Fairy Tail: Demon Dragon
Rated: T
Genre: ... tak ada ...
Disclaimer: Sebagian kecil aku, sisanya Hiro-sensei
WARNING(!): OOC, TYPO, GAJE, ABAL, ada OC, dll.
One Person POV
Nama asliku Risa Meredy Dargonick. Tap, aku sedang menyamar menjadi seseorang yang bernama 'Ririca Nefone'.
Umurku? Untuk sementara 21 tahun. Selebihnya kita bahas lagi. Nanti!
Sihirku? Seluruh kekuatan dragon slayer! Sedikit kekuatan dewi. Bagaimana bisa terjadi? Nanti kita akan membahasnya!
Sekarang, mari kita intip kejadian masa laluku, hingga bisa menginjakan kaki di tanah bumi ini.
.
.
.
Ratusan tahun yang lalu. Aku tinggal disuatu tempat. Tempat yang sangat indah, tapi terkadang bikin aku mual, bersama saudara kembarku yang kuat, itu bernama, Dragod Academy. Tempat dimananya berkumpul seluruh anak dewi dan naga.
Termasuk aku, Kirika, dan kakakku yang paling tua, Yuko.
Kami tinggal di asrama juga. Aku sekamar dengan Kirika. Hanya sebuah dinding yang terbuat dari kain(?) yang memisahkan kami.
Kalau ruangan Kirika penuh dengan senjata, ruanganku penuh dengan buku.
Kirika termasuk dalam kategori '10 murid terkuat di Dragod Academy'. Aku? Aku masuk dalam kategori '10 murid terpintar di Dragod Academy'.
Walaupun masuk kategori, kami masih sering...dibully. Kirik dibully 'bodoh', kalau aku 'lemah'. Well, itu memang kenyataan. Tapi, tak sepenuhnya! Kirika sebenarnya pintar, hanya malas untuk membaca buku pengetahuan, ia lebih sering membaca manga atau menonton anime. Dan, sebenarnya aku kuat. Hanya saja, Papa mengunci kekuatan ku yang sangat kuat. Karena, aku tak bisa mengendalikannya.
Dan, yang hanya bisa membuka kekuatanku hanya Papa.
Sebenarnya sih tidak.
Aku pernah baca buku mantra, aku lepaskan kekuatanku, lalu aku kunci lagi. Dan, siap sedia~! Hanya aku yang bisa membuka kekuatan itu~ Yippie~!
Oh ya, aku belum kasih tahu kekuatan kami, sebenarnya.
Kekuatan Kirika adalah kekuatan dewi dan black dragon slayer.
Kalau diriku, demon dragon slayer. Itu yang sebenarnya. Dan, memang itulah.
Oke, kita lanjut. Kami mempunyai guru privat. Dan, kubilang, guru kami itu TERTUKAR. Kenapa bisa? Karena, guruku itu SANGARnya kebangetan. Guru si Kirika PINTARnya kebangetan.
Mungkin, 1 hal yang membuat guru kami seperti tertukar.
Agar Kirika jadi pintar, dan aku menjadi kuat.
Tapi, sebenarnya iu tidak perlu
Karena kami akan selalu menjadi bodoh dan lemah. Karena kami selalu kabur dari ke-2 makhluk tak berotak itu XD
Guru Kirika bernama Acnologia, sedangkan guruku bernama Acno. Acnologia adalah seekor naga, yang berwujud manusia, yang kepintarannya luar binasa.
Kalau Acno, adalah seekor naga juga. Kembaran Acnologia. Berwuju manusia, bertubuh cewek. Yang SANGAR dan BRUTALnya bukan luar binasa lagi, tapi SUPERIOR LUAR BINASA! Ia pernah menghancurkan 1 sekolah, jadi kami libur selama 6 bulan.
SENANGNYA HATI KAMI!
.
.
.
.
.
Dan, inilah cerita bagaimana bisa kami menginjakan kaki ditanah bumi. Mama dan Papa menyuruh kami berdua untuk MELINDUNGI BUMI!
OMG!
Tentu saja kami kaget. Kekuatan kami, berada di jalan kegelapan. Yang gunanya hanya untuk menghancur.
Malah disuruh ngeindungi tuh bola biru.
BAGAIMANA BISA!?
Akhirnya kami diseret menuju bumi, dan menjaganya. Wesshhh...aku kurang suka bola bulat biru itu #dimana-mana bola bulat kalee -_-"
Manusia disana, GILA SEMUA! Banyak dari mereka yang suka, membunuh, mencuri, dan laen-laennya. Walaupun sebenarnya aku setuju pada PEMBUNUHAN―karena aku suka darah―tapi, kami harus mengurus bulatan biru ini agar tentram.
Dan, umur kami itu abadi. Jadi, kami menggunakan sihir waktu dan mengganti-ganti nama kami. Ya, kami telah melakukan ini lebih dari 76 tahun. Saat yang ke-77, keadaan mulai berubah.
Kurai Senshi―musuh kami―menyerang kami. Aku merasa ketakutan. Entah kenapa. Rasanya, tak bisa bergerak. Akhirnya, Kirikalah yang bertarung sendirian.
Kasihan.
Sehrusnya aku ikut bertarung.
Kalau bukan rasa takut ini. Aku merasakan ketakutan, terhadap sesuatu. Bukan Kurai Senshi, tapi sesuatu. Sesuatu yang membuatku merinding. Aku merasakan kekuatan, kekuatan yang sangat, "...kuat..."
"Eh?" Kirika menoleh ke arah ku.
"Aku merasakan kekuatan yang sangat kuat, takut...itu yang membuatku ketakutan..kekuatan itu sungguh kuat, aku meragukanmu bisa mengalahkan kekuatan itu...!" ucapku.
"Tenang, aku bisa kok! Pasti! Karena aku, Kirika Shelvina Dargonick! Aku pergi dulu!" Kirika berlari ke arah Kurai Senshi.
"Tapi, Kirika!" seruku mencegah, tapi tak bisa.
"Dan, sekarang, waktunya untuk mengakhiri semuanya, ACNOLOGIA SANG RAJA NAGA!" seru Kuroko, pemimpin Kurai Senshi.
Aku membelalakan mataku, "Ac..no..logia..!?"
Lalu muncul seekor naga hitam yang kelihatan sangat menyeramkan. Aku melangkah mundur melihat kehadiran si naga. Menakutkan, sangat menakutkan. Itulah sumber ketakutanku. Tubuhku gemetar, dengan hanya melihatnya.
"Acnologia...!?" gumamku tak percaya. Itu, bukanlah Acnologia. Bukan Acnologia yang aku kenal. Mata Acnologia berwarna merah, sedangkan ia berwarna kuning. Ia dalam pengaruh.
"Kurang ajar...!" Kirika berlari menyerang Kuroko.
"KIRIKA JANGAN!" cegahku.
"HAA!" ia meninju Kuroko dengan kekuatan Black Dragon Slayer nya.
Tapi, ia tak berhasil. Acnologia menyerangnya. "KYAAA!" Kirika terlempar jauh.
"KIRIKA!" seruku.
Lalu, datang seorang cewek berambut merah muda terang. Ia mengangkat Kirika ke atas, lal menunjuk perutnya. "Ugh..." Kirika mengeluarkan darah dan akhirnya pingsan. "Aku mendapatkannya~!" ucap gadis itu.
"Bagus Celine! Semuanya, kembali! Kita akan dapatkan Demon Dragon itu nanti!" ucap Kuroko. Semuapun mengikuti perintah. Kurai Senshi dan Acnologia kembali, denan membawa Kirika. "KIRIKA!" seruku menangis.
Mereka berhasil mendapatkan Kirika. Sial. Harusnya aku bisa melindunginya. Aku melepaskan kekuatanku. Tapi, kenapa!? KENAPA!?
Dan, mulai detik itu. Aku menjaga bumi seorang diri. AKu tak pernah berkomunikasi dengan manusia. Paling kalau aku mau beli makan, dan hal lain sebagainya.
.
.
.
.
.
Menyedihkan.
Diriku sungguh menyedihkan.
Aku mengutuk diriku sendiri karena tak bisa melindungi saudaraku.
Dan sekarang, aku sebagai Ririca Nefone, pergi ke Alexandria Town. Entahlah, aku tak tahu apa yang akan kulakukan disana. Tapi, itu adalah kota terdekat. Dan, persediaan makananku kian menipis.
Aku berjalan menuju kota itu, bersama tas coklatku yang ajaib. Semua barang bisa kutaruh disana. Kulkas, AC, rumah, meja belajar, TV, Ruko, mall, ikan paus, manusia, dan lainnya. Dan, aku akhirnya sampai di kota tujuanku. Aku segera menuju stand roti dan membeli beberapa dai mereka. Aku menaruh roti itu didalam tas, dan memakan salah satu dari mereka, karena aku lapar.
DUAR! Suara ledakan. Aku segera menoleh ke arah ledakan itu. Aku bisa melihat jelas sebuah monster atau makhluk atau apa saja itu tengah mengganggu Alexandria Town. Keadaan kota menjadi panik. Mage-Mage yang tinggal disana segera menyerang makhluk sisik merah itu, karena ia bersisik berwarna merah.
Aku segera menghabiskan rotiku dan berlari ikut membantu para Mage itu. "HYAA! RASAKAN INI! FIRE DRAGON ROAR!" aku menyerang makhluk bersisik merah itu―mari kita panggil Sisik Merah.
Ia meringis. "RUAGH!" ia mengayunkan tangannya ke arahku, dan para mage lainnya.
Tai tak kena~
Aku menjulurkan lidahku sambil nari-nari gaje, aku suka mengejek para musuh yang kulawan. SUNGGUH MENYENANGKAN!
"Hiks...hiks..." tangisan. Aku mendengarn suara isak tangis. "Huh?" aku menoleh ke arah suara isakan itu. Dengan santainya, aku berjalan menuju asal suara itu. Para mage yang lain hanya sweatdrop melihatku.
AKu melihat seorang gadis kecil sekitar berumur 5-7 tahun tengah menangis dibalik tong sampah yang gede-gede ituloh! "Hei, kenapa kamu menangis?" tanyaku, kelewatan sopannya.
"Hiks...hiks...aku...aku takut..." ucapnya terisak.
"Sudah, jangan menangis! Ayo! Kita kabur dari sini, biarin aja tuh mage-mage yang ngurus!" ucapku menarik tangannya.
"Tapi, kak, kasihan! Makhluk gede itukan kuat!" gadis kecil itu menunjuk ke arah monster.
"Hmm...betul juga..." gumamku, "kala gitu..." Aku mengeluarkan sebuah payung berwarna merah lalu memberinya kepada gadis kecil itu, "nih, pake ini, sekarang, tunggu aku diluar kota ini, oke?"
Gadis itu hanya mengangguk dan menerima payung itu. Ia membuka payung itu dan segera berlari menuju luar kota. "Yeah, waktunya untuk mengakhiri ini!" senyumku penuh semangat.
xxXDemon DragonXxx
"Gadis kecil~! Oh, gadis kecil~!" panggilku mencari sosok gadis kecil yang kutemukan dibalik tong sampah tadi. Pertarungan telah usai. "GADIS KECIL PEMEGANG PAYUNGKU! DIMANAKAH ENGKAU!" teriakku sampe-sampe pohon disebelahku tumbang semua.
"A-aku disini, kakak, tidak usah teriak-teriak...!" ucap gadis itu muncul dari balik pepohonan sambil memegang payungku.
"Oh, disitu, sini, tolong, kembalikan payungku!" mintaku.
Gadis itu mengembalikan payungku.
"Terima kasih, sekarang, aku pergi dulu ya! Kamu, kembalilah pada ibumu!" ucapku menaruh kemabli payungku kedalam tas coklatku.
Gadis kecil itu menggeleng.
"Kenapa?" tanyaku bingung.
"Aku tak punya ibu" jawabnya.
"Kalau gitu, kembalilah padda ayahmu!"
Gadis kecil itu menggeleng lagi.
"Kenapa?"
"Aku tak punya ayah"
"Kalau gitu, kakakmu!"
Ia menggeleng lagi, "aku tak punya kakak..."
Aku memunggungi dia skaing sewotnya, "kalau gitu kembali pada kambingmu!"
"Aku tak punya kambing..."
"ARGH!" aku segera berbalik saking sewot dan kesalnya, "kalau gitu, ikut aku!" aku menarik tangannya penuh kekesalan.
"E-eh...kakak...!" ucap gadis kecil itu tertatih karena tak bisa menyamakan langkahnya denganku.
xxXDemon DragonXxx
"Jadi, siapa namamu!?" tanyaku.
"Namaku...?" tanya gadis kecil itu bingung.
"Ya, namamu!"
"Nama itu apa ya, kak?" tanya gadis kecil itu.
Aku memukul keningku, "haduh! Nih anak bego' nya kelewatan banget sih!", "panggilan kamu sehari-hari!"
"Roxanne"
"Roxanne?"
"Iya" gadis kecil itu mengangguk.
"Oh, nama yang panjang!"
"Menurutku itu pendek loh, kak..!" gumamnya dengan polosnya.
"Iyalah, terserah..." ucapku pasrah, "oke, Roxanne!" posisiku yang tadi duduk sekarang berdiri dengan semangatnya dan menaruh kedua tanganku di pinggang.
"Iya, kak?" tanyanya bingung.
"Kau mau ku ajarkan sihir?"
"Sihir?"
"Ya, sihir!"
"Sihir itu kayak mana, kak?" tanya Roxanne.
"Kayak..." aku membuat sebuah api biru beralirkan listrik, "gini!"
"Wah..." Roxanne berbinar, "aku mau! Aku mau! Aku mau sihir!"
"Oke, sekarang, ayo, ikut aku!" ajakku dan mengulurkan tanganku.
"Oke!" ia turun dari bangku dan menerima uluran tanganku, "ngomong-ngomong, nama kakak siapa?"
"Ririca, Ririca Nefone"
"Nama kakak lebih panjang dariku!"
"Apa panjang, pendek gitu!"
"Nama kakak itu panjang, Ri-Ri-Ca Ne-Fo-Ne!"
"Itu pendek, daripada kamu, Ro-Xa-N-Ne!"
"Punyaku lebih pendek, ya!"
"Punya kakak lebih pendek!"
"Aku!"
"Aku!"
"Aku!"
"AKU!"
"AKUU!"
"AKUUU!"
Kami saling pandang. Lalu tertawa dan berjalan menuju kota tujuan kami selanjutnya. Aku memandang langit biru. "Ternyata manusia tak seburuk itu!"
...To Be Continued...
Author: UWAAA! APA YANG KULAKUKAN!? #jambak-jambak rambut
Asist.R: Kenapa Thor?
Author: Aku membuat FF baru! Padahal berjibun-jibun cerita yang aku belum selesaikan! Contohnya Dorama TAT
Asist.R: Lah, kenapa gak lanjutin Dorama dulu, baru buat ini?
Author: Idenya kabur dari otak Author
Asist.R: Itumah DL!
Author: UWAAA! BAGAIMANA INI!? *nangis-nangis sambil guling-guling dilantai*
Asist.R: hah, dasar...
Author: Ngomong-ngomong DL itu apa?
Asist.R: *nepuk kening*
Roxanne: Review please~
