Nordic Tycoon Vol. 1
APH ©Hidekaz Himaruya
Diana Palmer of Hart Series (saya ambil plot dari sini tapi dengan kata-kata sendiri dan beberapa bagian yang diubah)
Sweden x fem!Finland
Warning: genderbent, AU, OOC, don't like don't read.
Note: Matthias Densen=Denmark, Lukas Bondevik=Norway, Erika Arnadottir=fem!Iceland
Tiina menundukkan kepalanya ke bawah ketika melihat anjing kecil putih kesayangannya tertidur pulas di kakinya ketika ia sedang mencuci piring. Gadis muda tersebut tersenyum melihat pemandangan ini—di saat-saat seperti ini ia membutuhkan seseorang untuk menemaninya.
"Woof! Woof!" Anjing putih kecil itu langsung terbangun begitu kaki Tiina bergerak sedikit darinya.
Ia jongkok sebentar dan tersenyum pada anjing putih kecil tersebut lalu berkata sesuatu kepadanya sambil mengelus-elus kepala Kukkanuma. "Nanti kalau pekerjaanku sudah selesai, kita akan bermain sama-sama lagi, Kukkanuma."
Kukkanuma tampaknya mengerti apa yang dikatakan Tiina dan kembali ke tempat asalnya sementara Tiina melanjutan pekerjaannya. Ada begitu banya tugas yang dilimpahkan oleh bos-bosnya karena ini merupakan akhir tahun. Mulai memasak, mencuci, membersihkan rumah, meneliti ternak-ternak dan sebagainya. Melihat Kukkanuma di sisinya, Tiina merasa amat sangat beruntung karena sejak kecil ia dan ayahnya selalu berpindah-pindah tempat sehingga ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk memelihara anjing ataupun kucing. Ibunya tidak pernah menyukai ayahnya yang berjiwa petualang hingga pada akhirnya ia meninggalkan Tiina dan sang ayah ketika Tiina berusia lima tahun. Tidak ada kenangan yang bisa diingat mengenai ibunya kecuali perasaan getir terhadapnya. Ayahnya dulu, bekerja di tempat ini selama dua tahun dan enam bulan yang lalu ia meninggal karena komplikasi yang dideritanya sejak lama. Hati Tiina hancur mendapati fakta itu dan selama beberapa bulan ia tidak bisa menghilangkan rasa sedihnya yang teramat dalam.
Ia masih terlalu muda dalam usianya, baru delapan belas tahun dan lulus SMA beberapa bulan lalu. Tidak ada di pikiran Tiina untuk melanjutkan ke perguruan tinggi karena terdapat beberapa masalah dan ada berkas-berkas yang kurang. Selain itu, ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya untuk menghidupi dirinya sekarang sementara biaya-biaya makin mahal.
Musim dingin di pedesaan Lapland ini benar-benar menusuk. Karena wilayahnya berhadapan dengan Kutub Utara,suhu di tempatnya berkali-kali lipat lebih dingin dari suhu musim dingin di negara lainnya yang jauh dari Kutub Utara. Sejak bulan Oktober, mau tidak mau Tiina harus memakai baju penghangat kemanapun ia pergi dan ketika salah satu bosnya menyuruh Tiina untuk membeli baju penghangat yang baru, dengan halus Tiina menolaknya.
"Mengapa tidak beli baju yang baru saja, Tiina?" tanya Matthias genit sambil memeluk Tiina dengan gaya mesra. "Bukankah gaji yang kami berikan kepadamu sudah sangat cukup?"
Lukas menjitak kepala Matthias. "Hentikan omongan genitmu, anko uzai!"
Tiina tergelak pelan dan melepaskan diri dari pelukan Matthias. "Er—memang, tetapi aku lebih suka menyimpannya sendiri. Dan lagipula, baju ini masih sangat bagus dan awet," jawabnya lembut. Ia sendiri dari dulu tidak pernah berpikir untuk membeli barang-barang baru, selama itu awet dan bersih ia tidak akan keberatan. Banyaknya biaya yang dikeluarkan dulu ketika ayahnya masih hidup ditambah ia tidak pernah membeli barang-barang baru membuat Tiina berpikir ulang untuk membeli barang-barang baru.
Pria Swedia yang berada di dekat Matthias menatap Tiina tajam dari atas ke bawah. "Sudah ketinggalan jaman, huh."
Tiina bergidik pelan, satu-satunya yang Tiina takuti ketika bekerja di rumah ini adalah pria Swedia tinggi besar ini. Tatapannya mampu membuat Tiina terbunuh hidup-hidup. Ditambah pria ini tinggi besar seperti raksasa. Jika dibandingkan dengan Tiina, tentu Tiina lebih terlihat seperti anak kecil. Gadis itu merasa ditelanjangi setiap Berwald menatapnya seperti itu. Dalam bayangannya, Berwald bisa saja memukulnya jika pria itu mau.
"Beary!" hardik Matthias jengkel. "Bisakah kau berhenti menakuti gadis ini!"
"Aku tidak menakutinya," jawabnya ketus dan membuang wajahnya ke arah lain.
Mengingat kini ia bekerja sebagai pengurus rumah tangga di rumah yang berisi tiga orang pria tampan yang kira-kira berusia diatas tiga puluhan tahun. Tiina tinggal bersama tiga bos pria dan tentunya hampir setiap hari banyak wanita cantik berdatangan. Bos yang pertama yaitu Matthias Densen adalah seorang playboy dan ia siap menerima wanita masuk kapanpun juga. Memiliki rambut kecoklatan dan sedikit jabrik seperti anak muda serta warna mata coklat hazel. Dikabarkan bahwa Matthias bisa mengencani dua wanita yang berbeda setiap harinya dan kedua bos lainnya hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya kesal mengingat Matthias sudah berusia empat puluhan lebih. Matthias memiliki darah Denmark dan ia merupakan maniak bir. Untuk pria seusianya, ia sangat tampan dan memiliki semangat yang tinggi dalam hal apapun.
Sedangkan bos yang kedua yaitu Berwald Oxenstierna dan ialah orang yang paling ditakuti Tiina sejak Tiina bekerja di rumah mereka. Pria itu berkebangsaan Swedia dan ia memakai kacamata persegi yang pas dengan pirang pendek yang tampak berantakan merupakan gaya andalannya. Matanya yang berwarna hijau kebiruan membuatnya terlihat lebih tampan seandainya pria itu tidk memberikan tatapan maut setiap saat.
Berwald sering memandang Tiina dengan tatapan mautnya yang membuat Tiina ingin segera kabur tetapi dicegah oleh kedua bosnya yang lain. Usianya berkisar tiga puluh sembilan tahun dan sama seperti Matthias, banyak wanita yang mengejar-ngejar Berwald tetapi tidak ada satupun perhatian yang Berwald berikan pada mereka. Malah dihadiahi tatapan maut berbahaya. Mungkin Berwald tidak membencinya sama sekali karena tatapan maut yang ditujukan kepadanya ditujukan bagi semua orang. Akan tetapi, Tiina merasakan adanya sesuatu yang aneh terhadap Berwald. Ketika kedua bosnya tidak setuju Tiina memelihara anjing putih kecil itu, Berwald menyetujuinya dan itu menjadi tanda tanya sesungguhnya. Apa tujuan Berwald terhadap dirinya? Tiina tidak akan pernah tahu sampai kapanpun karena pria itu membencinya setengah mati.
Bos yang terakhir yaitu Lukas Bondevik, pria berkebangsaan Norwegia yang saat ini diam-diam memiliki hubungan khusus dengan salah satu teman sesama pengurus rumahnya yaitu Erika Arnadottir. Pria yang terakhir ini masih sangat muda, usianya sekitar tiga puluh lima tahun. Tiina berpikir, seandainya Lukas melepaskan jepitan rambutnya yang terlihat seperti perempuan, ia akan terlihat lebih manly. Sama-sama diam seperti Berwald tetapi tidak terlalu menakutkan, berbeda ketika ia sedang marah dan memiliki desas-desus bahwa ia siap memanggil Troll kapanpun juga. Tiina tidak mempercayai akan hal itu dan menganggap hal itu lucu-lucuan semata.
Interaksi Tiina dan Berwald tidak terlalu sering dibandingkan dengan Matthias ataupun Lukas. Tiina tidak tahu banyak mengenai Berwald dan demikian juga dengan Berwald. Tetapi mungkin Berwald akan terkejut mendapati Tiina menguasai bahasa Swedia, Spanyol, Denmark, Norwegia, Rusia dan Inggris. Itu semua didapat dari hasil ayahnya bertualang. Tentu saja Tiina tidak tahu bahwa Berwald juga menguasai bahasa-bahasa yang dikuasai Tiina. Ingin menanyakan hal itu pada Berwald tetapi hati Tiina sudah dihantui oleh rasa takut yang paling dalam. Takut jika pria itu menolak Tiina habis-habisan atau yang paling parah adalah mengusirnya dari rumah.
Tapi, ia pernah mendapati pria itu menggendong Kukkanuma dan beberapa anak anjing dengan penuh senyuman. Berwald tampak lebih lepas—sekaligus bahagia.
Sesuatu yang tidak akan pernah ia tunjukkan kepada orang lain. Itu merupakan pemandangan yang langka.
Suatu ketika Tiina pernah menanyakan mengenai hal ini kepada Matthias, mengapa Berwald bersikap dingin kepadanya dan juga wanita yang lainnya. Pasti ada alasan yang membuat Berwald menjadi seperti itu, pikir Tiina dengan penuh rasa ingin tahu. Matthias berkata kepadanya bahwa delapan tahun lalu, Berwald pernah memiliki kekasih yang kira-kira lebih muda sedikit dari Tiina. Berwald percaya bahwa gadis itu mencintainya sampai pada akhirnya ia mendapati kekasihnya berselingkuh dengan pria yang hanya beberapa tahun lebih muda darinya dan pria itu tentu lebih kaya.
Fakta yang lebih mengejutkan untuk Berwald adalah bahwa gadis yang dipacarinya itu merupakan gadis panggilan dan sejak saat itu ia bersumpah tidak akan berhubungan dengan wanita manapun juga. Tiina hanya bisa merasa kasihan pada Berwald tetapi ia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa. Pasti pria itu juga menganggap Tiina sama dengan mantan pacarnya. Wajar jika Tiina selalu menjadi incarannya dan sasaran kebenciannya. Selama ini ia sudah bersikap sabar dan mengabaikan kemarahan Berwald.
Apapun yang terjadi, baik Berwald maupun Matthias dan Lukas adalah orang yang paling baik sedunia. Tanpa mereka semua, ia pasti sudah hidup luntang-lantung tanpa tujuan. Sekalipun di negara ini semua dibiayai pemerintah, tidak selamanya Tiina akan hidup seperti ini terus menerus. Tidak ada bos sebaik mereka, bahkan mereka memberikan hadiah ulang tahun kepada Tiina yaitu satu botol parfum desainer kenamaan dan satu tas mewah walaupun pada saat itu Berwald sedang berada di luar kota untuk menghadiri bisnis penting.
.
.
.
Ketika bos-bosnya tidak ada di rumah, Tiina mempunyai rencana sendiri yaitu membuatkan cheese cake untuk salah satu bosnya, Berwald. Selain itu, tentu saja itu semua merupakan usulan dari Matthias maupun Lukas. Lagipula itu merupakan ide bagus, sekali-kali pria itu perlu dibuatkan kue sekalipun ini bukan hari ulang tahunnya. Dengan semangat ia mengajak Erika untuk membantunya membuat kue mengingat ia sangat buruk dalam memasak.
Walaupun tidak separah tetangganya yang berasal dari Inggris—Alice Kirkland—tetap saja rasanya sangat menohok. Sudah berkali-kali ia belajar memasak di sekolahnya, ia selalu mendapatkan nilai buruk untuk itu sehingga ia sering menjadi bahan ejekan teman-temannya.
Membuat kue itu benar-benar membutuhkan waktu lama bagi Tiina. Berkali-kali Erika menghela nafas melihat Tiina yang salah terus menerus dalam membuat kue.
"Aku saja yang kerjakan!" ujar Erika habis kesabaran dan mengambil adonan yang diaduk Tiina. "Kau memperparahnya!"
Tiina menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap mata abu-abu Erika dengan tatapan memelas. "Jangan! Aku ingin membuat kue ini terasa spesial untuknya agar ia bisa menghargai keberadaanku."
Alis Erika berkedut mendengar pernyataan Tiina. Yang ada Tiina akan disembur habis-habisan oleh bosnya tersebut tanpa ampun hingga gadis itu terkencing-kencing. Lihat saja nanti, ia membatin. Jika sampai ada apa-apa, Tiina jangan menangis-nangis kepadanya karena ia tidak akan mau peduli sedikitpun. Ia sudah memperingatkannya tetapi tetap saja gadis Finlandia itu nekat. Ia sudah bekerja di rumah ini sejak ia berusia empat belas tahun dan ia baru berusia enam belas tahun—hanya berbeda dua tahun setengah lebih muda dari Tiina.
Lucunya adalah semua orang tahu bahwa Berwald sering memperhatikan Tiina dari kejauhan bahkan bersikap protektif terhadap Tiina tetapi hanya satu-satunya orang yang tidak menyadarinya yaitu Tiina sendiri. Tiina begitu polos untuk gadis seumurannya. Ia ragu jika Tiina bisa bertahan dari pria-pria mata keranjang.
"Berpikir apa, Erika?" Tiina bertanya sekali lagi. "Kue ini harus kuapakan lagi?"
Erika menghampiri Tiina dan melihat kuenya sudah mengembang, buru-buru ia mematikan oven sebelum kue itu meledak. Ya Tuhan, Tiina memang benar-benar bodoh. Lucu memang jika untuk urusan memasak ia yang harus turun tangan. Untung saja ketiga bosnya mengerti akan hal itu. Suatu saat, jika ia ingin membuat kue untuk Lukas Bondevik, ia tidak akan melibatkan Tiina sedikitpun. Diam-diam ia akan merasa geli membayangkan Tiina dan Berwald berada di altar melangsungkan pernikahan. Tentu saja ia akan mendatangi pernikahan mereka dengan penuh semangat dan Tiina akan lebih mirip sebagai 'korban pedo' Berwald. Entah bagaimana ia bisa berpikir seperti itu tetapi mungkin sama saja seperti hubungannya dengan bosnya, Lukas.
"Tidak apa-apa," balasnya dingin. "Sudahlah, kamu hias dulu kue ini!"
Tanpa ba-bi-bu lagi, Tiina langsung mengangkat kue itu dan menghiasnya seindah mungkin. Ia paling suka menghias kue dan menurut yang lainnya, Tiina memiliki kemampuan yang baik dalam menghias makanan tetapi buruk dalam memasak.
Dengan telaten, Tiina menghiasnya dengan penuh semangat dan tersenyum kecil, mungkinkah pandangan Berwald terhadapnya akan berubah sedikit demi sedikit.
Semoga saja pria itu berubah dan mulai bersikap lunak terhadapnya. Ia berharap begitu sambil berdoa kepada Tuhan agar Berwald tidak terluka lagi ataupun memikirkan masa lalunya yang kelam.
Selesai berpikir seperti itu, ia membawa kue itu ke ruang kerja Berwald dan menaruhnya. Mungkin ia sedang bekerja di luar, pikirnya dalam hati. Tanpa ada perasaan curiga sedikitpun ia keluar dari ruangan itu dengan hati yang riang seolah-olah keinginannya terkabul.
—00—
Erika sudah bisa menduga apa yang terjadi, Berwald marah besar dan kue buatan Tiina terlempar ke tembok. Mata Berwald berkilat-kilat tajam pada Erika sehingga gadis itu bergidik ngeri. Dugaannya sama sekali tidak keliru. Dalam hati ia kuatir pada Tiina dan bertanya dimanakah gerangan Tiina sekarang?
"Si—siapa yang membuat kue ini?" Berwald menggeram. "SIAPA?"
"Berwald, tenanglah!" Lukas menegurnya dan memeluk Erika dengan protektif. "Jangan menakuti dia seperti ini."
Berwald benar-benar hilang akal. Ia sudah lama mengatakan kepada semua orang yang ada di rumah ini bahwa ia benci sekali dengan apa yang namanya pesta, kue dan perayaan. Bahkan ia benci ulang tahunnya sendiri. Sekejap ia langsung teringat dengan ibunya yang membencinya dan melempari wajahnya dengan kue ulang tahun itu sendiri. Tidak hanya itu saja, Berwald juga disuruh minum air mentah hingga ia masuk rumah sakit pada usia delapan tahun. Kenangan itu membuatnya muak, ingin melampiaskannya kepada semua orang yang ada.
Tiina dan Matthias masuk ke ruangan secara bersamaan itu dan kaget mendapati kue buatannya mendarat di tembok. "Aa—ah. Kue buatanku—ada apa—."
Gadis itu belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan tamparan melayang ke pipinya. Ia terjatuh ke bawah dan Matthias memegangi tangannya. Tiina memucat dan matanya nanar—seumur hidupnya ia belum pernah diperlakukan kasar seperti ini, bahkan oleh pria sekalipun.
Ini pertama kalinya untuk Tiina. Ia terlalu syok hingga tidak bisa berkata apapun lagi.
"APA YANG KAU LAKUKAN BEARY!" bentak Matthias jengkel. "Tidak bisakah kau lihat gadis ini ketakutan!"
Berwald mengangkat dagu Tiina dengan kasar dan memperlihatkan pipi Tiina yang merah akibat tamparannya yang keras. "Aku tidak menyuruhmu untuk membuatkan kue ulang tahun atau apapun itu."
Wajah Berwald sedekat ini dan ia merinding. Air mata Tiina mengalir deras, ketakutan dan merasa terancam. Ia salah menduganya bahwa Berwald akan senang, ternyata ia salah besar dan itu membuatnya semakin tersiksa.
"Ku—kupikir Anda akan senang, Mr. Oxenstierna," Tiina berkata dengan gugup dan berlari ke luar. Matthias yang panik dan merasa bersalah kepadanya ikut mengejarnya dan sempat memberikan Berwald suatu tatapan ancaman.
"Lebih baik jaga sikapmu, kaleng ikan," ujar Matthias sinis. "Kudoakan kau membujang seumur hidupmu!"
Berwald mendengus. "Well, itu memang mauku."
.
.
.
"Tiina, kumohon pikirkan dulu untuk pergi dari sini. Sekarang ini musim dingin dan lebih baik jangan keluar rumah dulu hingga keadaan aman, ja."
Tiina tidak mendengarkan perkataan Matthias sedikitpun dan tetap membereskan barang-barangnya. "Lebih baik aku tidak ada di sini, benar-benar membuatku muak. Mr. Oxenstierna pria kejam, dia membuatku—."
"Oke, tapi Beary tidak sejahat kelihatannya dan ini semua salahku," Matthias menambahkan. "Aku lupa memberitahumu bahwa Beary membenci kue pesta. Jika ada orang yang ingin disalahkan itu aku."
Tiina menekukkan wajah dan menuju ke arah pintu keluar. "Terima kasih atas kebaikan kalian semua! Maaf, aku tidak bisa hidup dengan pria jahat seperti Mr. Oxenstierna, permisi."
Matthias sudah tidak bisa mencegah Tiina lagi, gadis itu sudah mantap dengan keputusannya dan pergi untuk selamanya. Bisakah ia mengatakan bahwa sebenarnya Berwald menyayanginya tetapi pria itu terlalu takut untuk mengatakannya kepada Tiina karena takut gadis itu terluka.
TBC
A/N Kukkanuma (Finnish)=Hanatamago
Btw ini plot fic yang akhirnya saya bisa selesaikan dalam waktu lima hari LOL. Nordic Tycoon series akan ada tiga series dan jika yang ke satu sudah selesai maka akan lanjut yang ke dua dengan pairing yang berbeda. Saya tidak akan memberitahu pairing apa yang keluar di seri ke 2 dan ke 3 tapi bakal jadi fic sendiri dan masih ada related sama fic yang ini. Danke bitte for reading~
