Seperti Bumi, Cinta Tidaklah Datar

Oleh: Jogag Busang

Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini

.

.

"Apa memang cinta kita harus seperti ini, Akashi-kun?" tanya Kuroko dengan suara bosan, bertanya tanpa memandang kepada satu-satunya orang selain dirinya di dalam kamar sempit itu.

"Maksudmu bagaimana, Tetsuya?"

"Setiap hari kita selalu berdebat, selalu saja ada masalah di dalam hubungan kita. Seperti kemarin. Jika begini terus, kita tidak bisa hidup dengan tenang, Akashi-kun."

"Masalah kemarin? Itu wajar saja, Tetsuya."

"Tapi kenapa aku yang sering disalahkan?

"Itu bukan salah kamu, Tetsuya. Tentang kemarin… aku juga mengaku salah. Seharusnya aku bisa menangani ayahku sebelum dia mengamuk kemarin."

"Akashi-kun, apa masuk akal jika kita seperti ini?" Suara Kuroko meninggi.

"Tetsu—"

"Jujur saja aku capek, Akashi-kun. Setiap hari harus merasakan sakitnya dihina tetangga, setiap hari harus berdebat dengan ayahmu, setiap hari aku harus bekerja untuk mengejar mimpiku yang masih belum tercapai. Aku lelah harus menghadapi masalah yang seakan tidak ada habisnya seperti ini. Aku benar-benar—"

"Tetsuya," Akashi menyela. Dia akhirnya ikut bergabung duduk di kasur, di sebelah kanan sisi Kuroko.

"Aku ingin kau mendengarkan kata-kataku, Tetsuya."

"Apa lagi, Akashi-ku? Kau ingin mengajakku bertengkar untuk masalah tidak penting lagi?"

"Bukan, Tetsuya. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu."

Kuroko menarik napas panjang, menenangkan diri, siap mendengarkan.

Akashi meraih tangan Kuroko, menggenggamnya. "Cinta itu seperti bumi, Tetsuya."

Kuroko tidak bertanya, tetapi menampilkan raut wajah ingin tahu.

"Orang jaman dahulu, sewaktu belum ada orang yang bisa pergi ke bulan, mereka menganggap bumi itu datar. Karena, sejauh mana mata memandang, yang tampak memanglah daratan dan lautan yang hanya datar-datar saja. Jika tidak datar, bagaimana mungkin mereka bisa tetap tegak berdiri? Bagaimana bisa mereka berjalan jika bumi tidak datar? Pasti orang-orang akan terjatuh seandainya bumi itu berbentuk bulat. Namun beberapa tahun kemudian, ternyata terbukti jika bumi itu bulat, bukan datar, dan nyatanya meski bumi itu bulat, manusia masih bisa menjalani aktivitas dengan normal setiap hari. Karena apa? Ada gaya gravitasi yang membuat mereka tetap menempel di bumi."

Sambil menggenggam tangan Kuroko, Akashi menyingkirkan anak rambut di dahi Kuroko, diselipkannya ke telinga.

"Sama seperti cinta, Tetsuya. Cinta itu tidak datar. Selalu saja akan ada masalah yang menimpa sebuah hubungan percintaan. Akan tetapi, cinta masih tegak berdiri karena ada gaya gravitasi. Iya, benar. Sama seperti bumi, cinta juga memiliki gaya gravitasi untuk menopangnya agar tidak terjatuh, agar tidak terpuruk, agar tidak terputus di tengah jalan. Apa gaya gravitasi dalam cinta? Dengan bertahan, Tetsuya. Jika kita bisa bertahan memegang hubungan cinta ini, maka cinta akan tetap abadi. Jadi, jangan risau. Jangan mengeluh lagi. Jangan sedih lagi, Tetsuya. Kesedihanmu juga berarti kesedihanku pula dan aku tidak ingin melihatmu sedih."

Kuroko menghapus lelehan di pipinya yang entah mengapa bisa keluar tanpa disadari. "Terima kasih, Akashi-kun. Akan kuingat selalu kata-katamu. Maafkan aku selama ini yang selalu membuatmu cemas."

"Tidak apa-apa. It's okay, Tetsuya."

Akashi menarik tangan Kuroko yang semula digenggamnya, lalu diciumnya pelan.

"Love you always," ucap Akashi.

.

GAME OVER