Chapter 1 : Wyrm's roar!

Ohayou/Konnichiwa/Konbanwa, Minna-san! Ohisashiburi ne~~
O genki desu ka, Minna

Halo semua! Saya sudah selesai dengan fict saya yang sebelumnya, dan sekarang saya buat fict baru lagi XD
Untuk fict-pict, saya mendapatkannya dari kenalan saya ^^ Tapi bukan dia yang punya hak ciptanya, saya gak tahu siapa yang buat, tapi saya berterimakasih untuk dia yang telah membuat gambar ini ^^

Ini fict tentang game, game, game, game... #PLAK *ketahuan authornya gamer
Tapi jangan kira ini Cuma muter-muter di game nya aja, salah besar kalau ngira gitu! Nah, saya akan buat chapter pertama, nanti nilai aja gimana fict yang ini ya!

Oh iya, judul fict ini bukan dari nama game nya ^^

Oke! Ready? Go!

A Fantasy Fict from me

~Heart and Soul~

Main pair : Kagamine Len & Kagamine Rin, maybe a little bit of slight pair and crack pair content

Disclaimer : Vocaloid © Yamaha, and other companies
Story © Me
UTAUloid © Owner creator
Fanloid © Creator

Special thanks to : Square-Enix and Tecmo

Summary :

"Aku melihat dunia baru, sebuah masa depan yang baru. Aku masuk ke dalam dunai ini hanya untuk satu hal, sebuah kenangan, sebuah kenangan yang pernah aku buang, aku akan mengembalikannya walau aku akan menjadi abu sekalipun."

Warning : OOC (maybe), typo(s), gaje, pendeskripsian kurang, kesalahan eja 'EYD' dan teman-temannya.

'Abc' (italic): Flashback, kata asing, atau percakapan secara tidak langsung (telepon, email, sms, dll)
"Abc" : Percakapan normal
'Abc' (kutip satu) : Hayalan, angan, atau (monolog) pikiran karakter.
'Abc'/ 'ABC' (bold atau kapital) : Kata atau kalimat yang diberi penekanan, kata atau kalimat penting.

HAPPY READING & RELEASE YOUR MIND!

Chapter 1 : Wyrm's Roar!


XOXOX


"Hey lihat anak jabrik itu."

"Dia kan Kagamine Len..."

"Menjauh darinya, dia berbahaya."

Aku mendengar bisikan lagi, dimanapun aku pergi aku selalu 'terkenal'.

Aku sangat terkenal! Sangat populer! Bukan hanya di sekolah, aku bahkan terkenal di kalangan awam, aku dikenal sebagai Exo, atau singkatan dari Exorcist kalau kata orang. Sebenarnya itu hanya game name ku, sekarang sudah tahun 2030, memang belum ada mobil terbang dan semacamnya, tapi sekarang dunia sedang tunduk dalam suatu program yang disebut Teleportasi.

Ituloh, dimana kita yang tadinya berdiam diri, kemudian wuussh! Kita hilang dalam sekali kedipan mata. Sekarang, dunia tengah dikendalikan oleh proyek setengah mati yang di jalankan oleh Sky-scream, organisasi yang memegang kendali penuh atas HAKI dari Teleportasi.

Sebuah game dikembangkan dalam pengembangan proyek ini, sebuah game medieval yang berseting di dunia bernama Nova, dunia dimana monster masih memiliki eksistensi, dunia dimana sihir merupakan pembangkit utamanya, dan kapal raksasa yang sering di sebut Airship berterbangan bebas di angkasa hingga menutupi cahaya dari surga. Game ini bernama Legend of Wyrm atau sering disingkat LoW.

Aku sudah bermain game ini sejak masih zaman Open Beta, hingga sekarang. Nama ku terkenal di seluruh penjuru Nova, sebagai pemain Solo yang mengkhianati rasnya sendiri. Aku memiliki satu tujuan memainkan game ini, yaitu mencari kenangan yang pernah hilang.

"Eiiitss! Tunggu! Mau kemana jagoan kita yang satu ini?" Astaga aku lelah dihadang orang idiot.

"Kau mau apa Oliver?" Orang di depanku ini namanya Oliver, entah kenapa ia senang sekali mengajak ku duel, mungkin karena ia kesal tidak pernah menang dariku?

"Seorang Necromancer yang disebut-sebut akan menjadi orang pertama yang menggapai Fourth Class, kau mau kemana jagoan?" Astaga orang ini...

"Ayolah Oliver, aku lelah menanggapi Rookie sepertimu... Aku akui kau memang hebat memegang kelas Dragoon, tapi bahkan kau tidak pernah bisa mengurangi HP ku walau hanya seperempatnya... Dan hentikan ocehanmu soal Fourth Class, sudah ku katakan di LoW itu hanya mitos..."

"Len, Len, kau ini memang kurang menyenangkan.."

"Kurang menyenangkan darimana? Aku asyik kok! Nih lihat, Week! Week! Week!" Aku membuat wajah mengesalkan di hadapan Oliver, aku menjulurkan lidahku, aku menarik kantung mataku, aku bahkan memonyonkan mulutku, kurang lucu apa coba?

"Len, niat ngejek apa niat ngajak berantem?"

"Memang apa bedanya?"

Aku dan Oliver tertawa setelahnya, kami memang tidak pernah akur kalau soal siapa yang lebih kuat, tapi kami juga tidak akan berkelahi hanya untuk hal sepele seperti tadi.

"Len, kau mau patch Burstdrivemu? Siang ini ada update baru loh."

Ah aku hampir lupa, kami memiliki sebuah Headset yang selalu ada di leher kami, perangkat ini disebut Burstdrive, bukan hanya untuk masuk ke dalam game dan dunia virtual, tapi ini juga membantu kinerja otak kami menuju maksimal. Orang-orang suka menyebutnya Sonicdrive.

"Ah, maaf ya Oliver, hari ini aku ada keperluan, aku bisa patch sendiri nanti."

Saat mendengar alasanku, alis Oliver naik sebelah.

"Aw! Len mau ke rumah sakit lagi ya? Mau jenguk bidadari cantikmu atau apalah itu? Hmm?"

Wajahku langsung memerah kusut mendengarnya.

"A-apanya yang bi-bidadari?! Di-dia cuma ke-ke-kenalanku kok!"

"Kenalan apa 'kenalan'?" Oliver menekankan kata kenalan yang kedua, aku langsung menaikan daguku dan berteriak kencang.

"Bukan urusanmu!" Lalu berlari sekencang-kencangnya.

Aku bisa merasa Oliver sedang tertawa sekencang-kencangnya di belakangku.


XOXOX


Aku meniup-niup poni ku yang terjuntai ke dahi, rambutku ini jabrik dan pendek, tapi entah kenapa bisa ada poni yang terjuntai, padahal sudah kupotong berkali-kali, bahkan pernah kupangkas habis sampai hampir botak, hampir bukan botak beneran.

"Akhirnya sampai juga di rumah sakit."

Aku menghela nafasku dengan berat, aku sering datang ke rumah sakit ini. Tadinya aku ke rumah sakit ini saat awal-awal ada yang salah dengan Burstdrive ku, saat aku periksa ke dokter, kerusakannya bisa merambat ke otak, sehingga aku sering terapi ke dokter di sini.

3 bulan yang lalu, saat terakhir aku terapi, aku melihat ada seorang gadis duduk di kursi roda, ia terlihat sangat kesepian, bahkan tidak ada orang yang mendorongkan kursi rodanya.

Sejak saat itulah, walau terapi ku sudah selesai, aku masih sering datang ke sini, katanya si dokter wajah idiot itu, dokter Kaito, nama gadis itu Rin atau itulah yang diebutkan dari mulut gadis itu, dia ditemukan lumpuh di depan rumah sakit pada malam 3 bulan yang lalu. Entah darimana dia datang, pihak rumah sakit berinisiatif merawatnya hingga ada orang yang mau mengambilnya. Kakinya lumpuh sejak ia ditemukan, entah kenapa tidak ada dokter yang tahu penyebab kelumpuhannya.

"Len, Len... Mau ketemu malaikatmu lagi?"

"Huwaa!"

Aku melonjak kaget saat sedang mengintip Rin yang sendirian di taman rumah sakit, dokter idiot ini asal ngagetin aja sih!

"Mau mu apa sih dokter idiot?!"

"Kalau mau ketemu Rin, hampirilah dia... Aku yakin dia tidak akan mengacuhkanmu."

Bener juga sih kata ini dokter.

"Eh, Kaito, nanti malam kau main?"

"Entah... Aku banyak tugas."

Ini rahasia, tapi Kaito juga main LoW, dia level 90, sama sepertiku... Level tertingginya 120, tapi ada juga yang bicara paling tinggi hanya 100... Entahlah, aku juga tidak pernah cari tahu.

"Sudah samperin sana!" Kaito mendorongku yang ada di balik pohon ke arah Rin. Rin langsung menoleh ke arahku dengan tatapan bingung.

"Ngg.. Anu... Na-namaku Kagamine Len! Ma-maukah ka-kamu jadi temanku?!" Aku menunduk 90 derajat sambil menerjangkan tanganku lurus ke arah Rin. Tidak di duga ia tertawa pelan sambil mengangkat tangannya.

"Salam kenal juga Len, aku Rin, cukup panggil aku Rin."

"Ngg... Anu... Kalau panggil Rin kayaknya terlalu akrab, nama keluarga mu apa? Kalau boleh tahu."

"Aku, tidak tahu... Yang kuingat hanya kata 'Rin'."

Benar kata Kaito, dia bahkan tidak ingat apapun.

"Anu, Braindrive itu, sejak kapan kau menggunakannya?"

"Seminggu yang lalu, dokter Kaito memberikannya padaku, katanya benda ini mungkin bisa membantu kinerja otak dan syarafku supaya aku bisa menggerakan kakiku lagi, paling tidak."

"Rin, kamu, kamu mau nggak?"

"Mau apa?"

"Ki-kita main game bareng! Nanti aku bakalan temenin kamu! Nanti aku bakaln ngasih kamu pengalaman baru!"

Rin terlihat berpikir mengenai perkataanku, dia memegang dahunya dan menundukan kepalanya.

"Hmm, game seperti apa tepatnya itu?" Tanya Rin.

"Ini game VR, solanya kamu kan udah punya Braindrive, aku bisa kirimi kamu programnya, tapi ada satu syarat lagi..."

Ayo Len, kau harus berani! Berani! BERANI!

"Mau nggak kamu..."

Rin memiringkan kepalanya karena perkataanku yang putus-putus. Ayolah Len kamu harus berani!

"Rin, mau nggak kamu.."

"Woy Len!"

"Hiiy!"

Aku langsung bergidik kaget, siapa sih orang yang berani-beraninya ganggu waktu lagi tegang kayak gini sih?!

"Oliver! Buat apa juga sih kau ke sini?! Kayak gak ada kerjaan aja!"

"Emang aku gak ada kerjaan juga sih. Oh iya, Len, ini yang namanya Rin?"

"Iya, terus? Mau apa kau?"

"Len, gimana kalau kita ajak aja tinggal di rumah kita? Katamu dia gak punya tempat tinggal kan? Terus, rumah sakit juga lagi nyari tempat tinggal buat dia juga kan? Lumayan juga buat nemenin Yukari di rumah, lagian juga Yukari kan perempuan sendirian di rumah, mungkin dia bakalan seneng kalau kita ajak Rin tinggal bareng kita."

Aku langsung naik pitam, jadi ini alasan Oliver datang ke sini?!

"Oliver! Bodoh! Gak bisa baca suasana! Emangnya gak lihat? Tadi aku mau ajak Rin tinggal bareng, kan kalau berdua ngomongnya lebih romantis gimana gitu! Dasar bego!" Aku langsung menutup mulutku dan menoleh ke belakang dengan gerakan kaku, astaga! Aku lupa Rin juga ada di sini!

"Len, Len... Dasar gak punya urat malu. Nah Rin, jadi kamu mau tinggal bareng kita?"

Rin tertawa kecil sambil menghapus air mata di sudut matanya, ia mengangguk pelan sambil berkata.

"Iya, aku mau..."

Oh yeah! Makasih Tuhan! Mimpi apa coba semalem?

Ditengah pesta pora monolog yang kulakukan sendiri, Oliver lang sung menyeretku ke dalam rumah sakit.

"Nah sekarang ayo, kita masuk ke rumah sakit dan urus ketentuannya."

Aku mengedipkan mataku berkali-kali, oh iya dia benar juga. Yang penting, malam ini rumah kami akan bertambah satu orang penghuni!


XOXOX


BRAK!

"Kami pulang!"

Pletak!

Apa-apaan ini! Baru juga masuk rumah, kepala ku kena sendok sayur yang melayang menikung dari arah dapur!

"Aduh... Sakit..." Aku berlutut sambil memegangi dahiku yang memerah karena lemparan menikuk tadi.

"Sudah ku katakan 'kan Len! Kalau masuk ke rumah jangan banting pintu!"

"Itu tidak penting! Yukari! Kita sekarang punya teman penghuni baru!"

Klontang! Pyar! Prang!

Dari arah dapur langsung terdengar segala macam benda berjatuhan.

"Apa itu benar?!"

Yukari langsung mengalihkan pandangan dariku menuju Rin. Ia langsung melemparku yang ada di dihadapan Rin dan mengelus-elus pipi Rin.

"Akhirnya ada perempuan lain! Aku sudah hampir muak terus bersama dua laki-laki gila ini! Dan lagi kulitmu lembut! Aku Yukari! Siapa namamu?"

"Ri-Rin.."

"Lihat itu! Yukari! Dia ketakutan!" Oliver yang mendorong kursi roda Rin langsung membentak Yukari karena terlalu berlebihan.

"Ah ma-maaf... Karena kita ada memiliki teman baru, sekarang, ayo kita rayakan dengan pesta yakiniku!"

Aku yang tadinya masih dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas di sudut ruangan langsung berlari dengan semangar karena mendengar kata yakiniku.

"Oh yeah! Kita pesta malam ini!"

.

.

.

"Jadi, kamu darimana Rin?"

"Aku sendiri juga tidak tahu."

"Syudah bwerhwenti menwanyakan Rwin twerus!"

"Len! Habiskan dulu makanan di mulutmu bodoh!"

Pletak!

"Aduh!"

"Bwahahahaha! Kepala Len langsung benjol tingkat 4!"

Dan seperti itulah malam baru pertama kami bersama Rin berlalu.

Aku dan Oliver sudah kekenyangan, Yukari masih mencuci peralatan dapur, Rin diam di depan meja sambil memasukan kakiknya ke dalam meja penghangat. TV menyala di hadapan Rin, aku yang masih punya pertanyaan kepada Rin langsung menghampirinya dari tidur malas ku di lantai.

"Jadi Rin, apa kau mau bermain game yang ku katakan tadi?"

"Baiklah, kenapa tidak?" Katanya sambil tersenyum.

Aku ikutan tersenyum dan menyuruhnya memakai Braindrive nya.

"Pakai Braindrive mu, akan ku kirimkan aplikasi game nya."

Ia memakai Headset di lehernya di kepalanya, tanganku langsung bergerak-gerak menyentuh udara hampa, jika dilihat dari luar aku hanya menekan-nekan ruangan kosong, tapi sebenarnya Braindrive memunculkan berbagai menu dan window seperti kita memakai komputer.

"Rin, nyalakan add-hoc mu, aku akan mengirimnya lewat LAN."

Rin ikutan menyentuh ruang hampa di depannya, dalam hitungan menit, program yang ku maksud sudah terkirim.

"Malam ini kau jangan langsung tidur, akan kuberi instruksi sedikit."


XOXOX


Malamnya aku mengajak Rin ke pekarangan rumah. Aku mendorong kursi roda Rin ke taman di depan rumah.

"Rin, ketika kau masuk ke dalam game, kau akan mendapatkan pilihan untuk mengubah tampilanmu, menentukan nama untuk karakter game mu, dan memilih ras. Aku menyarankan untuk langsung memilih custom lalu default, perintah ini akan langsung memilihkan pengaturan yang cocok untuk pemula, dia akan memilihkan penampilan yang sesuai dan ras yang tepat, untuk nama, terserah kau mau pakai apa. Tapi lebih baik kau beritahu aku sekarang, supaya aku langsung bisa memantaumu begitu kau masuk ke dalam game, kau akan di arahkan langsung ke daerah asal dari rasmu. Mengerti?"

Rin mengangguk mengerti.

"Jadi nama apa yang akan kau pilih?" Tanyaku.

"Cukup 'Rin' saja, memang siapa namamu?"

"Kau yakin Rin? Namaku Exo, tolong jangan suka menyebarkan namaku, aku tidak mau hal buruk terjadi padamu."

"Ya aku yakin, baiklah jika itu maumu."

Aku mendorong Rin masuk, dan menggendongnya ke tempat tidurnya di samping tempat tidur Yukari.

"Buka aplikasi gamenya, dan klik tombol start, aku akan menunggumu.

"Baiklah... Selamat malam Len."

"Selamat malam.."


XOXOX


"Dimana ini?"

Aku menoleh ke arah sebuah avatar baru yang tergeletak di sampingku, aku menyapanya dengan senyuman.

"Selamat datang di Legend of Wyrm, Rin."

Rin mengedipkan matanya berkali-kali, dia pasti bingung melihatku.

"Kau siapa, tuan?"

"Aku Exo, atau yang kau kenal dengan nama Len." Ucapku sambil tersenyum.

"Kau Len?!" Rin langsung berdiri.

"Kenapa rambutnya panjang dan dikuncir begitu? Penampilanmu sangat berbeda!" Rin menunjuk ku, kemudian ia melihat dirinya di pantulan air.

"Ini aku?! Kenapa rambutku pendek?! Kemana rambut panjangku?!"

"Kita ada di dalam LoW, di dunia bernama Nova, penampilan kita di atur ulang, dan rasmu... Kau Elf ya? Aku beri tahu hal menarik, Elf merupakan salah satu ras yang bisa terbang."

"Benarkah? Aku juga bisa berdiri!" Rin baru sadar jika sedari tadi dirinya sedang berdiri, ia terlihat sangat senang, ia melompat-lompat hingga tidak sadar, sayap hijau transparan keluar dari punggungnya.

"Apa ini Len?"

"Itu sayap, kau bisa menggunakannya untuk terbang."

"Wah... Hebat! Terimakasih Len! Oh iya Len, rasmu itu apa? Kenapa aku bisa ada di sini? Jika aku seorang Elf, seharusnya aku ada di daerah asalku."

"Aku menggunakan bug, sejenis gangguan system untuk mengirim mu ke sini, di sini adalah Ancient Forest, salah satu wilayah ras Ancient dan merupakan wilayah netral, kita aman di sini, karena di sini jarang ada pertarungan. Rasku adalah Diakon, rasku disebut ras terkutuk."

Aku berdiri dan menunjukan sayap malaikat berbulu hitam yang hanya setengah.

"Inilah alasannya kenapa rasku terkutuk, rasku adalah ras dengan kekuatan sihir yang hebat dengan penampilan satu sayap, sehingga sering di sebut ras terkutuk. Kebanyakan ras Diakon adalah PK atau penjarah..."

"Menurutku, sayapmu indah Len." Mataku terbelalak, baru kali ini ada yang berkata seperti itu padaku.

"Jadi Len, kenapa kau menggunakan bug di dalam game? Bukankah itu curang?"

"Aku... Punya alasan tersendiri.."

Aku menundukan kepalaku, kemudian menengadahkannya...

"Ayo Rin, kita ke kota terdekat, akan kucarikan peratalan yang bagus untukmu, sebelum itu, mumpun kita ada di luar kota, kita bisa berburu monster hingga kau level 10, sekarang kau masih novice, kelas awal dari permainan ini, pada level 10 nanti, kau bisa memilih kelasmu selanjutnya."

Aku berjalan duluan di depan Rin, tapi Rin masih diam. Pupil mata Rin tiba-tiba membentuk Lacryma atau lingkaran sihir. Aku penasaran, apa yang terjadi?

"Ada apa Rin?" Tanyaku.

"Len, aku rasa... Aku tahu masalahmu... Dan aku juga merasa, aku kenal tempat ini... Len, kau kenal seorang perempuan berambut teal?"

Aku langsung membatu di tempat, apa yang dia bicarakan? Bagaimana dia bisa tahu?

Aku langsung berbalik, mengeluarkan sihir dari tanganku dan menerjang ke hadapan Rin.

"Rin, bagaiman kau bisa tahu?" Tanyaku sambil mengarahkan sihir itu di wajah Rin.

"Len, aku mengerti, terkadang orang yang paling menyenangkan, adalah orang yang paling menyeramkan... Aku mendapat penglihatan, entah darimana, tapi Len, kau harus mempercayaiku, ceritakan padaku masalahmu.. Aku berjanji tidak akan menyebarkannya..."

Aku menurunkan tangan kiriku, kemudian berjalan menjauhi Rin.

"Maaf Rin, tapi aku belum siap, sekarang ayo kita naikan level mu dulu."

Rin mengikutiku perlahan, malam itu, aku merasa, ada yang tidak beres dengan semua ini, bagaimana bisa Rin langsung mengetahuinya?

Miku... Apa kau yang melakukannya?


XOXOX


Chapter 1 selesai!

Nah saya kembali lagi dengan fict baru, gimana nih menurut kalian? Untuk penjelasan saya akan menjelaskannya di chapter selanjutnya, dan untuk sedikit info, armor Len di dalam game, sama dengan yang ada di gambar fict ini ^^

Akhir kata, maaf jika ada kata yang kurang berkenan, saya mau tahu komentar kalian soal chapter pertama fict baru ini, apapun itu, karena bentuk apresiasi dari kalian adalah kebahagiaan untuk saya.

Jaa~~ Matta ne~~ ^^

Best Regards,

Aprian