Okita Souji, kapten divisi satu dari Shinsengumi, divonis mengidap tuberculosis.

Saat dokter Matsumoto memberitahu penyakitnya, dia hanya tertawa-mencoba untuk tegar. Seolah tidak terjadi apapun, dia menjalani hari-harinya dengan biasa. Patroli, memasak untuk yang lain, bersih-bersih... Hanya saja ditambah batuk yang berkelanjutan. Hijikata sudah menyuruhnya-ralat, memerintahnya-untuk beristirahat. Namun bagi Okita, diam di kamar itu sungguh membosankan. Alhasil dia harus mendengarkan omelan dari atasannya itu berkali-kali karena bandel.

Beberapa misi dan pekerjaan datang, namun Okita selalu ditugaskan untuk menjaga markas. Dia dilarang ikut oleh Hijikata karena kondisinya yang tidak sehat. Seperti biasa, Okita mengungkapkan kekecewaannya dengan nada bercanda dan membuat Hijikata mengomelinya. Okita selalu tersenyum dan tertawa, namun semua hilang saat teman-temannya keluar untuk menjalankan tugas.

Di dalam kamarnya, Okita duduk memandangi langit dari jendela. Wajah dan matanya sama sekali tidak ada pancaran kebahagiaan. "Aku ingin ikut..." gumamnya.

Menghela napas, diliriknya dua pedang miliknya di sampingnya. Kiyomitsu dan Yasusada.

"Aku masih bisa bertarung," ucapnya lirih sambil meraih Yasusada. "Aku adalah pedang Shinsengumi. Tidak seharusnya aku diam di sini." Okita tertawa getir, merasa kata-kata barusan hanya omong kosong untuk melegakan hatinya sendiri.

Tiba-tiba dadanya bergejolak. Okita terbatuk sangat kuat. Tubuhnya reflek membungkuk, tangan kiri menutup mulutnya. Bau anyir darah menusuk hidungnya. Dada dan tenggorokannya serasa terbakar sampai dia kesulitan untuk bernapas. Siksaan itu berlanjut hingga beberapa lama, bahkan air matanya keluar tanpa disadarinya karena menahan sakit.

Setelah batuknya mereda, Okita menatap tangan kirinya yang menampung darah. Dia pun meraih sapu tangan dan membersihkan tangannya. Kemudian dibakarnya sapu tangan yang telah kotor agar tidak meninggalkan bukti tentang penyakitnya.

Okita tersenyum kecut. Diraihnya Yasusada yang terlepas dari tangannya saat batuk tadi.

"...Aku tidak yakin bisa bersamamu sampai akhir," bisiknya sambil mengusap pedang di pangkuannya. "Mungkin aku akan berakhir seperti Kiyomitsu-rusak, lalu tidak digunakan lagi. Sepertinya aku terkena karma karena telah mengabaikannya setelah dia rusak."

Sesaat hanya suara jangkrik yang terdengar sebelum tawa Okita memecah kesunyian malam. "Oh, ya ampun," ujarnya sambil menahan tawanya. "Aku bukan maniak pedang seperti Hajime, namun aku berbicara pada pedang... Sepertinya aku benar-benar sakit."

"Namun walau tubuhku hancur, aku tidak akan menyerah. Aku akan melindungi Kondou-san... dan Shinsengumi."

Telinganya menangkap suara langkah kaki. Tidak hanya satu, tapi banyak orang. Perlahan-lahan semakin dekat. Diintipnya dari jendela, matanya yang tajam menangkap sekelebat biru di kegelapan malam ini. Dia pun tersenyum.

"Mereka sudah kembali ternyata. Cepat juga," katanya sambil berdiri, tak lupa Yasusada dibawanya juga. "Kalau cepat, pasti tidak ada hal yang seru. Untung aku tidak ikut."

Okita pun bergegas keluar dari kamarnya untuk menyambut teman-temannya, tidak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi selama misi.