Low-bate
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
"Tetsuya, ini tidak seperti yang kau lihat."
"Aku sudah lelah, Akashi-kun. Sepertinya, hubungan kita memang harus diakhiri."
"Apa maksudmu, Tetsuya?"
Diam cukup lama.
"Tetsuya? Halo, kau masih di sana, kan?"
"Akashi-kun, aku ingin bertanya satu hal kepadamu."
"Tetsu—"
"Apakah Akashi-kun masih mencintaiku?"
"Kenapa pertanyaanmu aneh begini, Tetsuya?"
"Sudahlah, Akashi-kun. Kau tinggal menjawabnya saja, kan? Apa susahnya?"
"Jadi selama ini kau sudah tidak mempercayaiku lagi, Tetsuya?"
"Kau jahat, Akashi-kun. Aku yang ingin meminta penjelasan kepadamu, tapi mengapa kau malah menuduhku?"
"Tetsuya, jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku—"
"Kalau begitu, jawab pertanyaanku tadi! Apakah Akashi-kun sebenarnya masih mencin—"
Tiit.
Belum selesai Tetsuya mengucap, sambungan telepon mendadak terputus.
Benar, kan, dugaan Tetsuya selama ini? Akashi Seijuurou sudah tidak mencintainya lagi. Buktinya, teleponnya diputus secara sepihak saat Tetsuya hendak menanyakan kejelasan.
Tetsuya duduk lemas di bibir kasur. Dia tidak menyangka jika kisah cintanya akan berakhir seperti film melowdrama yang pernah ditontonnya. Tanpa terasa, pipinya basah oleh air mata.
Karena lelah duduk, Tetsuya memutuskan untuk berbaring, mencoba melupakan masalahnya dengan memejamkan mata. Tapi di malam yang dingin itu, dia tetap tidak bisa tidur.
Tok tok tok
Bunyi pintu yang diketuk membuat mata biru Tetsuya terbuka.
Siapa? Malam-malam begini?
Tetsuya berdiri merenung.
Atau jangan-jangan… Pasti dia.
Apa maunya?
Tetsuya benci berada dalam situasi seperti ini. Dia sudah bertekad tidak mau bertatap muka dengan dia, tetapi dalam hati Tetsuya harus mengaku jika dirinya masih ingin meminta penjelasan.
Berbekal hembusan napas yang kuat, Tetsuya berjalan menuju ruang tamu dan membuka pintu.
"Tetsuya."
Yang ditanya hanya menyedekapkan tangan, tidak mau memandang.
"Tetsuya, tolong, maafkan aku."
"Aku tidak bisa menebak, mengapa Akashi-kun bisa setega itu."
"Aku—apa? Aku tidak mengerti maksudmu, Tetsuya. awalnya kita biasa-biasa saja, tidak ada apa-apa, tapi kenapa sekarang kau jadi berubah?"
"Aku tidak berubah. Aku hanya menginginkan kejelasan darimu, tapi kenapa kau tidak mau memberiku penjelasan itu dan malah memutus telponmu?"
"Tetsuya, maaf sebelumnya, ponselku tadi low-bate."
Tetsuya tercenung.
"Sekarang, aku datang ke rumahmu. Aku ingin mengatakan segalanya kepadamu. Tolong, dengarkan kata-kataku hingga selesai."
Tetsuya, meski enggan, mempersiapkan diri untuk mendengarkan walau matanya hanya menatap tembok.
"Maaf, Tetsuya. Ponselku tadi baterainya habis," Akashi mulai menjelaskan. "Aku tidak tahu dari mana kau mendapat kabar buruk tentangku. Tapi, Tetsuya, hanya satu hal perlu kau tahu dariku. Sampai detik ini, aku masih mencintaimu, Tetsuya. Kumohon, maafkan aku."
Tetsuya menoleh.
Akashi mengulurkan tangannya, lalu menggenggam tangan Tetsuya dengan erat. Puncaknya, malam itu berakhir dengan keduanya yang saling berpelukan. Tetsuya perlahan-lahan mengusap lelehan di pipinya. Dia tidak lagi mengangis karena bersedih, tetapi menangis dengan diiringi senyuman termanis.
.
GAME OVER
