My Lecturer VS Me
By : Devi park
.
.
.
.
Chanyeol Pov
Hai aku Chanyeol, Park Chanyeol.
Usia ku baru saja menginjak angka 19 dan aku baru saja menyelesaikan bangku sekolah menengah atas ku tahun ini.
Aku adalah mahasiswa tahun pertama di universitas terkenal yang ada di Seoul, aku mengambil jurusan hukum. Entah apa yang membuat ku mengambil jurusan ini. Jujur saja aku sama sekali tak memiliki minat mempelajari tentang hukum dan apalah itu namanya.
Saat di bangku sekolah menengah atas dulu sebenarnya aku ingin memilih jurusan desain arsitektur, aku sangat menyukai bidang desain. Tidak sombong, desain yang ku hasilkan cukup bisa bersaing dengan arsitek di luar sana, namun ke dua orang tua ku memaksa ku untuk memilih jurusan hukum yang sama sekali bukan minta ku, jujur awalnya aku tak menyetujui hal itu. Hei, aku ini sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidup ku sendiri.
Tapi apa yang bisa aku lakukan, ingin ku beritahu beberapa hal?
Aku anak tunggal di keluarga ku, sebab itu sejak aku kecil apa yang ku ingin selalu bisa aku dapatkan dengan mudahnya, namun sepertinya untuk yang satu ini tidak. Karena aku anak tunggal akupun juga menjadi pewaris tunggal di keluarga ku, sebab itu mereka mengekang ku untuk memilih jurusan yang sama sekali tak ku minati.
Ayah ku seorang pengacara terkenal di Korea atau bisa ku bilang di Asia, semua kasus yang ia tangani begitu mudah ia selesaikan. Dari kasus orang biasa, pejabat sampai artis papan atas pernah ia tangani. Jujur aku menganggumi sosok ayah ku itu, dia tegas setiap kata yang keluar darinya begitu mutlak tak ada yang bisa menyanggah ataupun menolaknya, sebab itu ia begitu sukses di bidang hukum. Dan karena ini juga aku di paksa untuk memilih jurusan hukum, ayah ku memiliki firma hukum yang cukup terkenal di korea dan asia, dan ayah ku menginginkan aku untuk meneruskan firma hukumnya itu kelak jika ia sudah tak sanggup lagi untuk menjalankannya, sepertinya ayah ku benar-benar berharap banyak kepada anaknya ini, sebab itu aku tak bisa menolak permintaannya itu.
Ibu ku, dia bukan ibu rumah tangga biasa. Dia adalah seorang CEO di perusahaan miliknya sendiri. Perusahaannya berjalan di bidang bisnis properti dan real estate. Ia juga memiliki berbagai usaha lain selain perusahaannya itu. Ia juga seorang pemilik beberapa pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Korea, dan juga ia memiliki sebuah yayasan yang berjalan di bidang pendidikan dan kesehatan. Dan universitas ku. Jangan di tanya lagi, ini juga milik ibu ku.
Dapat kalian bayangkan betapa kayanya keluarga ku, sebenarnya tanpa harus bersusah-susah untuk menimba ilmu lagi aku sudah bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi kedua orangtua ku tak mengijinkannya. Mereka juga menginginkan anaknya untuk sukses di bidang akademik, agar ada yang dapat mereka banggakan ke orang lain nantinya tentang anak mereka ini.
Kelak nanti aku tidak hanya mewariskan firma hukum milik ayah ku tapi juga perusahaan milik ibu ku. Itu sudah pasti, karena aku anak tunggal di keluarga ini, tak ada yang bisa di percayakan orangtua ku untuk meneruskan bisnis mereka selain aku. Jujur, aku cukup berbangga hati dengan itu.
Dan dapat kalian bayangkan juga, berapa besar beban yang akan ku tanggung nantinya, aku tidak hanya di percaya meneruskan satu bisnis seperti pada anak konglomerat lainnya tapi dua bisnis, dan gilanya keduanya memiliki jalur yang berbeda.
Dan gilanya lagi orangtua ku meminta ku untuk masuk ke jurusan hukum, yang demi dewa. Aku sangat benci dengan jurusan ini, di pikiran ku jurusan ini sangat kuno, dan satu hal kau harus menghapalkan banyak pasal dan undang-undang, oh god! Memikirkannya saja aku ingin muntah.
Tapi demi apapun, aku sama sekali tak minat untuk masuk ke jurusan ini, sungguh rasanya aku ingin menangis di hadapan ayah ku.
"Ayah, apa tak sebaiknya Chanyeol masuk ke jurusan manajemen saja. lagian aku tak hanya mewariskan firma hukum ayah, tapi juga perusahaan milik ibu. Kalau pemikiran ku akan lebih baik aku mempelajari bisnis saja, bagaimana?" Tawar Chanyeol kepada ayahnya. Dalam pikiran Chanyeol lebih baik ia masuk manajemen daripada harus masuk jurusan ilmu hukum yang benar-benar bukan style-nya.
Kini Chanyeol tengah berada di mansion besar milik keluarganya, mereka tengah bersantai dan tentu saja tidak hanya bersantai, Chanyeol sedikit mencuri kesempatan untuk membujuk ayahnya tentang jurusan kuliah yang akan ia ambil.
"Apa kau gila Chanyeol? Kau sudah masuk ke jurusan itu, dan sekarang kau sedang menjalani masa OSPEK mu, cukup jalankan saja! Jangan bertingkah aneh" bentak ayah Chanyeol, sebenarnya Chanyeol tak memilik nyali untuk melawan ayahnya itu, tapi Chanyeol sudah membulatkan tekadnya untuk ini.
Dan ya, ia tahu jika ia sudah di masuk ke jurusan hukum saat ini, tapi apa salahnya untuk pindah, lagian pembelajaraan semester pertama belum di mulai, saat ini Chanyeol hanya melakukan pembekalan atau bisa di bilang seperti OSPEK.
"Ayah mu benar sayang, cukup jalani saja ibu percaya kau pasti akan terbiasa dan menyukai jurusan mu nantinya. Dan untuk bidang manajemen, kau bisa mengambil untuk S2 mu nantinya" ujar ibu Chanyeol santai, tak tahu kah ia. Anaknya sudah ingin pingsan mendengar ucapan ibunya itu. S1-nya saja baru di mulai dan sekarang ibunya sudah merencanakan untuk S2-nya.
"Aku mengerti sekarang, lebih baik dahulu aku ikut dengan nenek untuk pindah ke desa saja, aku bisa gila kalau begini" teriak Chanyeol, ia berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya dengan kesal dari sana ia benar-benar tak suka dengan pemikiran ke dua orangtuanya itu.
"Yakk! Chanyeol, apa yang kau katakan tadi? Kembali Park Chanyeol!" Teriak ayah Chanyeol kesal dengan anaknya itu.
"Sudahlah sayang, maklumi saja. Chanyeol mungkin sedang dalam masa peralihannya emosi anak itu mungkin sedang tidak setabil, dia tak bermaksud dengan perkataannya itu" dengan santai wanita itu menenangkan kekesalan suaminya itu
.
.
.
.
Pagi mulai menjelang, dapat ku dengar suara ketukan dari arah pintu kamar ku, dan ku pastikan itu pasti maid yang setiap hari bertugas untuk membangunkan ku.
"Tuan muda, bangun. Sudah pukul tujuh pagi anda memiliki jadwal kuliah hari ini sebaiknya anda bergegas. Tuan muda.." ucapnya dengan lembut namun sedikit meninggikan suaranya.
"Ahh iya iya, aku sudah bangun, pergilah" teriak Chanyeol dari dalam kamar.
*Drtt Drtt* dering ponsel ku berbunyi dan disana tertera nama sahabat ku Sehun, entah apa maksudnya menelpon sepagi ini
"Chanyeol, apa kau bisa menjemput ku? Mobil ku sedang ku service" ujarnya dengan santai di seberang sana. Rasanya aku ingin memaki sahabat ku itu, apa di fikirnya aku ini supirnya.
"Kau fikir aku supir mu?" Jawab ku dengan suara sedikit serak khas orang baru bangun tidur
"Oh ayolah, supir ku sedang tak bekerja hari ini. Tadi aku sudah menelpon Kai, ia tak bisa, dia sedang mengantarkan kakaknya ke bandara. Hanya kau harapan ku satu-satunya"
"Fine! Tapi sebelum aku sampai kau harus sudah ada di depan rumah mu. Jika aku lihat kau tak ada, aku langsung pergi meninggalkan mu. , aku tak mau menunggu, kau fikir aku supir mu!"
"Iya-iya, ohya kau jangan lupa membawa jas almamater yang kemarin di bagikan, kau tahu hari ini, hari terakhir pembekalan kita. Para senior cecunguk itu mewajibkan kita untuk membawanya"
"Hmm baiklah" setelah itu aku langsung memutuskan sambungan telpon dan langsung melangkahkan kaki ku ke kamar mandi, hari sudah semakin siang. Aku tak mau di ceramahi oleh para senior gila itu, sudah cukup beberapa hari ini telinga ku terasa pengang hanya karena ocehan tidak jelas dari para senior itu. Tak tahu kah mereka siapa yang mereka ceramahi ini? Huh.
.
.
.
.
Setelah selesai dengan kegiatan mandi ku, aku langsung melangkahkan kaki ku ke arah walk in closet yang ada di kamar ku ini. Karena hari ini masih dalam masa pembekalan, kami para mahasiswa baru hanya di izinkan untuk memakai pakaian hitam putih.
Beberapa menit yang aku butuhkan untuk mempersiapkan diri, setelah itu aku langsung keluar menuju ruang makan, dapat ku pastikan disana sudah ada ke dua orangtua ku yang sedang menikmati sarapan pagi mereka
"Chanyeol mari makanlah" panggil ibu ku saat ia melihat ku mendekat ke arah mereka
"Tidak bu, aku sudah telat" langkah ku mendekati mereka berniat untuk izin pamit berangkat ke kampus, hari sudah semakin siang tidak ada waktu untuk sarapan kali ini
"Jika tak sempat makan, minumlah susu mu dulu. Kau bukan robot, ingat Chanyeol!" suara ayah ku bergema di ruang makan ini, dengan kesal aku meraih gelas susu yang sudah di siapkan para maid untuk ku
"Sudah? Yasudah aku pamit" sekarang aku benar-benar sudah melangkahkan kaki ku ke arah halaman depan mansion ku, aku benar-benar tak perduli dengan teriakan ayah ku yang memanggil-manggil nama ku. Di halaman depan dapat ku lihat mobil SUV keluaran Mercedes-Benz AMG G65 milik ku sudah terparkir dengan apik disana. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku langsung masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobil itu ke arah rumah Sehun
Rumah lelaki albino itu tidak begitu jauh dari mansion ku, dulu saat masih di bangku menengah atas aku juga sering memberi tumpangan untuk sahabat absurd ku itu.
Tak butuh waktu lama, lima menit yang aku butuhkan untuk sampai di depan rumah lelaki Oh itu.
*Tin..tin* dapat ku lihat lelaki itu sudah berdiri disana, tapi dengan jahil aku membunyikan klakson mobil ku di depan lelaki itu. Dan benar saja, dapat ku lihat garis kekesalan di wajah albinonya itu. Dan itu menjadi pemandangan yang cukup menyenangkan bagi ku.
"YAKK! BERISIK SEKALI!" teriaknya dengan tidak santainya, tanpa tau malu lelaki itu langsung naik dan duduk di bangku penumpang yang ada di samping ku, wajahnya masih kesal karna hal tadi.
"HAHAHA kau tahu Oh, kau super duper jelek dengan wajah itu"
"Diam kau Park sialan!" Teriaknya
Oke, sudah cukup membuat pria albino ini kesal.
Sekarang waktunya untuk berangkat ke kampus, hari sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas, dan aku tak mau telat dan bertemu dengan para senior gila itu.
.
.
.
.
"Aishhh,, semua ini salah mu!" teriak Sehun kesal pada ku, kali ini kami sudah berada di parkiran yang berada di fakultas kami
"Kenapa aku?" tanya ku polos
"Kita telat! Aisshh… aku yakin senior-senior jelek itu akan menghukum kita habis-habisan. Ini hari terakhir masa ospek kita, tapi tetap saja kita selalu di hukum mereka setiap harinya"
"Sudahlah, santai saja. kau sedang bersama anak pemilik yayasan. Kalau mereka macam-macam akan aku laporankan pada ibu ku" Sombong ku pada Sehun, sebetulnya aku tak berani mengadu pada ibu ku, karna pada akhirnya aku juga yang ia salahkan nantinya.
"Terserah mu, ayo masuk. Aku tak mau kita semakin telat karna obrolan tak bermanfaat ini"
"Hmmhh terserah mu"
Kami sedikit berlari-lari kecil untuk mencapai, aula dimana kegiatan OSPEK di adakan. Saat sedang fokus berlari dapat kami lihat salah satu senior sudah menunggu kami di depan sana, dia senior Lee hyuk jae. Tapi ia selalu meminta kami memaanggilnya dengan nama panggilan Eunhyuk, dapat ku lihat senyuman iblisnya disana saat kami sudah hampir memasuki aula fakultas.
"Wah dua pangeran tampan kita ini selalu saja ya, apa kalian tidak ada hobi lain selain telat, mahasiswa hukum macam apa kalian ini. Tidak bisa menaati aturan dan waktu yang di berikan, push-up seratus kali, sungguh mengherankan di hari terakhir masa OSPEK bukannya memberi kesan yang baik, kalian malah bertindak seenaknya seperti ini"
"Siap kak" Ucap ku dan Sehun kompak, arghh rasanya ingin ku cabik-cabik wajahnya itu dan langsung menunjukkan kartu keluarga ku, agar ia tahu siapa yang sedang ia hukum ini.
Saat ia sedang mengoceh dan memperhatikan kami, dapat ku dengar ia menyapa seseorang. Mata ku langsung tertuju ke arah sosok yang ia sapa tadi.
"Pagi Sir Byun" sapanya dengan wajah di buat-buat baiknya itu, ingin sekali aku muntah di hadapannya itu
"Pagi Hyukjae, kenapa mereka?" ia memberhentikan langkahnya untuk menanyakan kami, dan demi apapun dia sungguh – sungguh sangat cantik, aku seperti melihat bidadari kali ini, dengan surai madunya itu semakin menambah kesan menawan dan imutnya disana, dan tunggu. Tadi si eunhyuk gila ini memanggilnya apa? Sir? What di laki-laki, oh tuhan mengapa dia begitu cantik padahal ia seorang pria. Kegiatan push-up ku terhenti hanya untuk menatapi keindahan laki-laki itu.
"Biasa Sir, telat" Jawab Eunhyuk dengan sopan kepada lelaki itu, siapa dia sebenarnya? Pikiran ku terus berkecampuk memikirkan tentang lelaki ini.
"Ahhh, hei kamu, kenapa berhenti. Lanjutkan hukuman mu, jika tak ingin di beri hukuman lain oleh senior mu" dia memperhatikan ku ternyata
"Ahh Hyuk jae saya pamit dulu dan kalian semangatlah, lelaki tak ada yang lemah seperti kalian" mendengar ucapan semangatnya saja sudah berhasil mengisi seluruh tenaga ku, dengan semangat aku melanjutkan push-up ku, Lelaki manis itu, sudah berhasil merebut atensi ku. Dan sepertinya aku sedikit mulai jatuh hati dengannya.
Sepertinya kali ini aku memiliki alasan untuk bertahan di jurusan ini.
.
.
.
.
Tbc
Hai..
Aku kembali, tapi bukan dengan cerita Love destiny.
Entah kenapa aku pengen banget coba bikin cerita yang Chanyeol tu anaknya slengekan sombong2 tampan gitu wkwkwk
Di review, fav dan follow ya…
Aku harap kalian suka buat cerita ke dua ku ini
Kalok peminatnya banyak aku langsung up fast..
Tapi kalau sedikit, mungkin bakalan aku hapus langsung, dan coba fokus untuk love destiny dulu
Mungkin itu aja deh dulu…
See yaaa in the next chap!
Salam Chanbaek is so fucking real!
