LANGIT INI BUKAN MILIKKU

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : AU, Pendek, Typo, Shounen-ai, Don't Like Don't Like

.

.

.

Uchiha Sasuke, putra kedua keluarga Uchiha yang terhormat, sosok angkuh yang begitu menyebalkan. Namun kini terlihat rapuh, seakan dengan sekali sentakan saja batinnya akan hancur.

Ya, hancur. Hingga nyaris mati rasa.

Sasuke memejamkan matanya, menahan silau matahari yang semakin menyengat. Tapi ia tetap mendongak, berusaha menatap langit biru tanpa awan.

Cerah.

Mungkin saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah berusaha untuk mengingat apa yang bisa diingat, apa yang masih terekam dalam otaknya. Sebelum rasa sakit itu terlanjur menyebar.

Hah! Kenapa ia tidak bisa membuang apa yang ia miliki? Kenapa ia tidak bisa menjadikan langit biru itu miliknya, sekali lagi?

.

.

.

Kalau kita memang harus bicara, lalu kali ini tentang apa? Bukankah sudah jelas? Langit ini bukan milikku.

"Kau seharusnya lebih banyak belajar tentang optimisme!"

"Aku hanya mencoba realistis, Teme!"

Entah sudah berapa lama perdebatan itu berlangsung. Mereka tidak sempat untuk menghitung waktu, karena sekarang yang paling penting adalah mencari kata 'sepakat' dari permasalahan yang mereka hadapi. Mereka berdua hanya mengerti kalau ini menyakitkan.

"Sasuke?" Satu suara memecah keheningan.

Yang dipanggil 'Sasuke' menatap lawan bicaranya dengan pandangan yang sulit diartikan. Menghela napas berat, ia pun berujar pelan, "lalu sekarang apa maumu, Dobe?"

"Kita sampai di sini saja. Keluargamu jauh lebih penting." Naruto susah payah bicara ketika sesak di dadanya semakin terasa. Ini terlalu menyakitkan.

Sasuke mengacak rambutnya, "maksudmu? Kau jangan coba main-main denganku, Naruto!"

"Aku tidak pernah main-main!" balas Naruto tidak kalah keras. Tidak perduli dengan beberapa pasang mata yang mulai menatap curiga ke arah mereka.

Sasuke menghembuskan napasnya keras-keras. Bukan ini yang ia mau. Selama ini yang ia harapkan hanyalah bisa bersama dengan pemuda pirang berisik yang sekarang duduk di depannya. Bukan perpisahan model Romeo dan Juliet begini! Apa harapannya itu berlebihan?

Persamaan gender! Itu alasan utama yang membuat keluarga besar Uchiha menentang keras hubungannya dengan Uzumaki Naruto, sahabatnya sejak duduk di bangku sekolah menengah.

Sedangkan status Naruto yang yatim piatu dan hanya bekerja sebagai pelayan di restoran milik Umino Iruka cuma alasan pelengkap saja. Dan yang paling tidak bisa ia mengerti, Naruto seolah tidak mau mempertahankan dirinya. Si pirang itu pasrah-pasrah saja ketika Sasuke memberitahu kalau keluarganya telah menjodohkannya dengan Hinata, putri dari keluarga Hyuuga.

Realistis?

Kadang Sasuke ingin bertanya, apa perasaaannya selama ini terhadap Naruto kurang realistis?

Sasuke akhirnya mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jasnya, mengabaikan pandangan memelas Naruto. Asap berhembus dari batangan nikotin tersebut, bersamaan dengan munculnya sebuah keputusan.

"Baiklah. Kita 'selesai'."

.

.

.

Sasuke kembali menatap langit yang kini sedikit mendung.

'Langit ini bukan milikku, Dobe. Bukan milik kita.'

Ya, langit itu bukan milik mereka.

OWARI

AN : minna-san, fanfic gaje lagi dari saya ^.^!

Judul dan beberapa kata-kata di fic ini saya ambil dari puisi buatan saya ( sudah saya di post di fictionpress ^^ )

Gomen, kalau ada yang kurang (sangat tidak) paham akan isi fanfic ini

Akhir kata, mind to RnR?