Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Story by Faris Shika Nara

Rate T (maybe)

Warning : Au, ooc, tipo dll.

.

.

My Sweetest Boss

Chapter 1.

Fajar menyingsing, Pria dengan rambut kuning cerahnya itu termenung memandang lurus, pikirannya melayang memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk hidupnya.

"Aku tidak percaya, ternyata ucapan orang tua itu benar!" Tersenyum simpul setelah gumamannya tadi, mengingat kembali kata-kata seseorang yang beberapa bulan ini seakan terus terngiang di telinganya.

"Aku harus melakukan sesuatu untuk hidupku!" Ia mulai beranjak, meninggalkan hamparan luas ilalang yang membentang jauh.

Hari baru telah tiba, dirinya memandang cermin yang kini tengah memantulkan bayangan dirinya, membenarkan jas yang ia kenakan, lalu terdiam.

"Pertama, kau harus merubah raut wajahmu!" Berbicara sendiri seolah bayangannya merupakan sesuatu yang hidup. Sepersekian detik, senyum secercah mentari sudah terpampang jelas pada wajahnya.

"Ini tidak akan mudah!" Ia menggumam pelan ketika melihat raut yang tampak begitu asing di matanya.

Dirinya tau, dirinya bukanlah seorang anak kecil lagi, inilah alasan mengapa dirinya melakukan hal semerepotkan ini. Menentukan jalan, berusaha merencanakan masa depannya, menghapus gaya hidupnya yang lalu, merangkai ulang, potongan demi potongan.

Meskipun sulit, dirinya harus bisa melalui ini semua. Perubahan bukanlah suatu perkara yang mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, perubahan memerlukan pengorbanan dan kesabaran yang kuat untuk mewujudkannya.

"Apa pekerjaanmu sebelumnya?"

"Aku belum pernah kerja apapun!"

"Beri aku alasan, kenapa aku harus menerimamu?"

"Aku pekerja keras!"

"Semua orang yang akan melamar pekerjaan pasti juga akan mengatakan hal seperti itu!"

Dirinya butuh kesabaran ekstra saat ini, dirinya yang lalu mungkin sudah melempar pria beramasker itu menggunakan buku serta dokumen di hadapannya itu sedari tadi.

Mengambil oksigen dalam-dalam, mengubur jauh rasa kesal yang menghampiri pikirannya. Beradu pandang dengan mata sayu di hadapannya.

"Jika memang anda tidak menerima pegawai, tak apa. Aku akan mencari pekerjaan di tempat lain!" Wajahnya memperlihatkan senyum lima jarinya.

"Melihat kau yang bukanlah seorang anak kecil dan belum pernah bekerja, itu sangat terdengar aneh di kepalaku!" Pria bermasker dengan ekspresi tenang itu menyipitkan matanya yang terlihat.

"Lalu, apa yang kau lakukan di setiap harinya?"

"Apakah perlu, aku menjawab pertanyaan seperti itu?"

"Tentu saja, melihat tampangmu yang bukan seperti seorang pengangguran, itu sangat penting sekali!"

"Aku, seorang kriminal!" Ia berujar pasrah, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ini merupakan sebuah awal bagi dirinya, semuanya harus dimulai dengan benar, tidak ada lagi kebohongan yang harus ia tutupi. Tidak akan ada hal yang berhasil jika itu diawali dengan kebohongan.

"Seperti apa?" Rasa penasaran serasa muncul pada wajah setengah tertutup itu, kedua tangan yang sedari tadi menopang dagu lancip itu, langsung ia turunkan ketika dirinya mendengar kata yang begitu menarik di telinganya.

"Aku rasa, aku tak harus menjawabnya!" Kelopak bermanik biru itu memicing, tertuju pada orang yang begitu antusias di depannya.

"Kenapa kau memutuskan untuk berhenti!"

"Ada saatnya ketika kau harus berhenti melakukan sesuatu!" Naruto menegakkan posisi duduknya, sorot matanya seolah redup ketika dirinya kembali mengingat kehidupannya yang lalu.

"Menarik sekali!" Sesungging senyum nampak terlihat pada bibir yang tertutup itu, memandang kagum pria berambut kuning di hadapannya.

"Lalu?"

"Oh, benar juga... besok datanglah ke alamat ini!'

"Jadi, apa aku diterima?"

"Datang saja dulu!"

"Aku butuh kepastian!"

"Ini alamatnya, datanglah besok!"

Pagi ini terlihat begitu cerah, langit tampak terlihat begitu biru, dihiasi awan putih yang bergerombol bergerak mengikuti angin berembus.

Dari kejauhan, pria berambut kuning itu tampak terlihat begitu kebingungan, menoleh ke sana-sini, lalu melihat kertas kecil yang ia pegang.

"Merepotkan sekali!" Ia menggumam pelan lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Konoha merupakan kota yang luas, wajar saja jika dirinya dibuat kebingungan oleh kertas kecil bertuliskan alamat itu, mengingat, daerah ini merupakan daerah yang belum pernah ia datangi, dan juga, buat apa dirinya harus pergi ke tempat ini, tempat yang konon hanya boleh di tinggali oleh orang-orang penting di Konoha.

Entahlah.

Setelah sekian lama mencari, sampailah dirinya di depan sebuah rumah yang terlihat begitu besar di matanya. Berjalan menuju penjaga yang tengah berdiri yang tentu saja sedang bertugas, lalu menunjukkan kartu yang dibawanya.

"Aku kira kau tidak akan datang!" Kakashi yang sudah sedari pagi menunggunya, menjemputnya di pintu gerbang.

'Maaf!" Dirinya sedikit membungkuk, setelahnya, ia lalu berjalan mengekor di belakang pria bermasker yang terlihat begitu misterius di matanya.

Dalam perjalanan, Naruto hanya diam sembari melihat sekelilingnya, pikirannya melayang memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi padanya, memikirkan apa pekerjaan yang akan ia terima. Dan dia hanya bisa berharap, semoga pekerjaan yang ia terima tidaklah merepotkan.

Sampailah dirinya, ia memasuki ruangan yang jelas sekali merupakan sebuah ruangan latihan bela diri. Di dalamnya, terdapat beberapa orang yang memakai setelan jas yang mirip sekali dengan yang ia kenakan, ada pula seorang pria yang tengah duduk diam, memakai Kimono putih dengan pandangannya yang tajam tertuju padanya.

"Naruto, ketika kau melamar pekerjaan, pastilah ada yang namanya Tes, di sini kau akan diuji, apakah kau layak mendapatkan pekerjaan tersebut, apa kau mengerti?"

"Aku mengerti!" Dirinya membungkuk.

"Lalu, apa tes yang harus aku kerjakan?" Ia menggaruk kepalanya, senyum yang sudah 2 hari menjadi ciri khasnya itu pun tak luput dari wajahnya.

"Majulah ke tengah!"

Setelah mendengar perintah dari pria yang ia datangi untuk sebuah pekerjaan itu, dirinya tentu saja langsung beranjak dari tempatnya. Melangkah menuju tengah-tengah rungan setelah sebelumnya ia meletakkan tas hitam yang ia bawa. Membungkuk memberi hormat kepada beberapa orang yang serius memperhatikannya, lalu memperkenalkan diri.

"Namaku, Uzumaki Naruto!"

"Neji, uji dia!"

Kedua matanya melirik pada pria yang sedari tadi memandangnya tajam itu. Pria yang di panggil Neji itu berdiri, mengambil 2 buah katana yang terbuat dari kayu yang terletak tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri.

'Apa yang akan dia lakukan?' Pikirnya.

Kini dirinya saling berhadapan, pria bernama Neji itu melemparkan salah satu katana yang barusan ia ambil kepada Naruto.

"Memangnya, apa yang..~"

Neji mempersiapkan kuda-kuda bertarungnya, lalu segera melompat menerjang menyerang Naruto, mengayunkan katana yang dipegangnya, berusaha menebas Naruto dengan sekali ayunan.

Tak!

Suara katana yang terbuat dari kayu itu menggama kala dua benda sejenis itu bertabrakan. Naruto menangkis serangan tiba-tiba yang ia terima, mengangkat katana yang dipegangnya, menghalau serangan yang bisa dibilang cukup mengejutkan itu.

Srrk

Kakinya terdorong ke belakang akibat kuatnya serangan yang ia terima, kedua tangannya menggenggam erat setiap ujung katana yang di pegangnya, menahan kuatnya tekanan serangan yang cukup menyusahkannya.

"Tes macam apa ini!" Umpatnya disela menahan serangan yang ia terima.

Pria berambut coklat panjang yang menyerangnya itu melompat mundur menjaga jarak, membuat kuda-kuda menyerangnya lagi lalu kembali menyerang Naruto.

Tak...tak...tak!

Neji menyerangnya secara bertubi-tubi, tak memberi Naruto satu kesempatan pun untuk menyerangnya. Bahkan untuk memikirkannya saja, itu sangat mustahil bagi Naruto.

"Kau harus mengalahkannya, kalau kau menginginkan pekerjaannya Naruto!" Kakashi yang kini tengah duduk bersama orang-orang yang sepertinya tengah menikmati apa yang dilihatnya itu memberitahu dirinya.

"Memangnya, pekerjaan macam apa yang kau berikan padaku?"

"Kau masih bisa bicara ya!"

Meski hanya hanya sedikit, dapat terlihat ada rasa kagum dari ucapan sinis yang keluar dari mulut Neji barusan. Selama ini, tidak ada satu pun yang bisa menangkis serangan bertubi-tubi darinya selain Kakashi. 'Boleh juga,' batinnya.

"Kalahkan saja dia, dan kau akan mengetahuinya!"

Dirinya mengerang, mefokuskan kekuatannya pada lengan dan kakinya. Kaki belakangnya ia angkat, mengayun bergerak ke depan, berniat menendang perut yang berjarak begitu dekat dengannya itu.

Set!

"Kurang ajar!"

Tendangannya gagal, kini salah satu kakinya malah dikunci oleh Neji. Kedua katana yang sesaat lalu beradu kekuatan itu terlempar ke belakang, terlepas dari pegangan yang memang melemah.

Wussh!

Satu tangan Neji yang bebas itu diangkatnya, meraih pergelangan kaki Naruto yang beberapa saat lalu telah di tahannya. Mencengkeram erat kaki besar itu, mengeram berteriak lalu segera memutar tubuh pria berambut kuning itu lalu melemparnya.

Brakk!

Retakan besar membekas pada dinding kayu, Naruto terlempar jauh menghantam dinding, dirinya mengeram merasakan sakit pada punggungnya.

"Sial!"

Dengan tertatih dirinya bangkit.

"Jangan menyesal ya!"

Amarahnya tersulut ketika dirinya melihat senyum meremehkan pada wajah orang yang sudah membuatnya babak belur itu.

Melepaskan jas yang telah membatasi pergerakan tangannya, mencopot sepatu yang terasa begitu berat pada kakinya, yang membuatnya sangat sulit untuk melangkah.

"Heh!"

Mengambil napas besar mencoba mengendalikan amarah yang mulai memenuhi pikirannya, wajahnya terangkat memandang tajam pria di hadapannya, dirinya lalu tersenyum lima jari sama seperti saat sebelum ia memperkenalkan dirinya tadi.

"Boleh kita lanjutkan lagi?" Naruto tanpa persetujuan langsung melompat menerjang Neji menggunakan kakinya.

Wussh!

"Rasakan ini!"

Melihat kaki besar yang mengarah padanya, Neji mempersiapkan tinju mautnya untuk menjamu lawannya.

Keduanya melompat, berbagai serangan dan tangkisan tak terelakkan pun terjadi di udara. Hingga keduanya kembali mendarat di tanah, tak satu pun serangan dari keduanya berhasil mengenai lawannya.

Sesaat setelah dirinya mendarat, Naruto maju satu langkah, tangan kanannya maju berniat menghantam rahang keras lawannya.

Wuss!

Set

Dengan jarak yang begitu dekat, hampir saja Neji merasakan tangan keras Naruto mendarat pada rahang miliknya. Kepalanya mendongak tinggi menghindarinya.

"Sial!"

Akibat pukulan rahangnya yang gagal, kini malah dirinyalah yang menjadi sasaran empuk bagi Neji. Neji mengepalkan tangannya, ini adalah waktu yang tepat bagi dirinya untuk menyerang balik.

Wuss!

Set..

Tinjunya di patahkan, Naruto menggenggam erat pergelangan tangan Neji menggunakan tangan kirinya, menahannya dengan sekuat tenaga. Melihat keadaan Neji yang sudah tidak dapat berkutik, ia lalu mengangkat lututnya untuk melancarkan serangan berikutnya.

Buagh!

"Ugh!"

Neji mengeram sakit, pun sama halnya dengan beberapa orang yang melihat kejadian tersebut, mereka spontan ikut mengerang seolah ikut merasakan sakitnya hantaman lutut yang bisa dibilang cukup keras itu.

Belum puas dengan tendangan lututnya tadi, Naruto kini malah meraih kerah kimono yang Neji kenakan, lalu melempar tubuh yang tadi telah seenaknya melempar dirinya.

Bruuak!

Neji mendarat persis seperti ketika dirinya mendarat tadi.

Puas dengan apa yang sudah dilakukannya, ia lalu tersenyum kikuk sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal memandang Kakashi.

"Maaf ya, aku terbawa suasana!" Ia membungkuk sejenak.

"Naruto, aku mempekerjakan dirimu sebagai seorang Bodyguard, apa kau mengerti?"

"Bodyguard?"

"Benar!"

What the hell, ini sangat jauh dari apa yang dia perkirakan, dirinya tidak pernah sekali pun membayangkan bahwa dirinya akan menjadi seorang bodyguard. Dan hal pertama yang ada dalam pikirannya ketika dirinya mendengar kata 'bodyguard' adalah, jika ada bodyguard, pasti ada ancaman, ancaman berarti kejahatan, kejahatan berarti ada korban, dan korban, berarti akan ada seseorang yang terluka.

"Aku tidak mau!"

Dirinya tidak membutuhkan pekerjaan seperti ini, yang ia butuhkan adalah, pekerjaan yang santai, duduk diam di belakang meja. Dan pekerjaan yang ditawarkan padanya saat ini merupakan kebalikannya, dan yang terpenting, dengan pekerjaan seperti itu, dirinya pasti akan sulit untuk melupakan masa lalunya. Itulah kenapa.

"Kenapa?"

"Bukankah kau sudah tau alasannya?"

Kakashi terdiam sesaat, dirinya yang awalnya berdiri kini beranjak lagi menuju tempat duduknya. Memikirkan cara agar pria yang sedang memandangnya itu menerima pekerjaan yang diberikannya.

"Naruto, ini bukanlah demokrasi, kau menolaknya seolah kau punya pilihan!"

"Apa kau mengancamku?"

Memperhatikan sekelilingnya, memikirkan skenario pelarian diri, membayangkan kalau saja keadaan yang sedang dialaminya akan memanas, memikirkan cara untuk mengeluarkan dirinya dari sana hidup-hidup,

"Jangan terlalu tegang, duduklah, dan dengarkan baik-baik!"

"Dulu kau seorang kriminal 'kan, pekerjaanmu hanya menyusahkan orang. Dan sekarang, aku menawari dirimu pekerjaan sebagai bodyguard, yang berarti, kau menyelamatkan orang, menolong orang. Ini adalah cara yang bagus untuk menebus dosamu di masa lalu!"

"Dari caramu mengatakannya, pekerjaan 'bodyguard' menjadi terdengar seperti pekerjaan yang baik!"

Naruto yang memang dari sananya tidak pandai berbicara, kini hanya bisa menerima. Menerima pekerjaan yang awalnya sudah ia tolak secara mentah-mentah.

"Memang!"

Kakashi tersenyum dalam hati, membanggakan dirinya yang begitu pandai dalam hal merangkai kata-kata. memengaruhi seseorang adalah keseharian dirinya, itulah kenapa dirinya dijuluki sebagai 'master negoisasi!' oleh semua orang di kalangannya.

"Lalu, siapa yang harus aku jaga, apa orang tua yang tadi?"

Pikirannya kembali mengingat pada sesosok orang tua yang telah seenaknya menyuruh orang bernama Neji tadi untuk menyerangnya. Dari lagak dan cara bicaranya, Naruto dapat menyimpulkan bahwa orang tersebut merupakan orang yang sangat penting dan berkuasa.

"Bukan dia, tapi putrinya!""

"Bagaimana bisa dia mempercayakan putrinya pada orang sepertiku!"

"Simple, dia percaya padaku dan aku percaya padamu!"

"Kau percaya padaku?"

"Yah tentu saja, aku tahu banyak tentangmu!"

"Siapa kau sebenarnya?"

"Lupakan, ada hal yang lebih penting yang harus aku bicarakan denganmu, ini adalah data seseorang yang harus kau jaga, bacalah dengan benar!"

Dirinya mengambil map yang dilemparkan Kakashi ke arahnya, membukanya lalu membaca file tentang gadis bernama 'Hyuga Hinata'.

"Dia terlihat masih muda, berapa umurnya?" Tanyanya ketika melihat foto gadis yang menurut pengamatannya masih berusia belasan itu.

"Bacalah dengan baik, foto itu diambil sudah sekitar 3 tahun lalu!"

Dalam file tersebut, terdapat sebuah foto. Naruto dapat menyimpulkan bahwa gadis itu memiliki sifat yang kalem, penurut, dan itu semua dari hasil ketika dirinya memandang sorot matanya.

"Dia cantik!"

"Jangan pernah memikirkan hal tentang itu!"

"Aku hanya berpendapat!"

"Aku tidak bertanya!"

Di hari pertama dirinya bekerja, dirinya ditugaskan untuk menjemput seseorang yang akan ia lindungi. Inilah alasan mengapa dirinya sedang berada di sebuah bandara internasional siang ini. Menunggu di gerbang kedatangan dengan membawa selembar foto dari file yang ia terima dari Kakashi.

"Jadi kau... orangnya, bawa ini!"

Sesosok wanita muda tiba-tiba datang menghampirinya, wanita yang tingginya hanya se-bahu darinya itu memandangnya sinis, meremehkan, angkuh.

"Siapa kau?" Naruto menyipitkan salah satu matanya.

"Siapa aku?"

Dirinya memandang lekat wanita di hadapannya, memperhatikannya dengan seksama, lalu membandingkannya dengan selembar foto yang dipegangnya.

Mirip sih, tapi...

Duakhh!

"A-aduuuh!"

Dirinya meringis kesakitan, berteriak histeris sembari mengangkat salah satu kakinya ke atas lalu menggosok tulang keringnya yang tiba-tiba ditendang wanita di hadapannya itu.

"Rasakan itu, di hari pertama kerja kau sudah membuat kesalahan, bagaimana bisa kau melindungiku!"

Wajah cantik berkulit putih itu memandang kejam pada Naruto, memberi kesan sangar pada siapa pun yang melihatnya.

What the hell, ia tarik dalam-dalam analisa yang sebelumnya ia telah buat tentang wanita yang akan dijaganya itu, Sorot mata wanita yang kini berada di hadapannya itu, tidaklah memancarkan kelembutan, tapi kekerasan.

TBC...

Hello everyone!

Saya kembali lagi, haha...

Semoga kalian tidak bosan ya... baca fict saya!

Bagaimana menurut kalian dengan fict yang satu ini?

Aku harap sih, kalian menyukainya!

That's it. Don't forget to review, okay!

Sampai jumpa!

Jaa-ne!

Faris Shika Nara out.