Ciel dan Yuka kembali lagi setelah bertahun-tahun tidak berjumpa di fandom APH!

Singkat cerita, Ciel ingin melanjutkan proyek "Hetalia First Channel: Truth and Dare!" (mari kita singkat HFC TAD) dengan Yukari Wada. (Omong-omong, ceritanya bisa dibaca di akun Ciel. Kami sarankan membaca yang itu dulu sebelum berlanjut ke sini. Tapi, kalau kalian malas pun tidak apa. #ditembak) Namun, kami memutuskan untuk melabel cerita tersebut sebagai DISCONTINUED...

... dan memperbaruinya dengan proyek yang masih segar ini! #ditendang

Ehem! Intinya, cerita ini bisa dibilang sekuel dari HFC TAD. Masih berupa Truth and Dare, jadi silakan masukkan semua pertanyaan dan tantangan kalian di kolom review. Tapi, sebelum itu, mari kita baca prolog di bawah ini.

Disclaimer: Hetalia bukan punya kami. Kami hanya punya OC beserta ide kelewat konyol ini.

EDIT (28/12/2016): Kalian bisa melewati ketiga chapter Prologue dan langsung ke chapter Appendix, dengan risiko kalian tidak akan paham keseluruhan cerita. (Seperti si Caleb itu siapa, asalnya dari mana, rupanya seperti apa... atau Emil itu siapa, pekerjaannya apa, sifatnya bagaimana...) Jadi, kami menyarankan untuk membaca Prologue sampai habis, baru pindah ke Appendix. (Atau kalian boleh membaca Appendix terlebih dulu, baru membaca Prologue. Selama kalian bisa paham isi cerita, semuanya akan baik-baik saja.)


"Hah, apa— Truth and Dare bakal diadain lagi?!"

Hanya itu yang bisa diungkapkan Nesia lewat bibirnya.

Truth and Dare… sebuah acara yang disiarkan langsung dari Tokutsubaki Studio oleh Tokutsubaki Channel, atas keinginan pemerintah pusat Jepang (sebetulnya keinginan PBB) untuk mengadakan acara semacam Truth or Dare, namun lebih menantang dan menarik. Di sana, dia dan saudara kembarnya beserta 43 personifikasi negara lain bertemu dengan sekumpulan kru acara yang terlalu bertalenta untuk ukuran anak berusia sekitar 13 hingga 15 tahun.

Yah, sayangnya, acara itu kemudian berakhir dengan gempa sebesar kurang lebih 8 SR yang meluluhlantakkan gedung studio, menewaskan ratusan bahkan ribuan penonton, melukai teman-temannya, membuat para kru acara kebingungan dan panik… Kirana masih bisa membayangkan betapa kacaunya situasi itu. (Berita itu memang tidak disebutkan di publik, namun mereka tahu itu benar.)

Maka, kemudian acara besar tersebut ditelantarkan begitu saja selama beberapa tahun.

Namun, ia tidak menduga acara itu akan diadakan lagi. Tidak, bukan hanya diadakan kembali, tapi juga dilanjutkan.

Nesia menatap bosnya dengan keheranan. Di sampingnya, Indo—saudara kembarnya—merengut dan kilat mata abu-abunya seakan-akan ingin melontarkan protes. Padahal, mereka sudah lama mendambakan waktu liburan… hanya untuk dipotong dengan acara yang terdengar tidak relevan bagi seorang personifikasi negara—yang juga adalah politikus—untuk ikut berpartisipasi. (Bukannya kedua personifikasi Ibu Pertiwi kita ini marah. Mereka hanya kebingungan mengapa hal itu disampaikan oleh atasan mereka dengan mendadak. Dan ada satu hal lagi yang membuat mereka heran...)

"Pak Pres, bagaimana bisa?" Indo bertanya demikian dengan bingung. "Maksud saya, baiklah! Saya sebetulnya cukup senang dengan adanya acara itu, tapi—"

"—logikanya, acara itu menimbulkan kerugian besar karena gempa, jadi mana mungkin PBB akan membiayai acara itu lagi?" Nesia menyambung perkataan saudaranya tersebut.

Atasan mereka hanya tersenyum. "Sebetulnya, Yayasan Tokutsubaki telah membayar ganti ruginya pada kita."

"Sungguh?!" Kembar Indo-Nesia berteriak bersamaan.

"Iya. Dan, kali ini, yang mengorganisir acara ini bukanlah Tokutsubaki lagi. Tapi..." Sang pemimpin negara Indonesia yang duduk di depan mereka ini masih mengulum senyum yang memiliki sejuta arti.

.

.

.

"... Perusahaan." Begitu ucapan Netherlands.

"Perusahaan?" Malaysia merengut bingung. "Namanya begitu doang?" Begitu diiyakan Netherlands, Malaysia menepuk dahi. "Sudah cukup dengan semua keanehan ini."

"Perusahaan ini berlokasi di Amerika, dan merupakan perusahaan manajemen acara yang sangat terkenal." Setelah membantu Netherlands menjelaskan pada teman-temannya, Belgium terdiam sejenak. "Kata Amerikaans, perusahaan itu pernah mengorganisir acara pesta ulang tahunnya setahun lalu. Hasilnya ternyata sangat memuaskan."

"Oooh..." Taiwan mengangguk paham.

"Tetap saja aku pikir perusahaan yang menamai diri mereka sendiri 'Perusahaan' adalah hal yang kelewat konyol, da ze." Begitu ujaran South Korea yang kelihatan bingung.

Hong Kong mengangguk setuju. "Tapi, kenapa bukan Tokutsubaki lagi?"

"Hmm..." Luxembourg hanya bisa termangu-mangu.

.

.

.

"Karena mereka tidak mau terkena gempa lagi saat acara ini disiarkan." Begitu jawaban Switzerland.

Masuk akal. Jepang sering dilanda gempa bumi dan tsunami, jadi mereka mempertimbangkan faktor tersebut dan akhirnya menolak untuk melanjutkan proyek itu di tangan mereka.

Austria menghela napas. "Apa yang lain setuju?"

"Hmm... awalnya sih, tidak. Tapi setelah dimohon sama bos mereka, akhirnya mereka setuju." Hungary menghela napas. "Tapi mendadak sekali ya, kabar ini..."

"Betul, sama sekali gak awesome!" Tak lama menunggu, Prussia menjentikkan jari. "Tunggu, gimana ceritanya Tokutsubaki bisa minta tolong Perusahaan buat nolong mereka?"

Spain berpikir sejenak. "Aku dengar perwakilan Tokutsubaki mendatangi Emil Kashiwagi untuk minta bantuan."

Hening.

Emil Kashiwagi? Yang katanya sekarang menjadi kepala insinyur NASA itu? Sungguh? Dia?

"Sungguh?" Liechtenstein menatap Spain dengan sedikit ragu.

Kini, ganti Seychelles yang menjawab. "Iya. Kalian tahu diva kelas dunia bernama Kanami Sakurada?" Begitu teman-temannya mengangguk, Seychelles melanjutkan. "Tokutsubaki sempat mewawancarainya secara tertutup, dan Sakurada bilang kalo dia dan Kashiwagi bersahabat. Nah, dari situ, dia ngasih tauTokutsubaki kalau mereka menjalin pertemanan dengan para karyawan di perusahaan itu."

"Jadi, logika Tokutsubaki itu mendatangi Kashiwagi untuk memintanya nego sama Perusahaan untuk menolong mereka?" Turkey merengut bingung. "Tunggu, bukannya mending mereka kirimin langsung perwakilan mereka ke Perusahaan?"

"Aku dengar..." Greece membuka mata dengan pelan. "... mereka tidak bisa, karena... beberapa alasan."

"Begitu, ya..." Scotland menumpu dagunya dengan tangan, berpikir. "Tapi begini. Apa Perusahaan mau membantu kita?"

.

.

.

"Tokutsubaki yakin bila Perusahaan itu akan membantu mereka, tapi... belum ada kabarnya sampai sekarang." Germany hanya bisa menghela napas dengan pasrah begitu selesai berkata demikian.

"Oh, ayolah!" America memukul meja pertemuan. "Aku yakin mereka pasti akan menolong kita!"

"Tapi, da—" Russia memotong pembicaraan America. "—mendengar mereka perusahaan terkenal, aku yakin mereka sangat sibuk dengan segala urusan yang lain."

"Russie benar, mon cher." Begitu ungkapan France.

China ikut angkat bicara. "Apalagi aru, mereka pasti akan skeptis mendengar kalau acara ini melibatkan personifikasi negara."

"Tentu saja!" England berdiri. "Memang orang biasa seperti mereka tahu apa yang namanya personifikasi? Nggak, maksudku— emang mereka percaya kalau kita ini ada?"

"Ve~ tapi, kan..." Italy Veneziano merengut sedih. "... kalau mereka tahu kita punya fans yang berharap akan kelanjutan acara itu, mereka pasti akan mau menolong, kan?"

Italy Romano, kakak kembarnya, mengangguk setuju. "Aku benci acara itu, tapi kalo sampai gadis-gadis cantik menangis cuma gara-gara acara itu nggak dilanjutin, aku gak akan maafin Perusahaan konyol itu!"

Germany menoleh pada seorang Japan yang sedang berbincang dengan Canada. "Japan, apa ada kabar baru dari Tokutsubaki?"

Japan menggeleng. "Saya belum mendapat kabar."

"Lalu, tadi kamu dan Canada berbicara tentang apa?"

Japan hanya melirik Canada.

Yang dilirik berdehem, lalu berbicara dengan agak keras. "Sebetulnya, tadi aku meriset soal Perusahaan yang dimaksud... dan..."

"Dan apa?" England bertanya demikian. Kini, semua perhatian tertuju pada Canada yang mulai agak grogi ditatap sedemikian tajam oleh rekan-rekannya.

Canada menarik napas, lalu mengembuskannya pelan-pelan. "... entah mengapa, ketika melihat wajah sejumlah karyawan, aku merasa mereka itu..."

.

.

.

"... personifikasi?" Lithuania mengernyit mendengar pernyataan Norway yang terdengar tidak masuk akal.

"Sori, apa aku salah denger?" Denmark bertanya begitu sambil mengorek telinganya.

Norway menggeleng. "Aku sudah merisetnya."

"Apa jangan-jangan kamu bertanya dengan 'teman-teman' troll-mu itu lagi?" Iceland merengut ragu.

Faroe menggeleng. "Noreg benar. Aku merasakan hal yang sama."

Di sampingnya, Aland memberikan ponselnya pada Finland. "Coba saja kalau tidak percaya."

Finland membuka ponsel milik Aland, lalu melihat foto-foto yang Norway maksud. "... Ya ampun! Benar!"

Sweden yang berada di belakangnya menoleh pada Denmark, lalu mengangguk. "Aura p'rsonif'kasi."

Greenland mencuri pandang ponsel yang dipegang Finland. "Tapi lebih lemah."

"Mungkin, like, semi-personifikasi?" Begitu sahutan Poland. "Maksudku, aura mereka gak totally kuat, sih."

"Semi-personifikasi?" Latvia menggumam kebingungan.

"Itu apaan?" Sealand menoleh pada Estonia untuk meminta penjelasan.

Estonia membetulkan kacamatanya yang sempat agak turun. "Semi-personifikasi hidup seperti manusia biasa—mati jika takdir meminta mereka atau sakit atau terluka dan sebagainya, tapi mereka masih menjadi personifikasi untuk sesuatu."

"Jarang-jarang ada semi-personifikasi..." Ukraine hanya bisa bergumam demikian, heran dengan semua informasi yang ia dapat hari ini.

Belarus mengangguk. "Baru kali ini aku mendengar kata itu. Semi-personifikasi, ya... huh."

"Norge, apa kamu tahu apa yang mereka personifikasikan?" Denmark menatap Norway yang masih berpikir tanpa ekspresi.

Norway mengangguk. "Mereka itu personifikasi..."

.

.

.

Indo dan Nesia menatap langit dari jendela Istana Negara. Merenungkan semua ceramah dari presiden mereka.

"Nesia."

"Apa?"

"Kayaknya, acara kali ini..."

Nesia tersenyum tipis. "Tentu saja."

Tanpa sadar, tangan kiri Indo dan tangan kanan Nesia menunjuk ke langit, dan mereka berucap tegas.

"We'll have so much fun."


Singkat kata, cerita ini akan menjadi crossover APH dengan Project MBTI (proyek game yang belum jadi dan entah kapan akan jadi, bisa kalian lihat di alamat: project mbti . tumblr . com [hilangkan spasinya, ya]). Ide perusahaan manajemen acara profesional cukup menggelitik Ciel dan Yuka, namun menjadikan para karyawannya semi-personifikasi? Baiklah, itu cukup gila.

Lalu, Emil Kashiwagi dan Kanami Sakurada murni OC milik Ciel, dengan latar belakang mereka yang kami buat-buat sendiri. (Jangan tanya mengapa nama Emil Kashiwagi seakan-akan mengatakan dia anak dari Sonota Kashiwagi dengan Emil Steilsson. Mereka sama sekali tidak punya hubungan darah satu sama lain, oke?)

Chapter depan masih prolog, tapi dari sisi Perusahaan dan Emil (bukan, bukan Emil Steilsson, tapi Emil Kashiwagi)! Chapter depan akan jauh lebih panjang (hampir enam ribu kata, belum termasuk author notes!), jadi siap-siap, ya~

Lalu, mengenai ketentuan Truth and Dare, selebihnya akan diumumkan setelah prolog sisi Perusahaan. (Sebetulnya kurang lebih sama dengan syarat dan ketentuan yang ada di Hetalia First Channel, namun akan diperbarui, jadi mohon ditunggu~)

Signed out,

YW & CP