A/N: Halo semua! Nama saya tak penting tapi panggil saja Red-chan :) First attempt untuk fandom HUNTER X HUNTER untuk salah satu OTP: GonxFem!Killua. Semoga semua berjalan lancar :)

Disclaimer: I do NOT own Hunter x Hunter. I do NOT own cover picture.

Warning!: Female!Killua, Tsundere!Female!Killua, OOC, Typo, humor rada maksa.

Enjoy!


Chapter 1

"My Lady!"

-RedChan-


"Minggu ini aku makan ramen instan lagi..."
Gon Freecs, lelaki baik yang ceria dan disukai banyak orang itu sekali lagi menghembuskan napasnya dengan pasrah di jam makan siang ketika semua murid lain sibuk ke kantin untuk cari makan.
Gon tidak beranjak dari bangkunya walaupun perutnya sudah keroncongan. Ia menghela napas lagi.

Gon berasal dari keluarga biasa-biasa saja dan asalnya tinggal di kampung-ehem, desa. Namun setelah ia mendapat surat dari ayahnya (yang belum pernah ia lihat kecuali dari foto) yang menyuruhnya pergi merantau ke kota, ia akhirnya pergi ke Kota York Shin. Dengan berbekal hanya uang secukupnya dan doa restu dari nenek buyut dan bibinya.
Gon senang karena ternyata ayahnya (yang entah dimana dan kerjaan aslinya tuh apa) telah menyiapkan suatu apartemen kecil lengkap dengan furniturnya dan telah membiayai sekolahnya yang baru.
Namun tentunya untuk biaya hidup dan lainnya, Gon yang harus menanggung sendiri.

Gon sudah berhasil bertahan hidup selama kurang lebih setengah tahun di kota York Shin ini dengan kerja sambilan disana-sini dan bantuan teman-temannya yang baik hati.
Namun pekerjaan terakhirnya menyita terlalu banyak waktu dan ia jadi tidak bisa fokus belajar, apalagi ini mulai mendekati musim ujian.
Setelah dua minggu menjalani hidup tanpa pekerjaan, Gon mulai merasakan pahitnya kemiskinan.
Dan sekarang ini, ia tengah krisis makanan.
Gon dapat memasak. Mungkin skill-nya sudah seperti seorang chef restoran ternama. Tapi sayangnya, uang yang ia miliki tidak mencukupi untuk membeli bahan masakan. Maka ia harus rela bertahan dengan ramen instan secukupnya.

Disaat perutnya tengah keroncongan itu, ia melihat salah seorang teman sekelasnya yang duduk sendirian di bangkunya di deretan depan.
Gon melihat sekeliling, teman sekelasnya yang lain sudah pergi ke kantin, meninggalkan Gon dan teman sekelas albino-nya ini berdua.
Killua Zoldyck. Putri dari pemilik Zoldyck Company dan salah satu keluarga terkaya di dunia. Gon terkadang bingung kenapa anak keluarga tajir begini bersekolah di Hunter School, sekolah biasa yang fasilitasnya kadang kurang lengkap.
Walaupun mereka teman sekelas selama hampir setengah tahun, Gon hampir tidak pernah berbicara dengannya.
Killua Zoldyck memang gadis ideal bagi para cowok yang mau cari gebetan; tubuhnya tinggi dan parasnya cantik dengan rambut perak sebahu yang terkadang diikat kebelakang, selain itu ia sangat pintar dan terlebih ia bermarga Zoldyck.
Walaupun begitu, sayangnya Killua ini termasuk cewek dingin yang pandangan dan kata-katanya selalu menusuk bagai pisau sampai ke titik terdalam hati anda.
Meskipun banyak cowok-cowok yang nembak dia (baik karena hartanya maupun wajahnya), pasti selalu ia tolak dengan ketus dan cueknya.

Murid-murid perempuan lainnya juga tidak suka dengan kehadiran Killua karena berbagai macam hal, tapi intinya, karena Killua terlalu sempurna dan mereka tidak suka jika ada yang lebih baik dari mereka.
Belum lagi karena kata-kata yang dirangkai Killua selalu pedas dan tidak mengenakkan hati.

"Cuma luarnya aja yang manis, dalamnya pahit."

Intinya, Gon belum pernah melihat Killua mengobrol akrab dengan orang lain.
Inti dari segala intinya, Gon tahu Killua tidak disukai dan tidak punya teman.

Gon bukan orang yang suka men-judge orang lain sebelum ia kenal betul orang itu, makanya ia tidak mengakui kalau Killua itu bertabiat buruk.
Yah, kata-kata yang ia lontarkan memang kasar, tapi siapa tahu ia punya maksud dibalik semua itu, kan?

Gon tetap positive thinking.

"Apa lihat-lihat!?"

Gon terlonjak kaget ketika gadis yang duduk di bangku paling depan barisannya itu membentaknya.
Gon memberikan senyum bersalahnya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. Ia tidak menyangka kalau ia sudah ketahuan memperhatikan Killua dari tadi.
"Maaf ya! Bukan apa-apa kok."
Killua masih kelihatan marah, Gon jadi berkeringat dingin.
Aku merasa kalau aku bakal disetrum sampai mati. ;;w;;
Gon langsung menepis pikiran jelek itu.

Hening yang melanda terasa terlalu dingin dan mencekam dengan tatapan Killua yang tajam. Walau harus Gon akui, sepasang mata biru yang nampak menusuk sampai ke sudut-sudut hatinya itu memang sangat indah.

Tidak lama, Killua bangkit dari tempat duduknya sambil membawa kotak bekalnya yang nampaknya belum disentuh itu.
Gon memperhatikannya ketika ia akan keluar kelas. Apa dia mau makan bekalnya diluar?

"Kau mau kemana?"

Hening.

Killua berhenti dan menoleh kearah Gon.

Oke.

Keringat dingin Gon makin bercucuran.

Kenapa aku malah nanya begitu? Ah bodoh. Dia pasti kira aku semacam stalker deh. Apalagi kita belum pernah bicara sebelumnya.

Tak dikira-kira, Killua hanya diam sebentar sambil memandangi kotak bekalnya.
"Aku mau membuangnya."

Gon hampir pingsan.

Membuangnya? Membuang kotak bekal yang kalau melihat latar belakang keluarganya itu pasti isinya enak-enak dan mahal-mahal semua itu?

"M-membuangnya?"
"Iya."
"...Semuanya?"
"Iya."
"K-kenapa? Bukannya belum kau makan?"

Killua terdiam lagi sebelum akhirnya ia melangkah ke bangku Gon dan menaruh kotak bekal itu begitu saja di mejanya.
"Eh?" Gon menatapnya kaget.
"Untukmu saja. Kalau tidak mau, buang."
Setelah mengatakan itu, Killua langsung pergi keluar kelas.
Gon hanya bisa melongo, mengalihkan pandang dari kotak bekal mewah ke pintu kelas.
Akhirnya Gon memberanikan diri membuka kotak bekal yang berukiran naga itu, dan isinya...

"Steak lengkap dengan kentang goreng dan irisan ayam beserta salad..."

Gon terus menerus memandangi makanan yang tak lazim dibawa anak sekolah itu.
Tanpa sadar, tangannya meraih garpu dan mulai mengambil seiris ayam dan memasukannya kedalam mulutnya.

Lembut.
Lezat.
Gratis.

Tanpa pikir panjang lagi karena telah dibutakan oleh rasa lapar khas orang miskin, Gon langsung menghabiskan bekal dari surga itu sampai ke titik terakhirnya. Tidak ada secuil pun yang tersisa.

"...enak banget..."

Gon bisa-bisa menangis terharu di tempat itu juga, jika bukan karena bel yang berbunyi menandakan kelas dimulai sebentar lagi.

Gon berniat untuk mengembalikan kotak bekal (yang nampaknya berlapis emas dan perak) itu ke Killua dan berterimakasih sepenuhnya padanya.

Namun Killua tidak masuk lagi kedalam kelas.


Ketika yang lainnya sudah pulang, Gon masih dengan setia duduk didekat bangku Killua, menunggu kehadiran si gadis berambut perak itu untuk berterimakasih dan mengembalikan kotak bekal yang terlalu bagus untuk jadi kotak bekal.

Gon tahu Killua akan kembali karena tasnya masih ada di bangkunya.

Benar saja, Killua datang dari balik pintu dengan wajah dingin seperti biasa.
Mata birunya membesar ketika ia menyadari Gon ada disana.
Walaupun sekarang ia mengetahui keberadaan Gon disana, ia tetap berpandangan lurus dan langsung mengambil tas di bangkunya.
Ketika ia berbalik untuk pergi, Gon langsung meraih pundaknya, memaksanya untuk berhenti.

"...Apa." nada Killua masih tetap dingin seperti biasa.
Gon tersenyum kecil. "Terima kasih untuk bekalnya," ucap Gon lalu menyerahkan kotak bekal mahal itu. "Aku tidak mungkin menerima ini juga."
Killua hanya diam ketika kotak itu sudah kembali ke tangannya.
"Kau tahu," kata Gon lagi, membuat Killua mengalihkan pandangannya ke mata coklat keemasan milik Gon yang memandangnya dengan lembut. "Ini pasti tak ada artinya bagimu, tapi aku ingin berterimakasih dengan benar padamu."
Killua mengernyitkan dahi kebingungan. Gon tertawa kecil.
"Hari minggu nanti... are you free?"


Ketika Gon menghempaskan tubuhnya ke matras keras yang biasa ia pakai untuk tidur itu, ia mulai panik.

Aku (secara tak langsung) mengajak Killua Zoldyck kencan di hari Minggu!

Gon menghela napas panjang dengan lelah.
"Kenapa aku malah mengajaknya keluar padahal aku tahu aku ini krisis duit."
Gon masih tidak habis pikir kenapa ia malah mengajak Killua jalan-jalan di hari Minggu nanti demi untuk berterimakasih padanya.
Kata-kata ajakan "ayo kita keluar Minggu nanti" begitu saja terlontar dari mulutnya tanpa bisa ia hentikan.
Dan kagetnya, Killua mengiyakan saja.
Ini sangat aneh bin ajaib, bagaimana seorang Killua Zoldyck menyetujui ajakannya untuk pergi jalan-jalan di hari Minggu dengan teman sekelas cowoknya yang belum pernah ia sapa sampai ke hari ini.
"Ya sudahlah. Sekarang kan masih hari Senin. Siapa tahu aku bisa dapat pekerjaan sebelum hari Minggu dan dapat uang yang setidaknya cukup untuk mentraktirnya makan."


Keesokkan paginya, Gon berjalan seperti biasa ke sekolah.
Di tengah jalan, seperti biasa, Gon disapa oleh kedua kakak kelasnya (yang selalu membantu disaat ia sedang melarat) Kurapika dan Leorio.

"Yo!" Sapa Leorio. Jangan salah ya, walau dia ini bertubuh besar dan kekar, ia masih remaja 18 tahun biasa kok.
"pagi." Kurapika, 17 tahun, tersenyum kearah Gon. "Kamu lesu? Tidak sarapan lagi?"
Gon tersenyun tipis. "Hehe. Biasalah," katanya. "Minggu ini Ramen Week lagi."
"Kau bisa ke tempatku," Leorio menepuk pundak Gon. "Kami punya banyak persediaan makanan. Jangan sungkan!"
"Makasih, Leorio." Gon tertawa. "Tapi aku sudah terlalu banyak mendapat pertolongan dari kalian. Kali ini aku akan mengatasinya sendiri."
"Baiklah. Tapi jika sudah terlalu berat, segera hubungi kami." Kurapika dengan tegas mengatakan.
"Oh, ya," tiba-tiba Kurapika teringat sesuatu. "Kau sudah dapat pekerjaan baru?"
Ketika Gon menggeleng, Kurapika melanjutkan. "Aku tahu suatu lowongan pekerjaan mudah yang bayarannya besar."
Mata Gon langsung berbinar, seperti seekor puppy yang baru diberi makan. "Apa itu Kurapika?"
Remaja berambut pirang tertawa kecil.
"Pekerjaan ini yaitu menjadi..."


Sepulang sekolah, Gon langsung menuju tempat ini, seperti yang diintruksikan Kurapika, untuk melamar pekerjaan barunya.

Sekarang ini, Gon tengah berdiri di depan gerbang (yang terlalu besar) suatu rumah (yang juga terlalu besar) yang bagaimana adalah rumah dari calon majikannya yang baru.
Di tangannya, Gon memegang sepucuk kertas bertulis Formulir Lamaran.

Agak bingung bagaimana untuk masuk kedalam, Gon akhirnya bertanya ke penjaga disana.
"Permisi?"
Seorang pria berumur yang besar tersenyum padanya. "Apa kau pekerja baru itu?"
Gon mengangguk. "Ya benar!"
"Oke. Karena kau sudah sampai sini, kau diterima."
"Eh? Tidak ada tes dulu?"
"Tidak, tidak. Yang lain sudah kabur duluan waktu melihat gerbang rumah ini. Kau yang pertama yang tidak ketakutan ketika berdiri disini."
Gon hanya bisa melongo sembari melihat Zebro (pak tua gemuk ini) membukakan pintu gerbang untuknya.

Aku dapet pekerjaan semudah ini!

"Nah. Selamat datang, butler Gon Freecs. Selamat bekerja."

Bersambung


A/N: Terima kasih sudah baca sampai sini! :) Saya akan melanjutkan fic ini jika ada yang merespon fic ini! (Baik di Favorite, Follow, atau di Review.) well, walaupun tidak di respon juga saya tetap berencana untuk melanjutkannya :)

Saya dari dulu suka sekali GonxFem!Killua ;) ini termasuk Ultimate OTP saya :)

Sampai bertemu!

-RedChan-