Youngho sekali lagi, ia benar-benar merasa bersalah apalagi setelah ia mendapati sosok di depannya basah kuyup.
Dengan celana jeans yang terkoyak di bagian lutut.
Yang sekarang mulai berwarna merah.
"Oh my god. You're bleeding!" Panik, Youngho berlutut dan buru-buru menjulurkan lengannya di belakang tungkai jenjang dan punggung si Putri Duyung untuk membopongnya ke klinik terdekat.
"Stop, stop!" Putri Duyung menahan gerak Youngho dengan lengannya. "I'm fine."
Youngho terkesiap dan buru-buru menjauh. Kacau sekali Youngho hari ini, sudah menabrak orang sembarangan kini ia dengan seenaknya telah menginvasi personal space si Putri Duyung. "Ah maaf, maaf!" Ia benar-benar menyesal.
"Aku baik baik saja," sahut pemuda itu, "... Uhm tetapi mungkin tasmu sekarang sudah tidak tertolong..."
Tas apa? Astaga Youngho sampai lupa dengan laptop yang sudah susah payah ia coba selamatkan. Dengan buru-buru Youngho berlari ke arah tas nya yang teronggok di trotoar. Dan nyaris menangis ketika mendapati betapa kuyupnya messenger bag navy kesayangannya. Semoga saja laptop di dalamnya baik-baik saja.
Tetapi hal itu tidak penting. Youngho sudah melukai Putri Duyung yang manis itu. Ia harus cepat cepat dibawa ke klinik, jangan sampai lukanya infeksi.
Sayangnya, saat Youngho membalikkan badannya, yang ia temui hanyalah jalanan kosong yang sepi. Si Putri Duyung sudah menghilang, seperti buih ombak yang kembali ke laut lepas.
~TBC
NOTES:
Hello! Salam kenal ^^ Ini FF pertama aku di FFNet setelah bertahun tahun absen. Sampe lupa username dan cara upload FF ke web lol. Kayaknya di sini atau di AO3 jarang banget ya FF nya JohnYong, padahal mereka super adorable, akhirnya karena ga sabar nulis sendiri deh. Oia FF ini akan diusahakan diupdate tiap Senin, so stay tune!
Maafkeun jika bahasanya aneh, ga biasa nulis in bahasa ^^; susah banget ya ternyata. Cape banget juga formatting nya :( Thumbs up buat para author di sini deh
Anyway, I hope you enjoy this! And if you do please don't hesitate to comment and/or review because I live for them \o/
