Disclaimer : Naruto Milik Masashi Kishimoto

if i tell you...
Will you listen?
Will you stay?
Will you'd be here forever?
never go away..."
(Within Temptation – Bittersweet)

Sudah lama Sakura memendam perasaan cintanya kepada Sasuke yang juga teman sekelasnya pada masa SMA dulu, namun kesempatan bagi dia untuk mengutarakan isi hatinya tak pernah tersampaikan. Sasuke memanglah teman sekelas Sakura, tetapi mereka jarang sekali berinteraksi atau hanya sekedar bertegur sapa. Sasuke adalah sosok yang pendiam dan cool sehingga ia diidamkan banyak perempuan-perempuan di sekolah, dia tampan dan paling pintar dalam bidang olahraga. Banyak wanita yang berangan-angan ingin menjadi pacarnya, dan tidak sedikit yang berani mengungkapkan perasaannya kepada Sasuke secara terang-terangan, tetapi hasilnya begitu mengejutkan sekaligus membuat rasa penasaran Sakura memuncak akan diri seorang Sasuke. Laki-laki itu tidak pernah menerima salah satu pun dari mereka dan ia belum pernah berpacaran.

Sakura menyadari rasa sukanya semakin mendalam ketika pemakaman ayah Sasuke yang meninggal karena sakit keras. Ia merasa sangat terpukul seakan ikut memikul beban kesedihan yang dialami Sasuke waktu itu. Air matanya menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak mampu menahan rasa ibanya saat melihat wajah Sasuke yang suram lagi di rundung duka. Momen itu adalah kenangan yang paling tidak terlupakan bagi Sakura, tetapi kenyataan pahit harus ia telan bulat-bulat. Kini tak ada lagi Sasuke yang ia kagumi. Hari-hari di sekolah bersama, masa-masa Ujian Nasional, sampai pada acara perpisahan ke puncak... semua itu telah berlalu dan menjadi sebuah memory manis yang akan selalu terekam di kepala Sakura.

Dunia nyata sudah di depan matanya. Setelah lulus SMA ia memutuskan melanjutkan kuliah di Jerman. Dan dengan jalan ini pula ia berharap dapat melupakan sedikit demi sedikit, perlahan demi perlahan bayangan Sasuke yang hadir dalam mimpinya setiap malam. 4 tahun menetap dan belajar di Jerman pun rupanya belum cukup untuk menghapus Sasuke dari kehidupannya secara utuh, akhirnya Sakura kembali ke Indonesia dengan menyandang gelar .Ing pada namanya sebagai bentuk ketuntasan ia menyelesaikan program study S1-nya.

Wanita yang memakai sweater biru tebal dan syal berwarna cream itu menghela nafas panjang sesampainya ia di bandara. "haaahh,ich komme..." gumamnya menggunakan bahasa Jerman. Di sana telah menunggu seseorang yang menjemputnya, pria itu nampak gusar memperhatikan sekelilingnya, ia hanya mondar-mandir-duduk-berdiri dan menoleh ke kanan-kiri. "Hey, Sakura! Sebelah sini!" teriaknya dengan lantang ketika mendapatkan sosok yang ia cari sedari tadi. Saat mendengar ada yang memanggil namanya, Sakura menggiring kopernya dan menghampiri orang tersebut.

"Wer sind Sie bitte?" tanya Sakura masih menggunakan bahasa Jerman. Ia heran mengapa pria ini mengetahui namanya, ia takut orang ini adalah orang jahat, itu sebabnya ia tidak berbahasa Indonesia.

Wajah pria itu terlihat kosong. Ia tidak mengerti maksud perkataan Sakura. Ia menaikan satu alisnya dan mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk seperti orang yang sedang berfikir. "hmmm... baiklah akan ku coba! Mein name ist Naruto, es freut mich Sie kennenzulernen." Kemudian laki-laki itu tersenyum lebar ke arah Sakura dan membuat Sakura benar-benar bingung.

"tidak buruk. Tapi aku tidak mengenalmu, jadi minggirlah dari jalanku." Sakura menggandeng genggaman koper besarnya dan bersiap melangkah pergi dari sana, tapi pria itu kembali menghalanginya dan ia tidak membiarkan Sakura lewat.

Wajahnya memerah menahan kesal, ia mendekatkan mukanya ke pria itu. "apa mau mu?! Jangan membuatku naik darah!" gertaknya tegas.

Hanya dengan satu kali hardikan Naruto langsung menyingkir dari hadapan Sakura dan membiarkan wanita itu berjalan melewatinya. "apa kau lupa siapa aku?!" sahutnya yang seketika menghentikan langkah kaki Sakura. Dengan berat hati ia menoleh ke arah pria bernama seperti orang keturunan Jepang tersebut namun tiba-tiba saja sebuah pelukan sudah melayang di tubuhnya.

"apa kau tidak ingat aku Sakura?! aku Naruto! Aku teman masa kecilmu dulu!" ujar Naruto berusaha mengingatkan Sakura tanpa melepas dekapannya.

Sakura mendorong kasar pundak Naruto dengan kedua telapak tangannya untuk melepaskan pelukan yang menurutnya menjijikan itu. "kau sudah gila?! Aku tidak punya teman bernama Naruto!"

###

Kejadian kemarin berhasil membuat mood Sakura berantakan. Baru saja ia kembali menginjakkan kakinya di Indonesia ia sudah bertemu orang gila yang mengaku teman masa kecilnya dulu. Sakura berkutat dengan fikirannya semalaman dan ia yakin betul bahwa ia tidak pernah memiliki teman dengan nama Naruto. Ia memikirkan pria itu bukan karena perduli, tapi hanya ingin memastikan kalau ingatannya masih bagus. Mana mungkin aku tidak ingat dengan temanku sendiri? Kalau ia benar temanku pasti aku tidak akan lupa padanya. Katanya dalam hati.

Hari ini Sakura berencana pergi ke rumah Ino teman semasa SMA-nya. Ia memanaskan mesin mobil dan bersiap-siap untuk temu kangen dengan sahabatnya itu. sudah lama sekali rasanya aku pergi, seperti apa ya dia sekarang? Pikirnya.

Sakura melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, di otaknya sekarang banyak sekali pertanyaan yang bermunculan terlebih ketika ia melewati sekolah SMA-nya. Entah mengapa rasa rindu itu muncul... ia ingin bisa bertemu dengan Sasuke, harapannya masih belum berubah baik dulu maupun saat ini. Ia ingin perasaannya terbalas, walau hanya sedikit... ia berdoa agar Sasuke juga merasakan perasaan yang sama dengannya...

jika tidak ada lagi yang dapat ku percayai di dunia ini, ketahuilah Sasuke... satu yang akan selalu aku percaya bahwa hatiku tetap menyayangimu...

Pikiran Sakura melayang-layang entah ke mana sampai-sampai ia tidak menyadari lampu merah yang menyala dan seseorang hendak menyebrang jalan.

Sakura menginjak rem secepat yang ia bisa, ia memejamkan matanya dan berteriak histeris. "aakkkkhhhhhhhh!" Sakura harap ini tidak terlambat, dia harap dia tidak menjadi seorang pembunuh. Perlahan ia membuka kedua matanya dan melihat seorang pria terduduk di depan mobilnya dan syukurlah tampak tanpa cacat ataupun luka. Sejenak ia terdiam, kedua tangannya yang masih memegang stir mobil bergetar dan berkeringat. Akhirnya Sakura melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil dengan terburu-buru kemudian menghampiri orang itu.

Sakura menjatuhkan lututnya ke atas aspal lalu menyentuh pundak pria yang hampir ia tabrak dan mengucap penuh rasa sesal. "aku sungguh minta maaf, aku tidak sengaja... tolong maafkan aku..."

Pria tersebut memalingkan wajahnya ke arah Sakura dan tersenyum lembut. "tidak apa, aku tau kau tidak mungkin sengaja melakukannya. Aku baik-baik saja dan tidak luka sedikitpun kok."

"Sasuke?" ucap Sakura dengan pelan. Ia tidak percaya bahwa laki-laki di hadapannya sekarang adalah Sasuke. Ia ingat dan tidak mungkin salah! Dia Sasuke! Dia orang yang di sukai oleh Sakura! Dan takdir kini mempertemukan mereka kembali...

###

Ino terus membolak-balik majalah Cosmopolitan itu dan sesekali melirik sahabatnya Sakura yang diam termenung menopang dagu di depan monitor laptop sambil melihat-lihat foto kenangan masa SMA dulu.
"kau sudah melihatnya ratusan kali, apa tidak bosan?" sindir Ino, ia meletakan majalah itu di atas meja kecil di samping tempat tidurnya dan mendekati Sakura.

"apa yang akan kau lakukan ketika kau mengetahui bahwa orang yang paling kau cintai akan segera menikah?" nada datar dan tak bersemangat itu keluar dari bibir Sakura. Mulutnya berkata tetapi pandangannya hanya terfokus pada foto Sasuke di layar laptop yang memakai baju seragam putih abu-abu penuh dengan coretan tanda tangan dan piloks warna-warni. Ya, itu adalah foto kelulusan di mana saat semua teman-teman Sakura sibuk bercanda ria tetapi ia tidak bisa ikut merayakannya karna suatu hal.
"merelakannya... itu yang akan aku lakukan jika aku menjadi dirimu." Katanya singkat dan padat. Rupanya jawaban Ino memberikan reaksi terhadap Sakura. Ia menutup laptop itu dan menatap Ino dengan mata nanarnya. "aku serius! Ini bukan hanya sekedar orang yang paling kau cintai, tetapi sangat amat kau cintai!"

Ino tidak menjawab perkataan sahabatnya tetapi ia malah merangkul Sakura. Ia tau persis bagaimana perasaan sahabatnya itu akan Sasuke, ia tau Sakura sangat menyukai Sasuke, tapi tak banyak yang bisa ia lakukan selain memberikan sebuah pelukan untuk Sakura meluapkan kesedihannya.

Takdir yang menemukannya dan Sasuke ternyata menyimpan kejutan besar, khususnya bagi Sakura. Setelah kejadian itu Sakura sempat berbincang dengan Sasuke di sebuah cafe. Percakapan yang paling panjang yang pernah terjalin antara ia dan Sasuke mungkin.

"apa kabarmu? Aku dengar setelah kita lulus SMA kau langsung pergi ke Jerman untuk melanjutkan kuliah?"


"iya, kau betul, aku baru lulus dan pulang dari Jerman kemarin. Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Sekarang sedang sibuk apa?"


"aku juga sangat baik. Yaaa... seperti biasa, aku sibuk bekerja dan sedang mempersiapkan acara pernikahan."


"oya? Maaf aku tidak bisa lama-lama, ibuku pasti mengomel kalau aku terlalu lama berpergian. Aku pulang dulu ya. Bye"


"tunggu Sakura! boleh aku tau nomer telfon mu?"


"ya, tentu."

Wanita itu berfikir apa spesialnya sebuah nomer telfon? Lagipula Sasuke pasti tidak akan menghubunginya. Ya, karena dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan perempuan yang ia cintai. Sakit sekali hati Sakura begitu mendengar ucapan itu terlontar dari mulut Sasuke. Disaat harapannya terkabul tetapi ia harus menelan kenyataan yang memilukan... rasanya perih seperti tertusuk duri bunga mawar yang indah namun mampu melukai seseorang yang menyentuhnya.

Ia menyesal mengharapkan untuk bertemu lagi dengan Sasuke. Ia menyesal dapat melihat Sasuke kembali. Jika bisa ia memutar waktu, ia ingin tetap berada di Jerman dan tidak kembali untuk selamanya, membiarkan perasaannya tersiksa setiap hari dari pada harus mengetahui berita tak mengenakkan ini.

TBC

Jadi juga chapter ke.1 nya mungkin hari ini author beri langsung 3 chapter :D