Naruto © Mr. MK
Another Love
Shisui. U x Hinata.H
Rate M
Drama/Romance
Crack fair baru, kira-kira ada yang suka ga ya, kalau aku sich suka yang penting female charanya Hinata, the one and only, kuharap ada yang ngasih kesempatan buat Shisui.
Happy reading.
Kicau burung di pagi hari terdengar indah di padu sinar hangat matahari pagi yang semakin menyebar di sebagian belahan bumi, dedaunan menunjukan hijaunya diterpa cahaya dan di goyangkan angin, awan-awan belum muncul karena ini masih pagi.
Sebuah bangunan bergaya istana dengan pilar-pilar beton yang menjulang tinggi sebagai penyangga bangunan itu tampak gagah dan mempesona, di halaman yang begitu luas terparkir mobil-mobil mewah dan gagah yang akan membuat silau bagi siapa saja yang melihatnya.
Disebuah ruangan yang begitu luas dengan meja makan yang memanjang dan kursi yang berjajar, di setiap kursi tersebut sudah ada yang mendudukinya.
Di kursi utama ada seorang pria berkharisma tingkat tinggi, para maid yang lebih dari 10 orang itu mulai menghidangkan sarapan mulai dari pria tersebut, kemudian di lanjutkan pada orang berikutnya yang berada di sisi kanan dan sisi kiri pria tersebut dan berlanjut terus dengan orang yang berada satu meja makan dengannya.
Setelah makanan selesai di hidangkan semua anggota keluarga memanjatkan doa sebelum menyantap makanan, kemudian saling mengucapkan kata selamat makan dan mereka makan dalam keheningan.
"Apa Arashi dan Shisui belum datang?" ucap pria yang duduk di kursi utama, tatapannya tertuju pada dua kursi kosong di sisi sebelah kiri paling ujung.
"Seperti biasa, sepertinya mereka menganggap pertemuan ini tidaklah penting." ucap seorang pria yang berada di sisi kanan.
"Seharusnya mereka datang, karena wasiat tidak akan di bacakan jika ada anggota keluarga yang tidak hadir walaupun hanya satu orang." ucap seorang pria lagi yang berada di sisi kiri.
"Shisui dan bibi Arashi pasti sibuk, kehidupan mereka berbeda dengan kita semua." ucap seorang pemuda dengan garis halus di wajahnya.
Uchiha Madara yang duduk di kursi utama melihat semua anggota keluarga besar Uchiha yang hadir, Fugaku, Mikoto, dengan dua putra mereka Itachi dan Sasuke, ada juga Izuna dan Sakura dengan putri mereka Sarada yang baru berusia 3 tahun, sedangkan Obito dan Rin adalah pasangan muda yang belum di karuniai anak, ada juga Inabi, Tekka, Setsuna, Hikaku dan Yashiro yang merupakan pemuda pemudi generasi penerus sama seperti Itachi dan Sasuke.
"Kenapa tidak di bacakan dengan cepat saja, aku tidak ada waktu untuk hal seperti itu." tiba-tiba saja Sasuke bersuara, pemuda berusia 22 tahun itu beranjak, tapi sang ayah memberinya tatapan yang berarti menyuruhnya duduk kembali.
"Selain wasiat dari Kakek Teyaki, ada hal lain yang akan di sampaikan oleh pengacara beliau, tuan Hizashi Hyuga." ucap Madara kembali.
"Kira-kira hal penting apa yang akan di sampaikan?" kali ini seorang pemuda bernama Tekka berusia 20 tahun bertanya.
"Entahlah, mungkin tentang perjodohan." ucap Madara singkat.
"Ya itu benar, Kakek kalian punya rencana sebelum beliau meninggal." ucap seorang wanita tua yang duduk di kursi utama yang bersebrangan dengan Madara, seorang nenek bernama Uruchi, yang merupakan istri dari Teyaki Uchiha yang sudah meninggal dan wanita tua itu adalah nenek dari para pemuda Uchiha.
"Apa?, nenek kami semua sudah memiliki kekasih, bagaimana mungkin kami menerima perjodohan ini?" ucap pemuda bernama Hikaku, pemuda tampan berusia 21 tahun yang baru lulus dari akademi.
"Nenek tidak tahu nak, nanti sore kita akan mengetahuinya, jadi sore nanti kalian harus berkumpul, dan kuharap Arashi dan Shisui juga sudah berada di sini." lanjut nenek Uruchi sambil tersenyum.
Semua pemuda keluarga Uchiha hanya bisa menghela napas, mereka tidak bisa menolak keinginan sang kakek yang mereka sayangi.
Another Love.
Seorang gadis berjalan terburu-buru di lahan parkir sebuah departement store, di tangan kanan dan kirinya penuh dengan barang belanjaanya, si gadis tampak kesulitan membawa barangnya yang begitu banyak, selain itu penglihatanya sedikit terganggu karena beberapa kotak belanjaan yang menumpuk di tangannya, selain itu pakaian seksinya terlihat tidak nyaman juga high heels yang mempersulit langkahnya.
Bruggh...
"Aww,..." si gadis meringis karena bokongnya yang mendarat di lantai parkir, baru saja gadis tersebut bertabrakan dengan seseorang, dia tidak tahu bahwa di hadapanya ada orang selain dirinya yang berada di lahan parkir yang sepi, semua barang yang di bawanya berserakan, gaun pendeknya tersingkap sampai pertengahan paha mulusnya, belum lagi hak sepatunya yang tinggi itu patah di sebelah kanan.
"Maaf, apa kau baik-baik saja, nona?, baik-baik saja?." tanya suara yang si gadis tahu itu adalah suara khas seorang laki-laki, si gadis mengangkat kepalanya dan melihat kearah pemuda tersebut, seorang pemuda dengan penampilan yang sederhana, rambut pendeknya berwarna hitam dan sedikit berantakan, ya 'sedikit tampan' menurut pendapat si gadis.
"Ya ampun itu adalah pertanyaan bodoh yang pernah kudengar." ucap si gadis dan si pemuda itu mengernyitkan alisnya.
"Apa kau tidak lihat keadaanku, apa aku terlihat baik-baik saja?." lanjut si gadis dengan kesal.
"Makanya aku bertanya nona?, aku bertanya." ucap pemuda itu dia terlihat begitu tenang.
"Kalau kau butuh bantuan, kenapa tidak memanggilku, aku bisa membantu mengangkat barangmu, mengangkat barangmu." ucap si pemuda itu lagi, gadis itu masih belum beranjak dia melepas sepatu kanannya dan melihat hak sepatunya yang patah, malang sekali.
"Ah, aku tahu kau itu buruh angkut dari orang yang berbelanja di sini?" pemuda itu menganggukan kepalanya, si gadis tersenyum meremehkan, kemudian berdiri dengan memakai sebelah sepatu.
"Aku tidak butuh bantuanmu, gara-gara kau sepatuku patah, kau tahu berapa harganya?" si gadis berkata jengkel.
"Kalau tidak butuh bantuan ya sudah aku pergi, aku pergi." si pemuda berbalik dan hendak melangkah, si gadis semakin kesal, baru pertama kalinya dia di abaikan seorang pemuda.
"Hey ..."
Bugh...
Sepatu patah melayang ke kepala si pemuda, sepatu malang berwarna putih itu tergeletak tak berdaya, sipemuda berbalik, dan menatap si gadis, tatapannya beralih pada sepatu malang yang patah di bagian haknya, pemuda itu berjalan menghampiri si gadis.
Gadis itu terkejut saat pemuda itu tiba-tiba berjongkok dan mengangkat kaki kirinya.
"Hey, apa yang kau lakukan?, dasar bodoh." si gadis berusaha menurunkan kembali kaki kirinya, tapi pemuda itu melepas sepatunya kemudian memegangnya tepat di depan wajah si gadis.
Ctaakk..
Si gadis membulatkan matanya, pemuda itu mematahkan hak sepatu sebelah kirinya.
"Ya Tuhan, kau sudah gila?, dasar menyebalkan." ucap si gadis dengan kesal.
"Sepatumu sudah tidak berharga lagi, jangankan di jual, di berikan pada orang lain pun tidak ada yang mau menerimanya, tapi selain itu sepatumu juga masih bisa dipakai lagi, di pakai lagi." si pemuda tersenyum menawan.
"Lagi pula kau salah kostum nona, di pagi hari kau memakai pakaian seperti itu, ya ampun, ya ampun." si gadis membuka mulut dan kehilangan kata, berani sekali pemuda itu menilainya, tapi yang di katakan pemuda itu benar adanya, si gadis cantik yang menggerai rambutnya memakai dress mini putih yang memperlihatkan kulit mulusnya, tali dress yang hanya sebesar jari kelingking menggantung indah di bahu mulusnya jangan lupa belahan dada yang sedikit terlihat karena model dada rendah dress tersebut, di bagian bawah terlihat seperti kurang bahan, dress itu begitu pendek, 10 senti di atas lututnya.
"Berani sekali kau, kenapa tidak bercermin dulu sebelum menghina orang lain." si pemuda menggeleng sambil tersenyum mendengar perkataan si gadis.
"Kau sendiri di pagi hari tubuhmu sudah di penuhi dan berbau keringat, pakaianmu juga tampak tidak cocok, dan apa-apaan itu, rambutmu berantakan." ucap si gadis sambil menyilangkan tangan di dadanya, dia melihat pemuda itu hanya memakai celana jeans dengan warnanya yang sudah pudar dan kaos hitam dan sepatu sneakers, sangat biasa.
"Paling tidak celanaku ini tidak akan tersingkap dan dadaku juga tidak akan terbuka, terbuka." ucap pemuda itu dengan santai.
"Kau,...iihhh...dasar menyebalkan!" si gadis berteriak.
"Dasar orang aneh, bicaramu saja di ulang-ulang." lanjut si gadis.
Pemuda berusia sekitar 22 tahun itu mengambil semua barang belanjaan si gadis yang berantakan, kemudian menyusunya dengan rapi, tidak hanya itu si pemuda menyambar tas selempang mewah milik si gadis dan tangannya merogoh kedalamnya, gadis itu terkejut dan menyangka pemuda itu adalah seorang kriminal.
"Lancang sekali kau, kembalikan tasku!." lagi-lagi dia berteriak tapi pemuda itu tidak mendengarnya.
Setelah menemukan apa yang dia cari, pemuda itu menekan sebuah tombol dan salah satu mobil mewah yang berada di parkiran berbunyi, ya pemuda itu mengambil kunci mobil milik si gadis.
"Hey, kembalikan kunci mobilku dasar pencuri,..."gadis itu terkejut, si pemuda itu menghampiri mobil dengan membawa kuncinya juga, gadis itu berusaha mengejar tapi kakinya terasa sakit mungkin dia terkilir saat terjatuh tadi.
Pemuda itu membuka pintu mobil dan memasukan semua barang milik si gadis ke dalamnya, setelah itu dia berbalik dan menghampiri si gadis.
"Ini kunci mobilmu, semua barangmu juga sudah beres, sekarang pulanglah, pulanglah." si pemuda mengambil tangan si gadis dan menaruh kunci mobil di atasnya.
"Lancang sekali kau menyentuhku, dasar tidak punya sopan santun." si gadis menepis tangan pemuda tersebut.
"Tugasku sudah sudah selesai, jadi selamat tinggal, semoga harimu menyenangkan, menyenangkan." si pemuda itu berbalik kemudian melangkah meninggalkan si gadis, tapi langkahnya terhenti dan berbalik kembali dia melihat gadis itu masih terdiam dan tidak beranjak sedikitpun.
"Hey, apalagi?, kenapa masih diam disitu, cepat pulanglah!" ucap si pemuda, dia melihat ke arah gadis yang bertelanjang kaki, kedua sepatunya yang sudah rusak juga tergeletak di sisinya.
"Bukan urusanmu, pergilah!" ucap si gadis dengan sikap angkuhnya.
"Oh, mau kupakaikan juga sepatunya?." si pemuda masih saja menggoda gadis tersebut.
"Diamlah, pergi sana!" si gadis memberengut, terlihat sekali dia seorang yang manja.
"Lalu, kenapa masih disitu, masih ingin melihatku?, melihatku?" si pemuda menampilkan kembali senyumannya.
"...Ihhhhh...kakiku sakit, bodoh."
"Sepertinya tadi terkilir, dan itu semua karena ulahmu!" si gadis berjongkok dan memijat pergelangan kakinya yang membiru, si pemuda menghela napas kemudian melangkah menghampiri si gadis, saat sudah sampai tanpa ragu dia menarik satu tangan si gadis menaruhnya di pundak dan dia mengangkat tubuh si gadis di bahunya seperti membawa karung beras.
"Hey, apa-apaan ini?, turunkan aku,...dasar tidak punya etika, ..turunkan aku bodoohh." si gadis yang terkejut tubuhnya di angkat segera berontak dan berteriak, kakinya bergerak seperti menendang.
"Diamlah, atau kau mau kalau aku mengintip pakaian dalammu?" si pemuda menahan tawanya
"Apa?, dasar kurang ajar." si gadis berkata namun tidak berani berontak, tentu saja dia takut pemuda itu mengintip pakaian dalamnya.
Brugh...
"Aww,.." si gadis memekik, saat pemuda itu menjatuhkan dan mendudukannya di kursi mobil.
"Sudah, kau masih bisa menginjak rem bukan?" ucap si pemuda.
"Ini sepatumu, sekarang pulanglah." si pemuda pergi setelah memberikan sepasang sepatu patah, sepertinya dia tadi mengambilnya saat mengangkat tubuh si gadis.
Pemuda itu melambaikan tangan, si gadis memberikan tatapan tajam padanya, si gadis masih kesal dengan perlakuan pemuda itu kepadanya, pemuda itu melakukan sesuatu di luar dugaannya, gadis itu tetap bersyukur pemuda tersebut bukanlah orang mesum yang mau melecehkannya, sebaliknya pemuda tersebut tanpak tidak tertarik, tidak peduli atau 'dia tidak normal?.'
...
Sebuah mobil berwarna silver terparkir manis di depan rumah mewah bergaya Jepang Modern, dari dalam mobil keluar seorang gadis yang bertelanjang kaki, langkahnya tertatih karena pergelangan kakinya terkilir, seorang penjaga menghampirinya.
"Ko bawa semua barangku ke dalam." ucap si gadis pada penjaga rumahnya
"Baik nona!" jawab pria tersebut.
Gadis itu memasuki rumah mewahnya dengan bertelanjang kaki, lantai rumah yang berwarna putih tersebut terasa dingin di kakinya.
"Hinata,..sayang kau kenapa?, mana sepatumu, dan kenapa cara jalanmu seperti itu?" seorang wanita yang sudah tak lagi muda bertanya pada gadis bernama Hinata.
"Ibu, kakiku sakit, sepertinya terkilir, dan sepatuku rusak" jawab Hinata.
"Ya ampun kenapa bisa seperti ini, kakimu bengkak?" ibu Hinata tampak khawatir melihat keadaan Hinata.
"Ini karena aku bertabrakan dengan pemuda itu, pemuda kuli angkut yang suka membantu membawakan barang belanjaan." jawab Hinata, gadis itu memijat kakinya yang bengkak.
"Berani sekali dia membuat putriku seperti ini." ucap ibu Hinata dengan kesal.
"Tidak itu bukan salahnya, tapi aku yang salah, aku tidak melihatnya saat berjalan." jawab Hinata dengan suara lembutnya.
"Ya sudah kalau begitu, cepat obati kakimu, karena nanti sore kita ada acara." Hinata menghela napas, dia harus jadi boneka suruhan ayah dan ibunya lagi.
"Ke istana Uchiha?" tanya Hinata, tatapannya berubah sedih.
"Iya sayang, kau adalah tamu kehormatan di sana." ucap ibu Hinata dengan senangnya.
"Aku tidak mau ibu." Hinata menolak ajakan ibunya.
"Ayolah sayang, masa lalu jangan diingat terus." Hikari ibu Hinata berusaha membujuk putrinya.
"Maksud ibu apa?" Hinata semakin kesal pada ibunya.
"Kau tidak mau kesana karena Sasuke kan?" tanya Hikari lagi.
"Kalau ibu tahu kenapa bertanya?, aku tidak ingin bertemu lagi dengannya, aku sangat membencinya." Hikari hanya mampu menghela napas.
"Baiklah terserah kau saja tapi nanti sore kita tetap akan kesana, lagi pula ayahmu tidak akan menerima alasan apapun, dan kau harus berdandan yang cantik, tunjukan kalau kau adalah gadis yang berkelas, terutama di depan para menantu Uchiha." Hikari berkata panjang lebar, setelahnya wanita itu pergi meninggalkan putrinya yang masih merasakan sakit di kakinya.
Hinata ingin sekali berteriak, ayah dan ibunya tidak berhenti membuat dirinya seperti boneka yang siap di pamerkan, Hinata memang sangat cantik, tapi wajah yang dimilikinya itu tidak membuatnya merasa bahagia, sering sekali Hinata mendapat serangan dari para gadis yang kekasihnya jatuh cinta pada Hinata, dia juga pernah menjadi korban penculikan dan hampir di lecehkan oleh seorang pemuda sakit jiwa yang menyukainya, bahkan Hinata pernah menjadi objek mesum teman kuliahnya melalui foto-foto yang diambil secara diam-diam oleh pemuda tersebut.
Satu hal yang tidak Hinata mengerti, kenapa ayah dan ibunya suka sekali memperlihatkan dirinya pada khalayak umum, padahal mereka tahu semua yang dialami Hinata, padahal Hinata juga pernah merasa trauma, tapi Hinata tidak diberikan pilihan oleh orang tuanya, bahkan tentang pakaianpun Hinata harus bertanya pada Hikari.
Another Love.
Sebuah mobil mewah memasuki pelataran parkir Mansion Uchiha yang megah, dari dalam mobil tersebut keluar seorang gadis cantik beserta kedua orang tuanya, gadis cantik yang mengenakan dress selutut tanpa lengan dengan warna abu-abu, gadis yang tampak elegan dan terlihat punya rasa percaya diri di setiap langkahnya.
"Anda sudah datang tuan?" Uchiha Madara menyambut kedatangan keluarga Hyuga di depan pintu mansion.
"Uchiha-san, sebuah kehormatan bagi keluarga kami karena anda mengundang kami semua." ucap Hiashi pada Madara.
"Ini karena wasiat dari ayahku." ucap pria muda tersebut.
Kedua keluarga kaya tersebut saling berjabat tangan, Hikari tersenyum puas saat melihat Hinata menjadi tatapan utama para pemuda Uchiha dan tatapan iri para menantu keluarga Uchiha.
Hinata merasa tidak nyaman dengan tatapan semua keluarga Uchiha terhadapnya, salahkan ibunya yang sudah menjadikannya bahan perhatian semua orang.
"My princes?, you look realy pretty." Madara menyapa Hinata yang sedari tadi hanya diam, pria muda itu mengecup punggung tangan Hinata.
"Thank you, my king." ucap Hinata dengan senyum manisnya, semua yang melihat hanya memutar matanya bosan melihat drama yang di mainkan Madara dan Hinata.
Baik keluarga Uchiha dan Hyuga mereka semua sudah berkumpul di sebuah ruangan besar dengan banyak kursi, ruangan luas yang bisa diisi lebih dari 50 orang di dalamnya.
"Ekhem..." Hinata mengalihkan perhatian pada sebuah suara yang baru saja di dengarnya, Hinata terkejut tapi gadis ini pintar mengendalikan diri sehingga sikapnya tetap terlihat tenang.
Beberapa orang pemuda keturunan Uchiha menghampiri Hinata, mereka datang bersama pasangannya masing-masing, Hinata mendengus saat melihat mereka terutama saat melihat mantan kekasih yang sangat dibencinya, Sasuke.
"Hallo, my beauty?, lama tidak bertemu dan kau semakin terlihat menggoda." sungguh ingin sekali Hinata menyumpal mulut pemuda yang ada di depannya.
"My exboyfriend, kau terlihat seperti biasanya, masih bersama Karin?, huh?" ucap Hinata tatapannya beralih pada seorang gadis bersurai merah dengan warna pakaian yang sama dengan rambutnya, menurut Hinata gadis itu terlihat mati gaya karena memakai warna yang sama di seluruh tubuhnya.
"Seleramu itu sangat,-..." Hinata tidak melanjutkan ucapannya, wajah Sasuke terlihat mengeras dan itu membuat Hinata puas, tentu saja Sasuke memahami ucapannya.
"Hai cantik?, apa kabarmu?" Lagi-lagi satu panggilan manis tertuju pada Hinata, Itachi kakak dari Sasuke menyapanya, lengannya di gandeng serorang wanita cantik berwajah tenang, Konan.
Sebenarnya panggilan yang di tujukan untuk Hinata membuat gadis itu merasa muak, Hinata tidak suka diperlakukan seperti barang pecah, Hinata hanya ingin diperlakukan biasa, karena Hinata bukan gadis yang gila pujian.
"Itachi senpai, senang bisa bertemu denganmu." ucap Hinata ramah.
Hinata ingin keluar dari situasi seperti ini, di mana semua menatapnya seolah dia adalah barang pameran.
Hinata bermaksud untuk meninggalkan ruangan besar tersebut, Hinata menyelinap dan melangkah mundur menuju pintu yang berada di belakang ruangan tersebut, tapi niatnya terhenti karena suara gaduh dari orang yang sedang mengobrol tiba-tiba saja menjadi hening, Hinata yang sudah menyentuh knop pintu membalikan tubuhnya karena penasaran apa yang menyebabkan semua orang terdiam.
Hinata melihat ada dua orang yang baru saja datang ke ruangan tersebut, seorang wanita seusia ibunya yang masih tampak cantik dan elegan, dan satu orang lagi seorang pemuda dengan tampilan sederhana, kemeja hitam dipadu celana panjang hitam, rambutnya juga hitam pendek dan sedikit berantakan, lagi-lagi Hinata melihat orang yang mati gaya selain Karin.
Hinata membulatkan matanya saat tanpa sengaja matanya bertemu tatap dengan mata pemuda tersebut, Hinata mengenali pemuda itu, pemuda yang sama yang sudah membuat kakinya terkilir, pemuda yang menilai penampilannya, dan pemuda yang sudah berbuat seenaknya pada Hinata, sementara sikap pemuda itu tampak begitu tenang, namun siapa tahu jika ternyata pemuda itu sama terkejutnya dengan Hinata.
"Namanya Shisui, Uchiha Shisui." Itachi berbisik di belakang Hinata.
"Uchiha?,.." Hinata mengernyitkan alisnya, tidak mungkin pemuda sederhana itu seorang Uchiha, seperti yang semua orang tahu semua anggota keluarga Uchiha punya gaya tersendiri, identik dengan keangkuhan, kearoganan dan juga kesombongan, namun semua itu menunjukan betapa tingginya kasta mereka.
"Itu benar, Shisui adalah saudaraku tapi dia juga sahabatku, usianya lebih muda tiga tahun dariku, di tubuhnya mengalir darah Uchiha, Uchiha yang sejati." jawab Itachi pada Hinata.
Hinata tidak tahu bahwa ada anggota Uchiha lain yang tidak Hinata kenal, sejak kecil Hinata sudah mengenal seluruh anggota keluarga Uchiha, tapi tak pernah sekalipun mendengar nama Shisui di sebut, hampir seluruh keluarga Uchiha punya popularitas yang melebihi seorang selebritis, lalu siapa Shisui itu sebenarnya.
...
Hizashi paman Hinata yang menjabat sebagai pengacara pribadi dari Teyaki Uchiha sudah hadir, kembaran ayah Hinata itu mulai mengabsen seluruh keluarga Uchiha, karena wasiat tidak akan di bacakan jika salah satu di antara mereka tidak hadir.
"Akhirnya semuanya lengkap, dan terima kasih atas kehadiran anda nyonya Arashi, dan juga putra anda." ucap Hizashi, dan wanita yang di panggil Arashi itu hanya menganggukan kepala begitupun dengan putranya, Shisui.
"Dan keluarga Hyuga, terima kasih sudah bersedia datang sebagai tamu di acara keluarga ini." ucap Hizashi pada keluarga Hyuga atau keluarganya sendiri.
Tujuh belas anggota keluarga Uchiha tidak termasuk Sarada yang masih balita, tiga orang keluarga Hyuga dan para tamu lainya termasuk para kekasih pemuda Uchiha sudah duduk di kursi mereka masing-masing.
Dan kebetulan yang tidak menguntungkan untuk Hinata, bagaimana tidak gadis itu duduk berhadapan dengan Shisui, kursi-kursi di susun secara berhadapan untuk keluarga Uchiha dan para tamu lainya, jarak mereka hanya dua meter saja tujuannya adalah untuk menciptakan kerukunan, sedangkan Hizashi berada di tengah antara kursi keluarga dan kursi para tamu.
Hinata merasa risih saat pemuda bernama Shisui itu menatapnya, Hinata berpikir pemuda itu pasti menilai penampilannya lagi.
'Apa yang kau lihat?, apa kau tidak pernah melihat gadis cantik?'
'Kalau kau berani menilaiku lagi, aku akan membuat perhitungan dengan dirimu.'
Hinata bergumam karena Shisui menatapnya datar dan juga dingin.
"Bagaimana tuan apa bisa di mulai?" Hizashi bertanya pada Madara yang merupakan pemimpin keluarga Uchiha, pria itu menganggukan kepalanya.
Semua orang yang hadir menyimak pembukaan surat wasiat dari Teyaki, Hizashi juga menerangkan semua aset-aset yang di miliki keluarga tersebut, Teyaki Uchiha membagikan hartanya secara merata dan membuat semua orang merasa lega, paling tidak mereka tidak akan meributkan atau mempermasalahkan harta yang mereka dapat.
"Masih ada satu surat lagi." ucap Hizashi yang membuat semua orang penasaran.
"Tuan Teyaki ingin memberi satu wasiat lagi, beliau menulis sendiri surat ini satu tahun lalu jauh sebelum beliau sakit dan meninggal, surat ini masih tersegel, anda semua boleh melihatnya." Hizashi memperlihatkan surat tersebut, surat dengan amplop coklat berukuran sedang itu masih tersegel rapi dan terdapat stempel milik keluarga Uchiha.
"Saya akan membacakan surat ini dan diharapkan semua anggota keluarga Uchiha bisa lebih bijak menanggapi isi surat ini dan menghargai semua yang di tulis oleh tuan Teyaki." Hizashi meyakinkan semua orang.
...
'Aku Teyaki Uchiha dengan sadar dan tanpa paksaan ingin mengatakan'
'Dulu aku punya seorang sahabat, Hiromi Hyuga, aku banyak berhutang padanya termasuk hutang nyawa, itulah sebabnya aku mempercayai seluruh anggota keluarga tersebut.'
'Aku dan Hiromi sudah berjanji, suatu saat akan menjodohkan salah satu keturunan kami baik anak ataupun cucu kami tapi Hiromi sudah lebih dulu meninggal dan aku ingin mewujudkan janji tersebut.'
'Cucu perempuan satu-satunya Hiromi akan kujodohkan dengan salah satu cucuku, gadis itu harus memilih salah satu di antara, Inabi, Tekka, Setsuna, Hikaku, Yashiro, Itachi, Shisui dan Sasuke.'
'Atau gadis itu boleh memilih putra bungsuku Uchiha Madara jika putraku masih lajang'
'Jika ada yang menolak dengan terpaksa aku menghapus semua wasiatku untuknya, dan untuk gadis Hyuga jika dia menolak, maka dia juga akan di hapus namanya dari daftar pewaris keluarga Hyuga.'
'Demikian surat wasiat ini kubuat, kuharap kedua belah pihak menyetujuinya karena ini adalah keinginan terakhirku dan juga Hiromi Hyuga.'
...
Hinata tidak percaya kenapa dirinya dilibatkan dalam surat wasiat tersebut, apalagi di suruh memilih salah satu pemuda Uchiha yang pada dasarnya memiliki sikap angkuh, para pemuda Uchiha sudah memiliki kekasih.
Sedangkan para gadis kekasih pemuda Uchiha sudah menatap tajam pada dirinya, terutama Uzumaki Karin dan Konan.
"Paman, kau pasti salah, surat wasiatnya, itu-...?" Hinata berkata dengan gugup.
"Hinata, ini tidak salah, tenang saja kau bisa memikirkannya, aku memberimu waktu selama,...satu jam, setelah itu selesaikan tugasmu?" ucap Hizashi.
"Apa?, satu jam?, tapi..." Hinata merasa kesal, Hinata mendengar semua orang berbisik, namun ada sebagian yang bisa didengar Hinata, cacian dan makian di tujukan untuk dirinya.
...
Hinata berada di ruang perpustakaan keluarga Uchiha, Hizashi hanya memberinya waktu satu jam, Hinata menjambak rambutnya, di saat seperti ini ayah dan ibunya tidak membantu, mereka memberikan semua keputusan pada Hinata sendiri.
Hinata tidak mungkin memilih Madara, pria itu memang masih muda 27 tahun, tapi pria itu terlalu berkharisma untuknya, Itachi juga bukan pilihan yang baik, pemuda itu seperti kakak baginya, Tekka, Inabi Setsuna, Yashiro dan Hikaku juga tidak untuk dipilihnya, Sasuke?, Hinata tidak mau mengambil resiko kembali tersakiti oleh pemuda itu, Hinata sering sekali menitikkan air mata saat menjadi kekasih pemuda itu satu tahun yang lalu, Sasuke menghianatinya dengan Karin, sedangkan Shisui, tidak ada satu informasi apapun yang Hinata ketahui tentang pemuda itu.
Waktu satu jam Hinata sudah hampir habis, Hizashi kembali memanggilnya, Hinata tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.
Grebb..
Hinata terlonjak saat seseorang menyentuh bahunya.
"Nak?,..." seorang wanita yang sudah tua menyapa Hinata saat keluar dari ruangan perpustakaan.
"Nenek?" Hinata memanggil wanita tua yang menepuk bahunya tadi.
"Apa kau gugup?," Hinata mengangguk, nenek tua itu sudah cukup Hinata kenal jadi tidak ada rasa canggung yang di rasakan Hinata.
"Tidak perlu khawatir, siapapun dari mereka yang kau pilih, aku akan senang, aku menyetujui perjodohan ini." ucap nenek Uruchi disertai senyuman ramahnya, Hinata juga tersenyum dan menganggukan kepalanya.
...
"Hinata Hyuga?" langkah Hinata yang masih tertatih karena sakit di kakinya harus terhenti karena sebuah panggilan
"Karin?.." Hinata melipat tangan di dadanya.
"Apa kau merasa senang?, jangan berpikir untuk memilih Sasuke, karena dia adalah milikku." ucap Karin dengan tegas, Hinata tertawa mendengar ucapan Karin.
"Apa yang akan kau lakukan kalau aku memilihnya?, apa kau tidak dengar tadi?, aku bebas memilih siapapun?" Karin terlihat begitu marah.
"Dan kurasa Sasuke mengharapkanku untuk memilih dirinya." Hinata kembali tertawa.
"Jangan buang waktumu, Karin, jika aku mau aku bisa mengambil Sasukemu sejak dulu." Hinata kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Karin yang terdiam.
Hinata sudah kembali bergabung bersama yang lainnya, wajah para pemuda terlihat sedikit tegang berbeda sekali dengan Shisui yang justru terlihat tenang, para pemuda Uchiha sebenarnya tidak akan merasa rugi jika Hinata memilih mereka, justru mereka beruntung bisa mendapatkan gadis seperti Hinata, maka dari itu mereka tidak protes sama sekali.
"Hinata, apa kau sudah mengambil keputusan?" tanya Hizashi, Hinata hanya mengangguk dengan ragu.
"Baiklah, Siapa yang akan kau pilih." Hizashi mengajak Hinata untuk berdiri bersamanya, gadis itu menelan ludah, Hinata benar-benar gugup.
"A-Aku, aku memilih,... Shisui, Uchiha Shisui." ucap Hinata dengan terbata, semua orang membulatkan matanya, Sasuke mengepalkan tangannya, ayah dan ibu Hinata menatapnya tidak percaya.
Hinata melihat ke arah Shisui, pemuda itu menundukan wajahnya, namun Hinata tahu pemuda itu marah, dan ibu Shisui juga menatap tajam dirinya.
Hinata tetap berusaha mengendalikan dirinya, apa keputusannya sudah benar, Hinata bimbang, dan juga takut.
'Ya Tuhan tolong aku, pemuda itu terlihat marah sekali aku takut.'
Belum selesai Hinata bergumam, tiba-tiba Hinata merasakan tarikan ditanganya yang begitu keras.
Kakinya yang terasa sakit semakin terasa saat Hinata harus berjalan cepat, pemuda itu Shisui menarik Hinata untuk menjauhi ruangan tersebut, Hinata takut apa yang akan di lakukan Shisui padanya, gadis itu hanya mampu berdoa semoga pemuda itu tidak menyakitinya.
To be continue.
Haiii, aisya nongol lagi dengan fict baru dan fair baru...
Percaya atau tidak aku dapet feel untuk Shisui...yeeey, ga tau kalau reader, kuharap kalian juga suka fair ini...
Ayo dukung donk, di fav, foll and review juga, gimana menurut kalian tentang fict ini?
Mungkin di chap 1 ini belum terlalu jelas confliknya, tapi seiring waktu akan di jelaskan tentang Shisui...
Ok, kuharap ada yang mau baca fict ini...
Akhir kata, terima kasih.
Salam aisyaeva..
