Tittle : Love is Never Ending
Pairing : -Markson (Jark)
-BNior/JJ project
-BinHwan
-HoonSik
Genre : Drama, Friendship
Rate : T
Warning : Boy x Boy. Yang ga suka castnya di mohon jangan baca. Terlanjur baca tolong jangan komentar yang ga enak. Lagian ini saya bikin buat fun aja, jadi Saya terima masukkan yang baik-baik
Berhubung saya lagi seneng sama banyak couple di luar kapel yang love is never ending kemarin, jadi saya buat ini. Lagi couple2 kemarin kayaknya udah pasaran di FF, hehehe peace '-')v
Mohon maaf ff Love Is Never Ending sebelumnya ga saya lanjut, saya ganti yang ini. Hehehehe
Chapter 1 : Introduction
BinHwan
.
.
Jinhwan mengkerutkan alisnya memperhatikan layar laptop. Matanya yang sipit semakin kecil saat membaca dengan serius soal-soal di hadapannya. Ia bahkan tak peduli saat pintu kamarnya terbuka dan menampilkan wajah tampan kekasihnya. "Kau terlalu banyak belajar, hyung." Ucap Hanbin, diiringi kecupan di bibir Jinhwan.
"Sebentar lagi aku harus masuk universitas, Binnie. Mana bisa aku santai-santai saja?" jawab Jinhwan dengan mata tetap terpaku pada laptopnya.
"Ya ya ya, jangan lupa makan." Hanbin mengusap rambut kekasihnya dengan sayang. Ia memperhatikan Jinhwan dengan pandangan tak bisa di jelaskan, "hyung?"
Jinhwan berdeham.
"Junhoe kembali." Jinhwan menghentikan aktifitasnya. Menatap tak percaya pada sang kekasih, kemudian menggenggam tangan Hanbin bermaksud menenangkan.
"Aku akan tetap di sisi mu."
"Kau mengatakan itu padanya dulu, hyung."
"Hanbin…" Jinhwan mengusap pipi namjanya dengan lembut, "…pada akhirnya aku memilihmu."
"Dan sampai sekarang aku tidak tahu kenapa kau memilihku."
"Binnie,"
"Karena Junhoe menduakanmu dan kau terlanjur sakit hati, atau karena kau kasihan padaku. Karena… jika boleh jujur," Hanbin menghela nafas. "aku tidak yakin kau mencintaiku."
Jinhwan tersenyum miris mendengarnya. Memang benar, ia bahkan tak bisa memutuskan kemana hatinya saat ini. "Mianhae," kepalanya tertunduk dalam. "aku mencintaimu," –tapi tetap tak bisa melupakannya-
"Kalau begitu, hyung?" terdengar Hanbin membuang nafasnya kasar, seakan mengusir kegundahan hatinya untuk menanyakan ini. "siapa yang lebih kau cintai?"
Markson
.
.
"Kau benar tak ingin berkunjung?" tanya Jackson memastikan ketika mereka tengah berada di depan rumahnya. Pasalnya, kekasihnya ini tak biasa menolak tawaran untuk berkunjung ke rumah yang ia tempati bersama teman-temannya. Jackson sempat curiga saat Mark menggunakan alasan tak jelas untuk menolaknya.
Mereka sudah lama tak bertemu. Jackson lebih memilih menghabiskan waktu liburannya di Hongkong bersama keluarga, sedang Mark menghabiskannya di Korea, entah karena apa. padahal jika di pikir-pikir lagi, sahabat Mark tidak begitu banyak. Hanya sekumpulan anak Amerika yang bermukim di Korea sama sepertinya. Mereka juga termasuk sahabat Jackson.
"Aku tak ingin." Lagi. Alasan ini yang tidak bisa Jackson mengerti,
"Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"
Mark memperhatikan sekelilingnya. Sepi. Dan pertanyaan Jackson dibalas ciuman oleh Mark. Tentu saja Jackson tak menolaknya, terlebih ia sangat merindukan bibir merah Mark. Tangan kiri Jackson beralih menekan kepala Mark membuat ciumannya semakin dalam.
"Nggh," lenguhnya saat bibir Jackson merambat menghisap kulit di bawah telinganya. "J-Jack, hhh…"
Jackson menarik tubuhnya, ia melupakan posisi mereka yang berada di tempat terbuka sekarang. Ah, ini karena ia kalah start dengan Mark yang lebih dulu turun dari mobil. Seharusnya 'kan ia memuaskan nafsunya dulu di dalam mobil.
"Mark ayolah, aku ingin sekarang."
"Ti. Dak. Kau harus istirahat hari ini, karena besok kita harus sekolah, oke?"
Jackson membuang nafasnya kasar. "Baiklah, baiklah. Hati-hati di jalan chagiya~" ujarnya diiringi kecupan di kening Mark.
Jackson memperhatikan Mark yang memasuki mobil hingga kendaraan beroda empat dan kekasihnya itu menghilang di tikungan jalan. Ia mulai memasuki pekarangan rumah yang tidak berubah sama sekali. Tentu saja. Ia hanya satu bulan meninggalkan rumah ini.
Rumah dua lantai yang cukup besar untuk orang pendatang sepertinya. Ia harus banyak bersyukur, karena selain itu ia juga menumpang gratis disini. Sekali lagi, gratis. Rumah milik keluarga Ilhoon ini terdari dari 4 kamar, dapur, halaman depan yang berisi banyak bunga karya Jinyoung dan Jinhwan, dan halaman belakang yang di design seperti bar kecil di ruangan terbuka.
"AKU PULANG!" teriaknya semangat ketika tiba di ruang tengah. Sayang, tiga sahabatnya disana bahkan tak berniat membalas sapaannya sama sekali. "Ya! aku pulang! Kalian tidak merindukanku?"
"Ah, hidupku bahkan lebih tentram tanpamu." Sahut Hyunsik. Yang dibalas tawa renyah Ilhoon dan Hanbin.
"Ayolah hyung, aku tau kalian menjalani masa sulit tanpaku."
"Sikapmu tidak berubah." Ilhoon menyahut, "kau dengan siapa?"
"Mark. Tapi ia tidak mau kesini."
Seketika ruangan menjadi hening. Sayangnya Jackson tak mengerti situasi. Otaknya cukup lamban untuk mencerna keadaan, justru melihat-lihat kepenjuru ruangan. Entah apa yang dicarinya.
"Jackson, kau sudah pulang?" Jinhwan keluar dari kamar dan memecah suasana. Jackson mengangguk antusias. Memang hanya Jinhwan yang menyayanginya, "Istirahat sana!"
"Oke, umma!"
Jackson memasuki kamar yang ia tempati bersama Jaebum. Bicara Jaebum, Jackson tersadar sahabatnya itu tidak ada tadi. Ia 'kan rindu saling bully dengan roommate-nya yang terkesan cool dan sangar itu. Tapi sudahlah, mungkin Jaebum sedang bersama Jinyoung kesayangannya.
.
.
"Bagaimana bisa kita semua telat!" Jaebum mengambil sepatunya, memakainya sambil berlari kecil menuju tasnya.
"Mana aku tahu! Kenapa kalian tidak bangun lebih awal?! Jaebum, itu sepatuku, bodoh!" Hanbin tak kalah ribut.
"Yang harusnya bisa bangun lebih awal itu kau dan Ilhoon, bodoh!" Jaebum melempar sepatunya.
"Memang kemana sih, mereka?" Jackson sudah pada sentuhan akhir mengambil topinya. Lalu berlari keluar sambil sesekali merapikan seragam yang masih berantakan.
"Jinhwan hyung dan hyunsik hyung sudah pergi lebih dulu, ada rapat." Jawab Ilhoon. Ia berlari menyusul Jackson sambil menyemprotkan parfum.
"Jaebum, Hanbin, cepatlah!"
"NDE!"
.
.
Bel baru saja berbunyi, tapi sekolah sudah benar-benar sepi. Empat orang yang kita tahu bernama Ilhoon, Jaebum, Hanbin dan Jackson berlarian di koridor sekolah menuju kelas masing-masing. Entah kemana hilangnya imej cool mereka yang biasa di perlihatkan di sekolah, saat ini keempatnya justu terlihat aneh. Toh, tidak ada yang melihat, pikir mereka.
Jackson sampai di depan kelasnya. Merapikan kembali seragam dan topinya, kemudian masuk dengan santai. Ia mendudukan dirinya di samping Jinyoung, kekasih Jaebum yang entah kenapa terlihat muram.
"Kau telat?"
"Aku pikir tidak. Guru belum masuk, kau kenapa? Tidak bersemangat."
Junior tersenyum, namun sayang ia belum sempat membalas Jackson karena guru lebih dulu datang.
BRUK
Suara tubrukan namja kecil dengan dinding itu tak juga menyudahi aksi Ilhoon yang emosi. Ia menarik namja lawannya ke bilik kamar mandi, mengenggelamkan kepalanya ke dalam closet sambil menyemprotkannya dengan shower kecil.
"Jangan pernah mencari gara-gara denganku!" ancaman Ilhoon di balas desis kesakitan oleh namja di bawahnya.
"Sudahlah, Hunnie, diluar pasti sudah ramai. Aku berani bertaruh Hyunsik hyung akan datang sebentar lagi."
Hanbin merangkul tubuh sahabatnya untuk keluar dari kamar mandi. Benar saja, di luar toilet puluhan siswa menunggunya. Tapi siapa peduli? yang Ilhoon pedulikan adalah Hyunsik yang baru tiba dengan wajah yang memerah marah menyambutnya. Menariknya kasar entah kemana. Sedangkan Hanbin mengangkat bahunya acuh.
BNior
"Hhhh jii," desahan yeoja menggema di ruang dance. Keadaan yang sepi-mengingat kegiatan ekskul belum aktif dilakukan- di manfaatkan dua sejoli itu untuk bercumbu, bibir sang namja kini menghisap kuat perpotongan leher yeoja di hadapannnya.
Setelah puas, ia kembali melumat bibir, menghisapnya rakus seakan orang 'haus' dengan tangan nakal menggerayangi dada yeoja itu.
"Jaebum!" teriakan seorang namja menghentikan aktifitas mereka, Jaebum berbisik dan mengelus rambut yeoja itu sambil tersenyum, "kha, pergilah cantik." ujarnya. Sang yeoja mengangguk kemudian beranjak dari ruangan itu.
"Ada apa, chagiya?" tanya Jaebum dengan intonasi sangat halus. Yang ditanya masih diam dengan mata berkaca kaca. Ingin rasanya ia berteriak pada Jaebum, 'apa jaebum tidak punya hati?' atau 'berhentilah melakukan ini.' tapi rasanya tidak mungkin, ialah yang membuat Jaebum seperti ini, membuat Jaebum menjadi namja brengsek untuknya.
"M, mengajak, mu pulang bersama nanti." jawab sang namja gugup. Jaebum melangkah mendekat, masih dengan senyum manis di bibirnya.
"Mianhae Junior, aku ada janji." ia mengecup puncak kepala Junior kemudian berjalan pergi.
"Dengan gadis tadi? Atau gadis lain?" Junior bergetar. Bukan hanya suaranya tapi seluruh tubuhnya. Air matanya sudah mengalir, isakkan pilunya terdengar putus asa -entahlah- Kakinya terasa lemas, tak lagi bisa menopang tubuhnya hingga jatuh dengan posisi bertekuk lutut.
"Bangunlah."
"Sampai kapan kau seperti ini?"
"Junior, bangun!"
"Aku menyesal. Mianhae, jeongmal mianhaeyo,"
Jaebum ikut menitikkan airmatanya, namun baginya ini belum cukup. Belum. Junior harus harus lebih sakit dari ini, setidaknya hukuman harus setimpal. Jaebum berbalik meninggalkan Junior yang masih terisak juga berteriak memanggil namanya. "Mianhae, junior." gumamnya yang hanya di dengar diri sendiri.
Tanpa mereka sadari Jackson melihat kejadian itu. Namun ia kembali melanjutkan langkah menuju kelas kekasihnya, mungkin ia bisa menanyakan ini nanti, Jinyoung pasti butuh waktu sendiri. Ia 'kan selalu seperti itu. Lagipula mereka terbiasa bertengkar.
MarkSon/ JaRk
.
.
"Aku tidak tau bagaimana reaksi Jackson nanti padamu, Mark." Ucap JinHwan
"Aku tidak akan sanggup melihatnya."
"Kenapa kau melakukannya?"
"Aku pikir, kami terbawa suasana." Mark menunduk "Hwannie?"
"Hm?"
"Aku selalu bersalah melihat mereka bertiga."
"Itu wajar. Apapun alasannya, perselingkuhanmu dengan Junior tak bisa di benarkan."
Jinhwan mengusap punggung Mark mencoba menenangkan sahabatnya itu. Tidak ada kalimat yang keluar, mereka hanya terdiam dengan pikirannya masing-masing. Cukup lama hingga sebuah suara mengintrupsi keterdiaman mereka.
"Kau, hhh, mengkhianatiku, Mark."
T
B
C
TuberCulosis /gedeng/ To Be Continue maksudnya
