_DISTANCE TO A KISS_
Support By :
"Qhia503"
Cast :
Kim (Lee) Taemin
Choi Minho
Kim Jongin (Kai)
And other cast
.
.
Main Pair : 2Min
Disclaimer : SIPUT! It's me!
A/N : Saya, selir Choi Siwon si Simba Kuda XD
Rated : T
Genre : Romance and Humor
Warning : Boy x Boy / Boys Love / Shonen Ai / GaJe / Alur Gagal / Typo / Kehancuran Karya / Author Gak Beres / OOC
Summary : Minho, namja yang disukai Taemin. Dia adalah teman dari saudara kembarnya, Jongin. Sejak kecil Minho sering mengahbiskan waktu di rumah Taemin dan Jongin. Walau ia sudah lama menyukai Minho, namun sulit menunjukkan perasaannya didepannya. Ketika mereka masuk SMA, Minho berubah menjadi namja tampan yang digandrungi banyak yeoja dan uke. Taemin merasa sulit mendekati Minho. Lalu bagaimana ia mendekatkan jarak diantara mereka?
.
"Qhia503"
Presents…
.
Aku telah mengenalnya sejak dulu, sejak 5 tahun yang lalu saat kami masih SD. Namja yang selalu kusangka kubenci. Tapi sebenarnya, dari awal kami bertemu dia entah bagaimana caranya telah menjadi seseorang yang special dihatiku.
Sesungguhnya aku ingin sekali mendekatkan jarak yang tercipta diantara kami…
Taemin menatap papan pengumuman di hadapannya dengan tatapan tak percaya. Mulutnya membuka-tutup, sesekali ia juga tampak menggigit kukunya.
"Ba-bagaimana ini Kibum? Kami sekelas, tidak bisa dipercaya" Taemin mengcengkram erat pundak Kibum tanpa melepaskan tatapan cemasnya dari arah papan pengumuman.
"Apa maksudmu?" Kibum bertanya santai.
"Itu, aku dan Minho!" Taemin menunjuk namanya yang sebaris dengan nama Minho.
"Bahkan nomor absennya juga dekat…" Taemin menghela napas.
"Minho? Choi Minho? Oh… Teman saudaramu itu?"
Taemin mengangguk kikuk.
"Aduh, bagaimana ini? Aku takut masuk ke kelas" Taemin menggigit bibir bawahnya menahan rasa gugup.
Aku tidak tahu, apakah kejadian kecil di awal kami masuk SMA ini adalah pertanda baik.
Ini adalah rasa suka yang sejak dulu ada dan kupendam selama 5 tahun sendirian.
Dia -Choi Minho- adalah sahabat dari saudara kembarku Kim Jongin sejak SD.
"Aku pulang~!"
Jongin yang baru saja tiba dari latihan sepak bola langsung mendobrak pintu dan menerobos ke dapur.
"Eomma masak apa hari ini?" tanyanya dengan nafas letih yang kentara.
"Soumen" Leeteuk menjawab singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari masakan.
"Ha? Lagi-lagi makanan instan?" kedutan samar muncul di dahinya.
Leeteuk hanya mengangguk pasrah.
"Hei Kkamjjong!"
Jongin menoleh keasal suara, ia menatap Taemin yang menatap sengit dirinya di pintu dapur.
"Kau memakan pudding apricot milikku ya?" tanyanya sembari mendudukkan diri disalah satu kursi makan.
"Apa maksudmu? Bukan aku" Ia menjawab sambil membuka pintu kulkas. Taemin mengerucut imut.
"Lalu siapa?!"
Jongin menelusuri isi kulkas, mencoba mencari sebotol air mineral dengan suhu rendah. Ia menoleh sebentar kea rah adik kembarnya sebelum menghabiskan isi botol ditangannya.
"Minho kan? Tadi dia memakannya sebelum kami berangkat latihan"
"APA!"
"Eh? Bukannya itu memang bagianku?"
Minho –sahabat Jongin orang paling menyebalkan menurut Taemin-yang baru saja memasuki dapur menyahut dengan santai. Iris kelamnya memperhatikan Taemin dan Jongin yang saling melempar glare.
Taemin mendelik marah kearahnya "Apa kau bercanda? Itu tidak mungkin!"
Saat itu kami baru kelas 5 SD. Aku tahu ia juga ikut klub sepak bola sama seperti Jongin, aku dan mereka berbeda sekolah. Tapi meski kami bersekolah di tempat yang berbeda, dia selalu ada dirumahku setiap hari.
"Huh! Dasar menyebalkan!" Taemin beranjak pergi dari ruang makan dengan wajah kusut.
"Hoi! Jangan berlebihan seperti itu, lagipula itu hanya pudding" Jongin berusaha membujuk Taemin.
"Lagipula rasanya biasa saja" Minho menyambung dengan tampang cuek. Niatnya sih mau ikut membujuk, tapi…
"Jangan bicara lagi!"
Dia yang selalu merasa rumahku adalah rumahnya. Akhirnya kami menjadi dekat dan ia sudah seperti keluarga sendiri. Bagian dari keluarga kecil kami.
"Sebaiknya kalian membersihkan diri sebelum makan malam, besok juga mau main ke pantai kan?"
"NE EOMMA/AHJUMMA!"
Taemin membantu eommanya yang sedang mengelap piring-piring yang basah. Wajahnya tampak tak bersahabat dari sebelum makan malam tadi bahkan sampai sekarang.
"Kenapa orang itu tidak punya sopan santun sama sekali? Bagaimanapun ia seharusnya memiliki rasa malu walau hanya sedikit" ucapnya ketus.
Leeteuk menoleh kearah putranya. Ia membereskan beberapa piring yang sudah kering.
"Kau sedang membicarakan Minho ya?"
Taemin tidaak menjawab, ia hanya menatap kesal Minho dan saudaranya yang sedang asyik bermain games di ruang tengah. Leeteuk menghela napas pelan sebelum membuka suara.
"Eomma rasa dia kesepian. Setiap Minho pulang ke rumah selalu tak ada siapapun. Dia hanya tinggal berdua dengan ibunya. Tapi karena pekerjaan, ibunya baru pulang setelah larut malam"
Taemin Nampak terkejut mendengar cerita eommanya. Pandangannya teralih pada Minho yang sedang tertawa bersama Jongin.
"Begitu…"
Leeteuk tersenyum lembut.
"Tidak apa-apa bukan? Kalian bisa bermain dengan rukun bertiga, seperti saudara"
Begitulah… Karena kami masih anak-anak, waktu selalu dihabiskan dengan bertengkar karena hal-hal yang sepele. Satu lawan dua, aku selalu bersebrangan dengan Minho dan Jongin.
"Kau tidak ikut ke pantai bersama mereka Taeminie?" Leeteuk yang sedang menggendong Choco –anjing peliharaan mereka- bertanya heran saat melihat Jongin dan Minho hanya pergi berdua.
"Apa?" Taemin memasang tampang bodoh. Tidak, bukannya ia tidakmendengarnya, hanya saja pertanyaan eommanya terdengar tidak masuk akal –baginya-.
"TIDAK USAH!" Jongin dan Minho menolak serempak.
Leeteuk mengerjap bingung. Taemin melirik sinis pada dua manusia beda marga dihadapannya.
"Memangnya aku peduli! Aku malu jika harus bermain bersama anak-anak seperti kalian! Lagipula aku juga tidak mau ikut!"
"Kami juga malu jika harus bermain dengan anak kurus sepertimu~" goda Minho sembari menjulurkan lidahnya sebelum berlari keluar bersama Jongin. Mereka tertawa puas melihat kemarahan Taemin.
Ia hanya menatap berang pintu yang baru saja menutup karena ulah namja bermarga Choi itu. Tangannya terkepal erat menahan emosi.
Aku tidak tahu kenapa, tapi saat itu aku merasa Minho benar-benar sosok yang mnyebalkan.
"KAMI PULANG~!"
Jongin dan Minho masuk beriringan kedalam rumah. Jongin tampak mengerutkan dahi saat melihat tangannya.
"Kulit kita benar-benar terbakar matahari" ucap Jongin ironis "Aku mau mandi saja, kau bagaimana Minho?"
"Aku mau istirahat dulu, kau duluan saja"
Jongin mengendikkan bahu sebelum melangkah kea rah kamar mandi "Baiklah"
Minho meletakkan tasnya asal dan menghampiri Taemin yang sedang serius membaca komik di sofa.
"Hei" panggil Minho pelan.
Taemin mendongakkan kepalanya kebelakang, ia menatap malas sosok Minho.
"Ada apa?"
Minho tersenyum lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia memandangnya sebentar sebelum meyerahkannya pada Taemin.
"Untukmu. Aku membawanya sebagai oleh-oleh karena terlihat sangat cantik"
Taemin tertegun menerima kerang pemberian Minho. Kerang laut, entah apa namanya, tapi seperti kata Minho tadi, benda ini memang sangat cantik. Ia menatapnya dengan pipi bersemu merah. Minho menyenderkan tangannya di sandaran sofa agar dapat melihat ekspresi Taemin lebih jelas. Ia tersenyum kecil.
"Coba kau masukkan kedadamu"
"…"
"…"
BLETAKK
BUG
BUG
Sebuah bantalan kursi melayang dan tepat mengenai wajah Minho disusul dengan Taemin yang langsung berdiri dan memukuli kepalanya berkali-kali dengan brutal hingga namja tampan itu hampir terjengkang kedepan. Tangannya mengibas mencoba menghentikan Taemin. Sungguh ia tidak mengerti kenapa namja manis itu malah balik memukulnya daripada berterimakasih.
"Aduh! Kenapa kau malah memukulku?!"
Taemin tidak peduli dan terus saja memukuli Minho. Leeteuk yang tadinya berniat memanggil mereka untuk makan malam malah cengo mendapati aksi brutal Taemin.
"Kalian ini sebenarnya sedang apa?" tanyanya bingung.
Padahal aku sudah merasa senang, tapi kenapa? Kenapa kami selalu berakhir dengan pertengkaran?
BRAKK
"HEI!"
Dua namja tampan yang sedang asyik dengan kegiatan masing-masingnya itu menatap malas pada Taemin yang baru saja mendobrak pintu kamar mereka. Wajahnya tampak dipenuhi keringat. Napasnya juga memburu, apa dia baru saja ikut marathon? Pikir mereka asal.
"Kalian ini benar-benar… Aku kan sudah bilang berkali-kali, jangan menonton film seperti itu di sebelah kamarku!"
'AH~ OH~'
Wajahnya langsung memerah drastic saat tanpa sengaja indra penglihatannya menangkap adegan tak senonoh di layar kaca yang sedang disaksikan dua manusia menyebalkan dihadapannya.
"Dasar mesum! Matikan televisinya!" teriak Taemin jengkel.
"Cerewet. Ini kan kamarku, jadi aku bebas mau melakukan apapun" balas Jongin.
"Bagaimana kalau kau ikut menonton bersama kami?" tawar Minho kalem.
.
.
Hening
.
.
"HAAH?! Kau kenapa sih! Sudah gila ya!"
Minho kembali membaca komiknya tanpa menghiraukan teriakan protes Taemin.
"Dia Cuma bercanda, kau menanggapinya serius?" ledek Jongin. Matanya mengerling nakal.
Taemin menggigit bibir bawahnya menahan emosi.
"Dasar menyebalkan!"
Ia akhirnya keluar dari kamar saudara kembarnya dengan membanting pintu. Sungguh kalau lama-lama berhadapan dengan mereka berdua kepalanya bisa pecah. Kenapa dia bisa tahan punya saudara seperti itu! Dan lagi, kenapa sahabatnya sama menyebalkannya dengan kembarannya itu!
'Kenapa aku bisa sekesal ini? Ada apa denganku sebenarnya?'
Taemin menggerutu pelan sembari mencuci tangannya di westafel. 'Kenapa anak itu selalu ada di rumahku!' batinnya jengkel.'Aku membencinya! Dasar tidak tahu malu!'
Pasti selalu begini, ia terus saja kalah kalau beradu mulut dengan mereka. Taemin terus saja menggerutu tanpa suara hingga tak menyadari kehadiran Minho dibelakangnya. Minho terkekeh kecil melihat kelakuan saudara sahabatnya itu.
"Jangan-jangan dari SD kau tidak bertambah tinggi ya?" Tanya Minho.
"Apa?" Taemin menoleh kesal.
"Selain itu kau juga berkelakuan seperti anak kecil. Coba kemari"
Minho menarik lengan Taemin dan memegang bahunya agar menghadap ke cermin bersama dirinya.
"Lihat? Bahkan aku lebih tinggi…"
Namja tampan itu tersenyum sumringah saat melihat bayangan mereka. Di cermin perbedaan tinggi mereka benar-benar terlihat dengan jelas. Taemin yang tampak terkejut saat melihat siluet dirinya dan Minho. Ia terpana. Tiba-tiba saja pandangannya tak bisa lepas dari seseorang yang berdiri tepat disampingnya. Wajahnya bersemu merah.
Saat itu aku baru menyadarinya, kalau aku jatuh cinta pada sosok Choi Minho. Karena itu sampai sekarang aku merasa tak tenang jika berada didekatnya. Aku takut ia akan mendengar detak jantungku yang tak beraturan.
1 tahun semenjak itu aku jarang bertemu dengannya lagi karena terlalu sibuk dengan belajar untuk ujian masuk SMA. Apakah selama setahun ini aku sudah bertambah dewasa walau hanya sedikit?
Jika aku bertemu dengannya lagi…
Semoga aku bisa jujur…
Dengan perasaanku sendiri…
Taemin melangkah dengan riang bersama Kibum menuju kelasnya. Kerisauannya sedikit berkurang berkat nasehat Kibum sahabatnya. Setidaknya ia harus mencobanya kan? Yah, tidak tahu nanti hasilnya bagaimana, tapi usaha patut dijalankan.
Matanya memandang satu persatu siswa/siswi yang berlalu lalang disekitarnya. Ia tampak antusias melihat sekolah barunya, tangan mungilnya menarik lengan Kibum agar mereka cepat sampai ke kelas.
Tapi langkah mereka terhenti saat melihat sosok yang berdiri di dekat tangga. Taemin terpaku, ia mengenal sosok itu. Seseorang yang selalu bisa membuat pipinya menghangat dan jantungnya berdentam semakin cepat.
Sosok itu bahkan balas menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
'Itu Minho! Choi Minho! Dia memakai seragam yang sama denganku!' Taemin termangu 'Apa yang aku lakukan?! Katakan sesuatu mulut bodoh!'
"An…"
Astaga! Benarkah namja tampan dihadapannya ini adalah Choi Minho sahabat kembarannya? Dia berubah menjadi sangat tampan diluar perkiraannya.
Minho menatap Taemin yang tampak ingin mengatakan sesuatu. Rasanya ia mengenal namja manis berambut pirang dihadapannya ini, tapi dia lupa bertemu dimana…
"Anye# $%&*#!"
"Apa?" Minho mengerjab pelan. Entah telinganya yang salah atau memang namja manis dihadapannya itu yang bicaranya tidak jelas.
Taemin langsung berdiri tegak dan membekap mulutnya. Apa itu tadi? HIAAAAAAAHHH! Kenapa malah seperti ini? Padahal kami sudah bertemu! Memalukan! Apa yang sudak kulakukaaaaann!T^T
"Oh~ Ternyata itu kau ya?"
"Eh?" Taemin membeo.
"Kau lama sekali menyadarinya"
Jongin yang ternyata ada disamping Minho sejak tadi menatap malas keduanya. Mungkin ia terlalu silau dengan pesona Minho hingga tidak menyadari kehadiran saudaranya sendiri. Minho menggaruk pelipisnya pelan lalu menunjuk Taemin yang masih tampak linglung.
"Karena rambutnya agak panjang sih, dulu kan tidak sepanjang ini. Lagipula dia juga mewarnai rambutnya jadi pirang seperti itu" Bayangin rambut Tetem waktu kecil itu yang model bob di MV Replay Korea trus sekarang rambutnya kayak yang di MV Lucifer^^
Taemin masih saja terpesona pada Minho. Namja bermarga Choi itu sekarang benar-benar terlihat dewasa. Padahal mereka hanya tidak bertemu salama setahun, tapi tadi dia hampir saja tidak mengenalinya. Badannya juga semakin tinggi… Taemin merasa semakin tenggelam -_-
"Taeminie bilang padaku kalau dia ingin terlihat dewasa kalau masuk SMA, makanya rambutnya dicat dan dibiarkan panjang" Jongin berbisik sambil menyeringai menatap Taemin. Ia tertawa mengejek.
Persimpangan siku-siku muncul di kepala Taemin. 'Dasar manusia hitam menyebalkan! Aku mendengarnya tahu!' batinnya dongkol.
Bibirnya mengerucut dan matanya memandang kesal Jongin. Tanpa sengaja tatapannya bertabrakan dengan Minho. Ia langsung membuang muka guna menyembunyikan rona merah yang kembali menjalar diwajahnya.
"Tapi aku merasa Taemin memang ada sedikit perbedaan"
'Eh?' Taemin kembali menatap Minho terkejut.
Mereka terdiam dan saling menatap, tapi tidak lama karena Taemin langsung memutuskan kontak dan menolehkan wajahnya kesamping.
"Biasa saja, aku berubah juga bukan karena ingin dipuji olehmu kok" ia mencoba berkilah.
"Anak ini benar-benar tidak berubah ya?" Minho bertanya pada Jongin yang masih setia disampingnya. Taemin mendelik.
"Iya… Dan lagi kenapa yang sekelas malah kau dan dia? Benar-benar sulit dimengerti"
"Iya juga"
Jongin berbalik dan mengajak Minho untuk segera masuk ke kelas, meninggalkan kedua namja manis yang memandangi punggung mereka hingga hilang diujung koridor. Taemin memejamkan matanya dan menghela napas lega.
"Ooh… Jadi itu yang namanya Minho? Ternyata orangnya setampan yang dibicarakan, dia sangat populer kan Taemin?"
"Huh?" Taemin menoleh kaget ke arah Kibum yang memandangnya datar.
.
I'M SIPUT
.
"Eh, lihat namja itu!"
"Ommo! Dia sangat tampan!"
"Nuguya?"
"Dia terlihat paling bersinar…"
"Dari SMP mana ya?"
Kibum menatap Taemin yang memasang tampang tidak percaya, garis-garis hitam menyelimuti kepalanya.
"Betul kan?"
Taemin memandang calon teman-teman sekelasnya dengan takjub, sebagian besar namja berstatus uke dan yeoja berbisik-bisik sambil menatap Minho yang sedang duduk di sudut kelas. Minho sepertinya menyebarkan pheromons terlalu banyak.
"Aku tidak tahu kalau ternyata dia sangat hebat" pundung Taemin gelap. Ia berjalan gontai ke bangkunya yang terletak beberapa bangku didepan Minho. Kibum mengikutinya dari belakang.
"Choi Minho dari yang kudengar terpilih menjadi tim inti kelompok sepak bola sekolah ini. Menempati urutan ke 3 saat ujian penerimaan siswa. Dia juga terkenal dikalangan siswa/siswi berprestasi di kalangan atas"
"Ugh.."
Taemin menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan. Dia sebenarnya sudah menyangka semua hal-hal menakjubkan tentang pujaan hatinya itu, tapi tetap sajamendengar perkataan Kibum tentang fakta yang ada membuatnya tercengang. Hah~ Rasanya semakin sulit untuk mendekatinya…
"Jujur saja, dia terlalu tinggi untukmu"
Taemin mendongak.
"Seminggu aku tidak mengajaknya bicara karena dia mengataiku pendek" Taemin memberengut.
"Hei Minho-ah!"
Taemin dan Kibum langsung menoleh pada dua sosok namja yang menghampiri meja Minho. Satu yang terus menyegir lebar dan satunya lagi berambut pelangi.
'Apa mereka teman SMP-nya?' batin Taemin penasaran.
"Kau benar-benar terkenal… Kenapa bisa?" Chanyeol menatap Minho dengan heran.
"Kau iri?" Tanya Sehun cuek.
"Kalian berisik sekali" Minho memegang bagian belakang lehernya lelah.
"Sepertinya kau makin terkenal ya Minho?" Jonghyun, teman sebangkunya melirik usil padanya.
"Teman sekelasku pasti akan langsung meminta nomor hapemu begitu mereka tahu aku temanmu" Chanyeol menerawang.
"Boleh kami bagi nomormu?" Tanya Sehun polos.
"Kalian ini…"
"Kami Cuma bercanda Mr. Kodok, jangan terlalu serius" kekeh Chanyeol.
"Oh! Ada apa dengan rambutmu Sehun-ah? Warnanya jadi seperti pelangi begitu" Jonghyun tertawa sambil menunjuk rambut Sehun. "Apa kau salah memakai gel rambut?" ledeknya.
"Jangan mengejek style-ku, aku tahu kau hanya iri Jjong"
"Heh, jangan terlalu percaya diri. Aku sudah cukup tampan dengan gayaku yang sekarang"
Mereka berempat tertawa lebar. Taemin melihat semua itu dengan jelas. Bagaimana Minho tertawa dan bersendau gurau, bagaimana ia terlihat kesal dan bagaimana ia mencibir. Taemin memegang pipinya yang memerah. Ia benar-benar sudah jatuh cinta terlalu dalam pada sosoknya. Tapi tiba-tiba pandangannya tiba-tiba berubah redup.
Sifat Minho yang hanya diketahui olehku kupikir ada banyak. Akan tetapi, sisi lain dirinya yang tidak kuketahui ternyata jauh lebih banyak lagi.
Taemin mengikat kembali bungkusan bekalnya dan segera beranjak berdiri. Entah kenapa hari ini ia sedikit tak nafsu makan. Ah biarlah, sisa makanannya biar dibawa pulang saja.
"Kau sudah selesai makan?" Tanya Kibum.
"Iya. Aku mau ke Lab. Sains dulu, ada barangku yang tertinggal disana"
"Baiklah"
Taemin berjalan pelan kea rah laboratorium. Ingatannya melayang-layang saat ia masih kecil dimana pertama kali dirinya bertemu dengan Minho karena Jongin mengajaknya ke rumah untuk belajar bersama. Taemin mendesah, dari awal ia dan Minho memang tidak punya hubungan apapun jika bukan karena Jongin yang mengenalkan. Matanya memanas.
"Kau sedang apa?"
Tubuhnya tersentak kaget saat melihat sosok manusia yang sedang menatapnya dari balik jendela laboratorium yang mengarah ke halaman belakang sekolah. Choi Minho.
"Apa yang kau lakukan?" Taemin mengelus dadanya dengan alis mengeryit.
"Mencari ketenangan, di kelas terlalu berisik" jawabnya sambil menguap kecil.
"Oh…"
Keduanya terdiam tak berani melanjutkan pembicaraan. Minho memandang lama Taemin yang terus menunduk tidak berani memperlihatkan wajahnya.
"Taem, kau mau kesini juga?"
"Apa?"
Minho mengulurkan tangan pada Taemin dengan memamerkan senyum lebarnya. Seakan terhipnotis Taemin perlahan berjalan mendekati jendela, ia mendapatkan kesadarannya kembali saat kulitnya bersentuhan dengan lengan kokoh Minho.
"Aku harus melompati jendela? Tapi ini terlalu tinggi…"
"Tidak apa, aku akan memegangimu"
Dia membantu Taemin keluar lewat jendela. Tangannya menjaga namja manis itu agar tak oleng. Saat kakinya baru setengah turun Taemin tergelincir dan hampir terjatuh, dengan sigap Minho menangkapnya.
"Kau tidak apa-apa?"
"I-Iya…" Taemin merenggangkan pegangan Minho pada lengannya. Setelah pegangan itu terlepas ia langsung membuat jarak. Taemin terlalu terkejut atas apa yang baru saja terjadi. Hatinya belum siap.
"Ma-Maaf…" cicit Taemin. Minho membuang muka.
"Akhir-akhir ini kau kelihatan tidak bersemangat"
Taemin menoleh menatap Minho yang menunduk.
"Kalau ada yang ingin kau bicarakan denganku katakan saja, aku tidak masalah"
DEG
'Apa maksudnya? Apa yang dia bicarakan?'
"Tadi kau menangis kan?"
'Di melihatku menagis? Tidak! Jangan-jangan… Dia sudah tahu tentang…'
"Kau…"
Detak jantungnya semakin tak tekendali mendengar kalimat Minho yang terputus. Apakah ia menyadari perasaanku? Tapi bagaimana bisa? Apakah ini akhirnya? Karena…
"Kau… Dikelas tidak punya teman dan kesepian kan? Makanya kau diacuhkan bukan?"
…Aku akan… EH?
"Ha?" Taemin cengo.
"Murid perempuan kan sangat suka mencampuri urusan seperti itu…"
Taemin sweatdrop. Ia pikir tadi rahasianya terbongkar, tak tahunya… Dia harus berterimakasih pada pemikiran salah di kepala Minho. Hampir saja dia memohon untuyk menghilan saja karena tidak kuat menanggung malu.
"HUAHAHAHAHAHA Bukan begitu… HAHAHAHA" Taemin memegangi perutnya yang sakit karena terlalu kuat tertawa.
"Apa yang kau tertawakan?" Minho mendelik.
Ia mencengkram kepala Taemin dengan sebelah tangannya. Minho menggoyangkan kepala milik Taemin itu ke kanan-kiri lalu mengeratkan cengkramannya.
"Padahal aku menghawatirkanmu, tapi kau malah tertawa? Dasar…"
"Aduh! Kau saja yang aneh! Tiba-tiba berbicara seperti appaku. Hey! Ini sakit! Lepaskan tanganmu!"
Namja dengan pesona diatas rata-rata itu melepaskan cengkramannya tanpa melepas pandangannya dari Taemin. Tatapannya berubah khawatir.
"Lalu kenapa tadi kau menangis?"
"Tidak ada apa-apa, sungguh…" Taemin tersenyum.
"Dasar aneh…"
'Syukurlah Minho tidak berubah. Dia tetap jadi orang yang kukenal. Aku benar-benar lega'
"Ternyata kau benar-benar kelihatan berbeda karena rambutmu itu"
Taemin memegang rambutnya cemas.
"Bukannya kau dan Jongin mengejeknya waktu itu? Aku tahu kalau aku tidak pantas dengan penampilan seperti ini. Kalau rambutku kupotong dan kembali kucat hitam semua beres kan?" pundung Taemin beringsut menjauh.
Semilir angin menemani kesunyian mereka di teras belakang lab. Minho memandang jauh rindangan pohon didepannya, daun-daun perlahan berguguran saat angin kembali datang.
"Kau tidak perlu memotongnya. Hanya saja… Aku belum terbiasa. Aku sama sekali tidak mengatakan kalau kau terlihat aneh atau jelek"
Taemin terpana. Rona merah menjalari pipinya. Ia melirik Minho yang asyik merenung.
SREEEKK
Suara pintu geser dan langkah kaki memasuki ruang lab menyentakkan mereka berdua dari pikiran panik untuk yang kedua kalinya.
"Sepertinya disini tidak ada orang. Aku rasa tempat ini aman"
"Apa kau yakin? Kalau kau ketahuan berciuman dengan sunbaemu di ruang sekolah kita bisa kena masalah"
"Tidak masalah, kita juga bisa sembunyi dibawah meja"
"Dasar pervert!"
Tunggu dulu! Suaranya memang ada dua, tapi Taemin yakin ia mengenal salah satu pemilik suara itu. Terdengar tidak asing, jangan-jangan… Taemin menyipitkan matanya menatap focus kearah dalam sama halnya dengan Minho. Tapi namja tampan itu tampak tak terlalu terkejut. Ia hanya mendengus remeh.
'OH ASTAGA! TERNYATA MEMANG JONGIN! DASAR PASANGAN GILA! DISINI MASIH ADA ORANG!'
Taemin menjambak rambutnya frustasi ia mengerang dalam hati. Baru saja ia melihat adegan live dua orang yang saling berciuman dengan penuh gairah. Astaga! Matanya yang polos!
SREEEK
Kali ini ada suara pintu dibuka lagi. Suara kecipak dua orang didalam juga mendadak berhenti.
"Hei! Kalian berdua sedang apa ditempat ini?"
'EH? JUNG SEONSANGNIM?'
"Dilarang memakai ruangan kosong sembarangan! Dasar anak-anak nakal! Kambali ke kelas!"
"B-Baik seonsangnim!"
Jung Yunho menggeleng pelan.
Hening
"Apa sudah tidak ada orang?"
Kaki panjangnya melangkah pelan kea rah jendela yang terbuka lebar. Taemin makin panik mendengar tiap suara yang dihasilkan dari setiap langkah yang diambil Jung saenim kearahnya.
'Gawat… Gawat…'
Sebuah tarikan yang terlalu tiba-tiba membuatnya tersentak kaget hingga tak mampu berkata-kata. Tubuhnya terasa mati rasa. Semuanya kaku.
"Dasar, apasih yang mereka pikirkan? Bisa-bisanya mereka melakukan hal-hal macam itu disekolah" Yunho menggerutu sambil mengunci erat jendela. Mencegah ada yang menggunakannya sebagai sarana bolos.
Taemin merasakan napasnya tersendat saat menyadari jaraknya yang terlalu dekat dengan Minho. Apalagi dengan telapak tangannya yang membekap mulut Taemin agar tak berisik. Tubuh ringkihnya terperangkap oleh sosok Minho yang kuat.
'Jantungku, aku mohon bertahanlah'
"Se-Sepertinya Jung saenim sudah pergi"
"Entahlah, aku tidak bisa mengintip karena bisa ketahuan"
Taemin mencengkram erat lengan seragam milik Minho untu merdakan rasa gugupnya. Ia bahkan bisa mencium aroma manly Minho dari jarak sedekat ini.
"Ternyata Jongin sudah punya namjachingu, padahal baru seminggu di SMA tapi gerakannya cepat sekali…"
"Hei…"
"Untuk pertama kalinya aku melihat orang berciuman. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan ketika bertemu Jongin dirumah?"
"Jangan terlalu keras Taem, mungkin Jung saenim masih disini" bisik Minho pelan.
Habisnya…
Aku takut…
Kalau tidak berbicara…
Detak jantungku akan terdengar olehmu…
"Berciuman itu… Rasanya seperti apa?" lirih Taemin.
Tirai jendela tersibak diterpa semilir angin. Gemerisik dedaunan ikut menyertai suasana hening yang tercipta atas pertanyaan seseorang yang tengah menahan degup jantungnya di hadapan sang pujaan hati.
Taemin saja, apa yang sudah ia katakan?
"Kau ingin mengetahuinya?"
Taemin menengadah menghadap Minho. Tatapannya seolah terkunci pada sepasang iris kelam dihadapannya. Menghipnotis dirinya agar tidak melawan ataupun memberontak.
Sebelah tangannya digunakan untuk mengurung tubuh Taemin dan sebelahnya lagi diperuntukkannya untuk meraih tengkuk Taemin agar semakin mendekat kearahnya. Taemin memjamkan matanya saat merasakan terpaan napas hangat yang mengenai wajahnya. Bibir mereka sudah hampir saling menggapai…
"MINHO-AH!"
Dua sosok namja muncul beranda lantai dua dan meneriaki Minho yang terpekur.
"Oh! Itu dia! Ternyata dia disini"
"Sedang apa kau sendirian?"
"Kita ada pelajaran olahraga! Ayo!"
"Baiklah!" Minho beranjak lalu menepuk bagian belakang celananya bermaksud membersihkan sisa-sisa debu yang menempel. Sebelum ia benar-benar pergi matanya melirik ke tempat Taemin bersembunyi.
Taemin terengah-engah karena ulahnya sendiri. Napasnya tak beraturan dan wajahnya memanas. Ia berlari sekuat tenaga menjauh dari tempatnya tadi bersembunyi. Bermaksud menghindari pertemuan dengan seseorang walaupun tidak disengaja.
'Apa yang baru saja terjadi?'
'Kenapa aku mengatakan hal seperti itu?'
'Kau ingin mengetahuinya?'
'Aku tidak megerti kenapa?'
'Kenapa?'
'Pikiranku kacau..'
"Hei Lee Taemin!"
"Ah" Taemin berjengkit saat seseorang menepuk pundaknya.
"Kenapa kau melamun?"
"Ah… Tidak apa-apa" Taemin mencoba tersenyum pada Kibum.
Sepertinya ia terlalu asyik dengan pikirannya sendiri hingga tidak sadar kalau sekarang ia ada di kelas mengerjakan kegiatan pembersihan. Ia mengeratkan pegangannya pada gagang sapu.
'Kenapa ia melakukannya?'
'Apa karena aku yang terkesan memberinya ajakan?' Taemin memejamkan matanya frustasi.
'Tapi, bukankah itu hal yang bagus?
'Argh! Aku tidak mengerti!'
"Em… Lee Taemin-sshi"
Taemin menoleh menghadap dua orang yeoja teman sekelasnya yang tadi memanggilnya. Kalau tidak salah ingat, mereka Eunjung dan Jiyeon "Ya, ada apa?"
"Taemin-sshi dekat dengan Minho-sshi ya? Karena tadi saat jam makan siang aku melihat kalian berduaan" Tanya Eunjung.
Taemin membulatkan matanya terkejut.
'Berciuman itu… Rasanya seperti apa?'
"Maaf ya, tapi kami hanya penasaran kenapa kalian bisa dekat padahal bersekolah di SMP yang berbeda" sambung Jiyeon.
"Jangan-jangan kalian paca…"
"TIDAK! Ah… Itu…"
Omongan Eunjung terhenti karena teriakan Taemin. Namja manis itu menatap gelisah sekitarnya, ia meneguk ludahnya paksa.
"Kami bukan sepasang kekasih. Aku mengenalnya dengan baik karena dia adalah sahabat saudara kembarku. Karena sudah kenal dari dulu makanya…
.
.
.
…aku dan dia tidak mungkin pacaran"
Taemin terdiam dengan perkataannnya sendiri. Rasanya sedikit sakit mengatakannya, tapi ia harus meluruskan masalah agar mereka tak salah paham. Ia memasang senyum dan mengangkat kepalanya mencoba mengajak mereka berbicara. Sebelum…
…ia menyadari bahwa ada sosok lain yang mendengarkan perkataannya dari arah pintu kelas, senyum yang terpatri di wajah Taemin menghilang, berganti dengan tatapan cemas dan kekalutan.
"M-Minho…"
Minho memandangnya lama tanpa ekspresi lalu membuang muka kearah lain.
Saat itulah Taemin merasa benar-benar hancur dan merasa bersalah.
Ternyata akulah yang telah membuat hubungan kami yang sudah mulai dekat ini kembali memiliki jarak.
.
.
TBC
.
.
Ada yang familiar sama alur ceritanya? Yang tau silahkan review atau PM, ntar saya kasih hadiah ttd ama foto bareng XD #hadiahmengerikan
Hai I'm SiPut, dan kamu baru saja membaca ff saya, jadi silahkan review (^,~) #kasihpermen
Tadinya mau ngelanjut Hate You ama From The Darkest Side, tapi lepi rebutan ama dedek, jadinya saya yang jadi makhluk malam dan kurang dapat jatah ngetik -_-
Lepinya juga janrang dirumah karena sering melanglangbuana~ #nyanyi
Dan karena saya ngetik ampe tengah malam…
#pasangsenter
#pakesarung
#ngerondastyle(?)
Silahkan mention and follow PutPut_407 kalau mau kenal-kenal SiPut XD
Gak juga gak papa -_-
Cha! Sampai jumpa chap depaaaaaann! \(^0^)/
