Sepatu Baru
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
"Tetsuya, bisa lebih cepat?" Akashi bertanya tidak sabar.
"Sebentar, Akashi-kun. Aku sedang memakai sepatu, kau tidak lihat?" Kuroko membalas dengan kesal. Sudah lebih dari tiga kali sahabatnya itu menanyakan hal yang sama.
"Iya, aku tahu. Tapi ini hampir jam tujuh, Tetsuya, kita bisa telat ke sekolah nanti!"
"Oke. Sudah selesai."
Kuroko bangkit dari duduknya.
"Jangan membentak-bentak seperti itu lagi, Akashi-kun. Aku tidak suka."
"Aku tidak membentak-bentak, Tetsuya. Aku hanya ingin bisa disiplin."
"Kalau kau memang tidak mau menungguku, kau bisa berangkat duluan. Lagi pula, aku tidak pernah menyuruhmu menungguku."
Jika saja Akashi tidak mengingat bahwa lelaki berambut biru tersebut adalah anak yang sangat polos dan jujur, dia pasti sudah melemparkannya ke selokan. Faktanya, lelaki yang semula hanyalah sahabatnya ini adalah anak yang sudah ditaksirnya selama setahun.
"Sudahlah. Ayo, berangkat!"
Mereka berdua lantas berjalan cepat menuju sekolah. Namun, di sebuah gang jalan yang akan mereka berdua lewati, tiba-tiba Kuroko menghentikan derap kakinya.
"Ada apa, Tetsuya?" Akashi bertanya, heran.
"Ngg… Bisakah kita melewati jalan selain ini?"
"Ha? Kau ini kenapa, sih, Tetsuya? ini sudah jam tujuh, kita sudah telat," ucap Akashi, berusaha menjelaskan dengan raut wajah putus asa.
"Tapi, Akashi-kun," Kuroko membalas dengan suara keras, "Aku tidak ingin lewat jalan ini."
"Lalu kau akan lewat jalan mana lagi? Ini adalah jalan satu-satunya, Tetsuya."
"Aku lebih memilih jalan memutar dari pada lewat jalan ini."
Dasar Kuroko, masih saja keras kepala. Padahal, waktu sudah tepat pukul tujuh, jelaslah jika mereka berdua akan terlambat.
"Memangnya kenapa dengan jalan ini?"
"Jalannya becek, Akashi-kun," Kuroko menjawab jujur.
"Terus?"
"Yah, aku tidak mau lewat di situ pokoknya."
Akashi mencermati wajah Kuroko. Pandangannya kemudian tertuju ke bawah.
Oh… Jadi karena ini?
Bukan Akashi namanya jika tidak bisa memanfaatkan situasi.
"Kau mau aku gendong?" tawar Akashi.
"Ha? K-kau mau menggendongku?"
"Iya, daripada kita terlalu telat di sekolah nanti jika harus melewati jalan memutar."
"Tapi mengapa kau mau menggendongku?"
Akashi tergelak. "Ayolah, Tetsuya. Mengakulah saja. Kau tidak mau melewati jalan ini karena tidak ingin mengotori sepatu barumu, kan?"
Kena sekarang kau Kuroko.
"Ngg… A-aku—"
"Sudahlah. Itu tidak terlalu penting. Kau mau kugendong atau tidak?"
Diam-diam, dalam batin Kuroko, terbitlah sebuah harapan.
Mereka berdua lalu melewati jalan becek tersebut seperti dua katak yang memulai masa menanam.
Dalam hati Akashi, dia mengakui, tidak apa-apa jika dia terlambat, asal tidak menyia-nyiakan sebuah kesempatan di pagi hari yang sangat hangat.
.
GAME OVER
