.
.
.
.
KAIBITSU
.
.
.
.
.
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Story Written By Lady Bloodie
Rate M for Blood
Genre : Romance, Mistery, Crime, Action
Main Pairing : U. Sasuke X H. Sakura
.
.
.
.
Summary
Berkali-kali Sakura mengatakan pada Sasuke jika ia menolak untuk menjadi menjadi kekasihnya, namun pemuda itu bersikeras memaksanya. Sampai akhirnya ia menyetujui karena juga ia merasa pening jika harus meributkan hal itu setiap hari, bahkan setiap waktunya. Namun pada akhirnya, cinta itu perlahan tumbuh seiring dengan kenangan yang dipupuk dalam ingatannya.
.
.
Warning
Typos, OOC, Blood Impilist, Kissing Scane, Bad Ending, AU type, Action Story, DLDR, Mind RnR?
.
.
.
.
.
PROLOG
Malam yang begitu gelap di suatu kota. Diterangi dengan cahaya purnama di langit tanpa pelayannya—bintang. Langit kosong yang cerah, sang raja malam berdiri dengan gagahnya tanpa ada pengawal yang melindunginya. Hawa dingin terasa begitu asing di kala hari menjelang awal musim panas. Ditambah dengan kabut yang menyelimuti keseluruhan kota tersebut.
Tepat di tengah kota tampak sosok gadis kecil yang menangis ditemani dengan ratusan mayat yang tergeletak di sekitarnya. Gadis itu menangis meraung sembari memeluk erat sebuah boneka kelinci kecil miliknya. Memanggil-manggil dua sebutan yang berarti baginya—ayah dan ibunya.
Sedangkan dua sosok yang ia sebutkan terdiam membisu. Dua sosok manusia yang menyayanginya itu bukan terdiam tanpa alasan, mereka terdiam karena tak ada lagi jiwa yang mengisi segumpalan daging yang disebut raga. Hingga raga itu menjadi dingin, kosong dan pucat.
Tepat di depan gadis itu, mayat kedua orang tuanya tergeletak dengan keadaan mengenaskan. Sang ayah dalam keadaan tubuh yang tertusuk oleh jarum berwarna hitam pekat dan sebuah kristal yang muncul dari permukaan tanah, menancap menembus perutnya hingga mengeluarkan isi perutnya melalui punggungnya. Dang sang ibu—tak jauh berbeda dari sang ayah. Wanita cantik berambut merah muda itu tergeletak mengenaskan dengan tubuh yang dipenuhi jarum hitam serta kakinya yang hancur lebur tertimpa bangunan yang runtuh.
"Papa—mama, hiks…bangun! Kumohon, bangun!" Gadis itu meraung untuk yang kesekian kalinya. Tangannya terarah menggapai tubuh tak bernyawa ibunya. Namun tanpa ia duga, sebuah sabit menghalangi gerakan tangannya.
Sosok manusia berjubah merah berdiri di balik sabit berwarna semerah darah, menghalangi tangan gadis kecil itu. Wajahnya tak nampak karena tudung jubah yang menutupi kepalanya, serta cahaya malam yang hanya berasal dari bulan dan beberapa lampu jalanan yang tersisa.
Dengan tangannya, sosok berjubah merah itu mencabut sabitnya, lalu mengarahkan ujungnya ke wajah gadis kecil itu. Sosok itu tertawa keji seraya menjauhkan ujung sabit itu dari wajah gadis yang tampak ketakutan seraya memeluk erat boneka kelinci miliknya.
"Kau cukup kuat untuk ukuran bocah sepertimu, pantas jika ketua ingin melenyapkanmu, karena kau—hanyalah kelinci percobaan yang gagal." pria itu berucap dengan nada sinis yang disertai seringai mengerikan yang tak tampak karena tudung jubah yang ia kenakan.
Gadis kecil itu mengepalkan kedua telapak tangannya, meremas boneka kelinci yang berada dipelukannya. "Sakura bukan kelinci—Sakura manusia dan Sakura tidak pernah gagal…! Apa salah Sakura…?!" ucap cadel Sakura kecil itu seraya menatap dingin ke arah pria di depannya.
'Cih, bahkan di saat seperti ini kau cukup sombong dengan tatapanmu itu.' batin pria itu, kesal akan tatapan Sakura yang semakin menantang—pria itu mengarahkan senjata shinigaminya tepat ke arah bola mata kanan Sakura, namun tak sampai mengenainya. Ia pun menyeringai ketika melihat tak ada perlawanan dari gadis itu.
Di tariknya kembali senjatanya itu, ia lalu mengayunkan sabitnya hendak memotong gadis di depannya menjadi dua. Namun hal itu hanya menjadi kehendak saja, karena nyatanya dua buah pedang menangkis serangannya, hingga membuat sabitnya terlepas dari genggaman tangannya.
Pria itu sontak mengalihkan pandang ke arah sosok yang telah menggagalkan serangannya. Tatapannya yang terkesan sinis itu berubah kaget tatkala bertatapan dengan sepasang mata tajam yang menatap ke arahnya. Keterkejutannya membuatnya tak mampu bergerak sedikitpun, bahkan ketika sebuah pedang terayun ke arahnya dan memenggal kepalanya. Ia terjatuh dengan darah mengucur dari tubuhnya yang terpotong.
Sosok wanita itu menatap lembut ke arah sosok gadis kecil yang menatapnya dengan tatapan dingin. Tangan kanannya membelai lembut rambut soft pink panjang milik gadis itu. Dengan nada lembut dia lalu berucap, "jangan khawatir, kau akan terus hidup walau dalam bayang-bayang ketakutan."
Sakura—nama gadis kecil itu—memiringkan kepalanya tanda ia tak mengerti, dengan nada dingin ia lalu bertanya, "kenapa kamu berkata seperti itu—Sakura tidak pernah mengenalmu."
Wanita itu tertawa pelan, ia lalu memberikan dua buah pedang miliknya kepada Sakura dan diterima gadis itu dengan tatapan bingung dengan benda yang ia pegang. "Apa ini?"
"Itu pedang sepasang pedang meteor." jelas wanita itu dengan sebuah senyuman yang terukir di wajah cantiknya.
"Untuk—Sakura?" tanya Sakura dan wanita itu mengangguk. Gadis itu tampak masih bingung ia pun memutuskan untuk bertanya kembali, "sebenarnya siapa kamu? Dan berasal darimana? Sakura tidak pernah—" ucapan Sakura terputus ketika sebuah cahaya berpedar putih mengalir masuk melalui ubun-ubunnya.
Dengan sangat berhati-hati wanita itu membawa Sakura dalam gendongannya, ia pun lalu berucap seraya menatap wajah damai Sakura yang tak sadarkan diri.
"Maafkan ibu sayang—ibu harus melakukan ini padamu nak, tapi ketahuilah ibu sangat menyayangimu dan akan selalu melindungimu. Suatu saat nanti, ibu berjanji akan mengembalikan semua ingatanmu…dan saat itu ibu berjanji—kita berdua akan hidup bersama—"
"…"
"—untuk sementara kita akan terpisah oleh ingatan."
.
.
.
.
See You In Chapter 1
.
.
.
