Setelah memutuskan Pemimpin Lago yang berikutnya, Akashi dan Tetsuna segera berangkat untuk melakukan perjalanannya menuju ke negara tetangga, Catalan. Dari selatan mereka menuju ke barat laut, tepatnya daerah yang ditinggali Keluarga Bangsawan Yosen, Frank. Mereka juga harus menyeberangi lautan untuk sampai ke Ventoso.
Akashi telah berjanji memenuhi undangan Catalan untuk Kunjungan Kenegaraan. Memantau beberapa kemungkinan untuk bekerja sama lebih dalam di bidang industri. Mengingat Catalan adalah negeri dengan hasil cadangan minyak terbesar.
Kebetulan sekali, Tetsuna adalah salah satu murid lulusan terbaik di Universitas Khusus Perempuan, Catalan. Ia pandai dengan Bahasa khasnya juga menguasai Bahasa Internasional sangat baik, tapi tentu saja Akashi lebih pandai darinya.
Ngomong-ngomong soal heroine kita, dia masih termenung memikirkan kata-kata Pangeran Kelima.
Bukan tidak mungkin Kise bakal jadi Raja, tapi dia tidak percaya kalau dirinya akan berkata seperti itu. Terlebih lagi Tetsuna bukan siapa-siapa selain pelayannya.
Hatinya yang sebelumnya dipenuhi oleh Pangeran Pertama justru terganti oleh Pangeran Kelima. Memang mengurus laki-laki bukanlah hal yang mudah. Ah iya dia juga sudah diumur di mana berhak menikah dengan siapa pun, tapi kalau dengan Pangeran rasanya agak aneh.
.
.
.
Tetsuna dan juga Akashi menaiki kereta yang dijaga ketat oleh banyak prajurit dan pengawal Istana. Mereka memenuhi gerbong yang hanya diisi dua orang saja di dalam bilik-bilik ruangan kecil. Kali ini Tetsuna justru tidak bisa fokus karena mengingat apa yang terjadi semalam dengan Akashi.
Bisa-bisanya dia terbuai dalam pelukan Pangeran Pertama. Tapi pelukannya itu memang terasa sangat familiar, mungkin tidak masalah bertanya dengan Akashi daripada harus terus terdiam berdua.
"Akashi-sama..." panggil Tetsuna mengumpulkan semua tekad beraninya.
"Hm?" respons Akashi datar.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Tetsuna kembali, kali ini wajah Akashi mendongak dan menatap kedua mata turquoisenya dengan intens. Seringainya yang begitu manis terlihat jelas di wajahnya.
"Menurutmu?" Entah tapi Tetsuna justru cemberut kesal, dia bertanya serius tapi Pangeran Pertama justru terkesan menggodanya. Bahkan sekarang menurutnya Akashi sama menyebalkan dengan adik-adiknya.
"Karena sekarang kita sedang berdua tidak ada salahnya aku kembali ke masa lalu. Mungkin kau lupa, tapi kita pernah bertemu dan bermain bersama." Kata Akashi dengan senyum lembutnya, ia mengingat masa lalunya sedikit.
Terbesit jelas bayangan sosok gadis mungil dengan rambut pendek sebahu yang di atas kepalanya terdapat bando kecil berwarna merah muda, kedua mata turquoise bulatnya membuat gemas. Ia berjalan mendekati bocah laki-laki yang tampak seperti Akashi.
"Seijulou..." panggil gadis manis itu mendekap bocah laki-laki yang dipanggilnya Seijuurou dengan ucapannya yang belum tertata.
"Tetcuna matte!" seru bocah lelaki lain dengan mata hetero merah kuning senada seperti Pangeran Pertama menatap keduanya kesal.
"Kalau sudah besar? Kau akan menikah dengan siapa?" tanya Akashi pada Tetsuna yang kebingungan, tapi wajahnya langsung jadi memerah mengingat soal lamaran Kise.
"Eh? Apa yang Akashi-sama katakan?" Tetsuna balik bertanya masih mencoba tenang.
"Tidak apa-apa, aku hanya penasaran... Apa kau masih ingin menikah dengannya atau tidak." Balas Akashi yang tersenyum miris mengalihkan wajah pada pemandangan pedesaan yang terhampar luas.
Tetsuna tidak mengerti dengan ucapan Akashi, tapi dia senang melihat mood Pangeran Pertama yang sepertinya agak baik. Karena tidak ada topik pembicaraan, akhirnya Tetsuna mengambil bukunya yang lain.
Ia segera membacanya dengan khidmat melupakan semua masalah yang sebelumnya sangat mengganggu. Setidaknya ia masih harus fokus dengan pekerjaannya, jangan sampai terkecoh.
Mengingat apa yang dikatakan Nijimura dan Kepala Pengawal Lago sebelum keberangkatan mereka...
"Tolong jaga Akashi-sama. Kejadian semalam itu bukan hanya bualan. Ini adalah kunjungan pertama kenegaraan Pangeran, dia harus tiba di Catalan dengan selamat." Kata Nijimura meminta tolong pada Tetsuna.
"Benar apa yang dikatakan Nijimura-sama. Meski prajurit kami handal dengan kemampuan bertempurnya, tapi karena yang kalian tumpangi adalah Kendaraan Umum, kami hanya berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi." Ungkap Kepala Pengawal Lago.
Tentu saja semua penumpang sudah diperiksa terlebih dulu, dan mereka dilarang keras pergi menuju ke gerbong Kerajaan yang berada di paling depan.
Paling tidak, keadaan saat ini aman dan terkendali. Jika tidak ada halangan, mereka akan sampai dalam waktu 3 hari. Mereka juga harus menyeberang dengan kapal dan berhenti di Kerajaan paling besar dan makmur sedunia, Kerajaan di mana yang menjadikan Versailus nomor 2, Kerajaan Britain. Keluarga Reinvearth yang mulai banyak dibicarakan oleh orang-orang juga berasal dari sana. Mereka dikabarkan adalah Pendiri Kerajaan Britain, yang berarti Keluarga Kerajaan.
"Tetsuna, Catalan itu seperti apa?" tanya Akashi yang sedari tadi hanya terdiam.
"Catalan adalah negeri konstituen dari negara resmi Britain. Negeri berupa pulau yang dikelilingi oleh lautan itu digolongkan menjadi tiga bagian, dataran tinggi dan kepulauan. Dataran rendah sentral. Dan, dataran tinggi selatan." Balas Tetsuna mulai menceritakan keadaan geografis Catalan. Mulai dari kota terbesar, hingga pedesaan, dan juga daerah perairannya.
Tetsuna sangat paham betul soal wilayah yang ada di Catalan, bagaimana tidak. Dia menghabiskan waktu 5 tahun untuk menimba ilmu sekaligus bekerja dengan orang-orang yang ada di sana.
Bahkan dia memiliki keluarga asuh yang sangat baik dan menyayanginya. Mengingat akan pergi ke sana sudah pasti membuatnya jadi sangat menantikan pertemuan kembali dengan orang-orang yang dikenal baik olehnya. Tapi sepertinya tidak mungkin, berhubung ia pergi bersama dengan Pangeran.
Anehnya Tetsuna ingat kenangannya bersama keluarga asuh miliknya, tapi dia tidak ingat dengan kenangan bersama ayah ibu kandungnya yang dihabiskan di Ventoso. Bahkan dia tidak kembali ke Ventoso selama berada di Catalan. Hubungannya dengan keluarganya hanya terjalin lewat surat. Tiba-tiba kepalanya jadi agak sakit, dia merasa ada yang hilang dari dalam ingatannya. Telinganya berdengung seakan ia telah melupakan hal yang sangat penting dalam hidupnya.
"Tetsuna?" panggil Akashi yang mendapati wajah pelayannya memucat.
"Ah maaf, Pangeran... Saya hanya merasa melupakan sesuatu." Balas Tetsuna sedikit berkeringat.
Respons yang diberikan Akashi juga sepertinya berbeda dari biasanya, ia mendongak dan merasa khawatir. Tapi langsung terdiam dan meminta pelayannya melanjutkan ceritanya. Tetsuna kembali fokus, dia tidak memikirkan hal itu lagi sehingga segera membaik, dan mulai bercerita.
Gadis manis yang biasanya hanya diam dengan ekspresi datar dan tidak tertarik untuk bicara banyak, tiba-tiba jadi agak cerewet. Ia banyak tersenyum ketika bercerita soal daerah yang pernah ditinggalinya.
"Musik yang biasa dimainkan oleh musisi jalanan membuatmu ingin menari setiap mendengarnya. Lalu buku-buku penuh dengan cerita petualangan banyak memenuhi rak perpustakaan. Folk dance yang membuatmu tertawa dan tersenyum. Es krim khas dengan rasa susu yang begitu khas." Ucapnya terus dengan wajah berbinar, di depannya Akashi juga ikut tersenyum mendengarkan. Ia menikmati setiap cerita yang disampaikan oleh pelayannya. Suaranya yang seperti lantunan lagu tidur membuat matanya berat. Perlahan Akashi memejamkan matanya untuk tidur.
.
.
.
Melihat Akashi yang telah tertidur lelap membuat Tetsuna lega, ia bersyukur karena Pangeran Pertama bisa mendapat istirahat lebih sebelum sampai ke Frank. Karena bosan hanya duduk dan bercerita selama 2 jam, akhirnya Tetsuna memutuskan untuk keluar dan melihat keadaan sembari membuatkan teh jika Akashi bangun nanti.
Di luar ruangannya ia meminta para pengawal terus mengawasi Pangeran, sementara dirinya pergi ke gerbong Dapur Istana yang ada di depan.
Saat masuk suasana yang didapati Tetsuna agak mencekam, entah ini hanya perasaannya atau memang semua koki yang ada di gerbong itu memperhatikannya. Bahkan untuk orang yang bekerja di dalam dapur mereka terlihat menyeramkan.
"Apa ada yang bisa kubantu?" tanya seorang lelaki pegawai dapur kereta.
"Aku ingin membuatkan Pangeran teh." Balas Tetsuna datar menepis semua gelisah.
"Kalau begitu, biar aku yang buatkan." Kata pegawai dapur tersebut, namun secara cuma-cuma Tetsuna menolaknya. Ia tidak bisa mempercayai siapa pun selain dirinya sendiri.
Mengingat hanya dia satu-satunya orang yang dibawa oleh Pangeran, dan mendapatkan titah dari Raja untuk melindungi Pangeran Pertama.
Tetsuna berjalan ke arah kompor yang ada di dalam gerbong untuk membuatkan teh Pangeran. Tapi benar, intuisi wanitanya lebih tajam daripada para lelaki yang terus memandangnya intens penuh intimidasi.
"Sudah kuduga mereka bukan pegawai dapur." Batin Tetsuna yang masih mencoba tenang.
"Hmmph... Hmmph..." Tetsuna menoleh mendengar sedikit suara dari arah lemari yang terkunci. Dia tidak mau bicara apa pun, tapi karena tolehannya itu dia sudah ditodong pisau dapur.
"Diam. Jangan bergerak, kami tidak akan menyakitimu jika kau tidak melawan." Kata laki-laki yang menyamar sebagai pegawai dapur tadi. Tetsuna memang seorang gadis. Perawan suci yang belum tersentuh siapa pun kecuali para cecunguk, maksudku Pangeran.
Dia manis memang, lembut sudah pasti, tapi kalau mengiranya seorang gadis lemah maka semuanya salah.
Tidak ada seorang wanita yang bisa dijuluki lemah, karena semua manusia pada dasarnya lemah. Tapi kekuatan yang ada di dalam diri mereka tentu saja bukanlah hal remeh yang bisa sembarangan orang nilai, terutama wanita.
Tetsuna memang terkejut dengan apa yang dilakukan Akashi karena menembak kaki Hanamiya, tapi ditodong senjata api atau pisau sama sekali tidak membuatnya takut.
Justru lebih menakutkan saat para Pangeran mencoba mendekat dan menggodanya. Membayangkan hal itu membuat Tetsuna agak ngeri, ia mengambil nafas dalam dan mengumpulkan semua tenaganya. Ia menyentuh tangan lelaki yang ada di samping kanannya dan menggenggamnya dengan erat.
"Sakit!" keluh lelaki yang langsung menjatuhkan pisaunya, tapi Tetsuna sigap mengambil dan malah balik menodongnya di depan mata lelaki kutu kupret itu.
"Tolong jangan menyentuh gadis seenak jidat kalian." Katanya dengan tatapan lebih datar dan dingin dari biasanya.
Semua laki-laki yang ada di sana juga mulai menyerang gadis manis yang kini jadi tidak manis karena mainannya berubah menjadi pisau.
Tidak sampai membunuh sih, tapi sudah cukup untuk mengikat lima orang pria yang tubuhnya lebih besar dan kekar darinya. Tetsuna membuka lemari yang di dalamnya terdapat kepala staf dapur, dan rekannya yang terikat. Ia melepaskan ikatannya dan menyuruh mereka untuk mengawasi lima perompak yang terikat. Tidak lupa meminta maaf karena dapurnya jadi berantakan. Dirinya segera berlari bergegas masuk ke dalam gerbongnya lagi, tapi para pengawal dan prajurit terlihat tidak mempermasalahkan apa pun.
Ngomong-ngomong di Universitasnya Tetsuna banyak mendapatkan pelajaran seni bela diri. Bukan hanya itu saja, mereka para wanita diajari menunggang kuda, memanah, dan menggunakan senjata.
Agak nyeleneh, tapi semuanya diajarkan sebagai bentuk antisipasi kepada para wanita atau Putri Kerajaan yang seringkali diremehkan. Lagi pula itu benar-benar berguna untuk dirinya yang bekerja sebagai pelayan Kerajaan.
Saat masuk ke dalam ruangan Pangeran, Tetsuna membulatkan matanya tidak percaya. Akashi duduk tenang dengan seorang lelaki yang sangat dikenal baik olehnya.
Lelaki yang dirindukannya, dan ingin ditemuinya.
"Ogiwara-kun?" panggilnya.
.
.
.
Kini di ruangan itu hanya ada Tetsuna, dan Akashi yang duduk diawasi oleh kedua orang pria yang gagah berpakaian rapi tapi wajahnya tampak sangat serius. Dan juga Ogiwara, lelaki bersurai chestnut yang terus memancarkan senyum manisnya. Biasanya Tetsuna akan ikut tersenyum setiap melihat wajahnya, tapi kali ini dia tidak bisa menunjukkan ekspresi apa pun. Jangan tanya, dia sangat terkejut. Bagaimana tidak? Ogiwara itu lelaki yang sudah dianggap sebagai kakak lelakinya sendiri, yang sangat dekat dengannya. Dia datang di hadapannya dengan cara yang tidak menyenangkan.
"Apa kabar Kuroko?" tanya Ogiwara masih tersenyum.
"Aku baik-baik saja." Balas Tetsuna tetap datar.
"Kalian bisa santai sedikit. Aku tidak bermaksud untuk melukai Pangeran atau pun Kuroko. Bagaimana pun juga kalian berdua adalah aset berharga untuk semua orang." Ungkap Ogiwara masih dengan senyum manisnya. Suasana tegang tiba-tiba berubah ketika melihat bagaimana Ogiwara bersikap. Ia tidak berbeda jauh dengan yang Tetsuna kenal dulu, senyum Tetsuna tiba-tiba muncul begitu saja saat lihat sikap ceroboh lelaki.
"Nah, akhirnya aku bisa melihatmu tertawa." Kata Ogiwara yang membuat Tetsuna tertegun.
"Ogiwara-kun, sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa kau melakukan hal ini? Apa yang kau lakukan itu sebuah kejahatan." Ucap Tetsuna yang khawatir jika sampai Ogiwara mendapatkan masalah, apalagi ada Akashi di sebelahnya yang menatap dengan wajah terganggu.
"Tak perlu khawatir, Kuroko. Aku tidak melakukan kejahatan, para pengawal sendiri mengizinkanku masuk. Aku hanya ingin bicara dengan Pangeran, dan mengenang masa lalu..." Dan dari situ Tetsuna mendapati fakta mengejutkan yang tidak dia tahu sebenarnya. Tentang jadi dirinya yang dia lupakan.
"Di mana Pangeran Seijuurou berada? Seiji-sama?" tanya Ogiwara memulai topik pertamanya dengan wajah serius.
"Eh? Seijuurou? Pangeran? Seiji? Sama? A-Apa maksudmu Ogiwara-kun? Kau tahu soal lelaki bernama Seijuurou?" Tetsuna balik bertanya terkejut tak percaya.
"Kuroko. Mungkin kau sudah lupa. Tapi Raja dan Ratu sejujurnya memiliki dua anak kembar. Anak pertama bernama Seijuurou dan adiknya Seiji." Jelas Ogiwara menunjuk ke arah pemuda yang duduk di samping Tetsuna, Akashi hanya diam mendengarkan. Wajahnya sudah berubah tidak menyenangkan, tapi dihiraukan oleh Ogiwara yang terus bicara.
Mereka sudah dipisahkan sejak lahir. Ogiwara adalah putra dari pelayan Ratu yang sebelumnya, jadi dia mengerti kebenaran di balik kebenaran yang berada di Istana.
Sejak lahir keduanya dipisahkan untuk menghindari konflik yang tengah terjadi di masyarakat ibukota. Sekte keagamaan yang datang dari luar negeri ditolak tegas oleh Raja. Tapi hasilnya rakyat yang sudah terlanjur percaya dengan bualan sekte itu menentang pihak kerajaan. Sekte itu mengaku sebagai sayap Tuhan yang akan menyampaikan doa para manusia dan mengabulkannya.
Saat Ratu tengah hamil, sekte itu menyebarkan kabar dusta jika Kelahiran Kembar adalah hal tabu yang dibenci oleh Tuhan. Jika Ratu sampai melahirkan dua orang pangeran sekaligus, Kerajaan akan mendapat murka dari Tuhan. Gonjang ganjing soal hal tidak benar dan berdasar membuat semua masyarakat menuntut untuk membunuh salah satu bayi yang nantinya dilahirkan oleh Ratu.
Tapi pihak Kerajaan meyakinkan rakyatnya jika bayi itu hanya satu, dan bukan kembar.
Meski jelas berbohong, tapi ini demi melindungi Kerajaaan. Demi melindungi tahta yang ada di dalam Istana. Raja pun memutuskan untuk memberi tugas dan tanggung jawab kepada kedua putranya yang belum lahir. Begitu juga dengan putra yang akan dilahirkan para selir nantinya.
Saat kelahiran, hanya orang kepercayaan Raja saja yang tahu, termasuk kedua orang tua Ogiwara yang membantu proses persalinan. Rakyat menuntut jika kelahiran Putra Mahkota harus segera diberitahukan saat itu juga. Karenanya semua orang berkumpul di halaman Istana menanti Pangeran Pertama Kerajaan Versailus. Ketika Seijuurou lahir, segera Raja mengumumkan hal itu pada semua rakyatnya, dan mengecoh organisasi keagamaan dengan nama Modlitba.
Lalu melanjutkan persalinan putra keduanya yang hanya dibantu oleh ibu Ogiwara. Seiji berhasil lahir dengan selamat, dan dia segera dibawa pergi oleh kedua orang tua Ogiwara ke luar Istana.
Sejak mereka masih kecil Raja dan Ratu tidak bermaksud merahasiakannya pada kedua putranya, mereka membiarkan keduanya tahu soal tanggung jawab untuk melindungi Kerajaan.
Tetsuna mungkin lupa, tapi dia pernah bertemu dengan Seijuurou dan Seiji di Ventoso. Di mana keluarganyaya berada, termasuk sang nenek yang sejatinya adalah Ratu dari Kerajaan Britain yang terkemuka itu.
Keturunan dari Reinvearth Family...
"Eh?" respons Tetsuna tak tahu harus bicara apa. Dia bingung, dia pusing, dan tidak tahu harus berbuat bagaimana supaya otaknya sinkron menerima semua penjelasan yang diberikan oleh Ogiwara. Karena meski tidak terdengar asing semua ucapan Ogiwara, tapi otaknya tidak bisa ingat apa pun. Itu menyakitinya, wajahnya sampai memucat dan berkeringat.
Haiiii saya kembali again, terima kasih yang masih setia menunggu di sini bakal mulai ke konflik yang hmm entahlah /heh
Dua chapter awal akan dipenuhi flashback ya jadi maaf kalau pemeran utamanya gak banyak keluar dan ngebosenin *ngacir*
Pokoknya di sini saya bikin genre macem2 campur aduk kek gado2 h4h4 /nak
Ikutin terus yaa, maaf kalau makin kemari makin gak jelas kadang saya putek *cry*
Yang bingung silahkan tinggalkan review, saya bakal mulai balesin review ecikiwiiiir /nakpls
Dan ini balasan review untuk SoraTsuki yang ternyata kita samaan suka ngasup ngeship sendiri *pukpuk together* /siapalu
