The Big Pinch of the Recon Corps

By :

Kunougi Haruka

Disclaimer :

Shingeki no Kyojin a.k.a Attack on Titan © Isayama Hajime Sensei.

Warning :

Cerita ngaco, ooc, harem!Eren, lelucon bau anyir juga garing ancur dan segala jenis tulisan kaga jelas tercetak disini, fanfic abal, EYD ngak terjamin dan kata kasar banyak terlihat and etc.

Genre :

Humor, romance, horror, thriller, parody and many more.

Pairing for this chapter :

RivaxEren

MikaxEren

.

.

.

Enjoy then

.

.

.

Di pagi yang indah menyinari penghuni di balik dinding Rose dan Sina–Para anggota dan trainee Scouting Legion sedang mengawali pagi mereka dengan latihan tempur dan penggunaan 3DGM untuk misi selanjutnya yang tentunya demi kemenangan umat manusia.

Namun sudut pandang kalian akan ditolehkan ke Headquarters Recon Corps, di mana sosok bocah berumur 15 tahun tengah menyeka keringatnya setelah melakukan kegiatan wajibnya yaitu BEBEGIL(Bersih-Bersih Gila) Bocah itu selesai mengelap jendela luar bagian atas kastil markas dan bersiap untuk mendarat.

"Yosh…aku sudah mengelap jendela di bagian atas kastil, mencabut rumput di halaman, menyapu lantai di koridor dan mengepel lantai–" Eren Jaeger, tokoh utama pada fic ini tengah menghitung jari guna mengingat kembali pekerjaan yang tuntas dikerjakannya.

Ini–pembantu atau prajurit, sih? Kok, yang diingat malah pekerjaan rumah bukannya latihan tangan kosong kek atau melatih 3 DMG-nya kek? Siapa sih yang tega menyuruh bocah polos ini untuk mengerjakan tugas macam budak kering?

"Eren…" oh–suara seram dari arah pintu gerbang yang menjadi jawaban segala pertanyaan, Eren menoleh dan menemukan sosok sensorCEBOLsensor tengah turun dari kudanya. Wajah setebal beton tanpa ekspresi itu membuat isyarat untuk Eren segera ke arahnya.

Sontak, anak penurut itu berjalan ke tempatnya dan memberi penghormatan dengan kepalan tangan kanan berada di sebelah kiri dadanya.

"Selamat pagi, Corporal Rivaille!"

"Eren, kau sudah selesai mengelap jendela bagian luar tadi?" Tanya Rivaille–ah, ini toh biang keladinya?

"Sudah, Sir." Eren masih dengan posisi salute-nya menjawab mantap, Rivaille menatap arah atas untuk menginspeksi kaca yang baru saja selesai dilap oleh anak buahnya ini.

"Kalau begitu bereskan perlengkapanmu dan kita akan segera pergi ke halaman markas Scouting Legion." Perintah Rivaille yang kembali menungani kudanya.

"Eh?–kenapa tiba-tiba?"

"Nampaknya si sialan Irvin merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuanku…"


.

.

.

.

.

.

Chapter 01 : Prologue

Training with a… new gas?

.

.

.

.

.

.


Scouting Legion Headquarters

Semua anggota pasukan dan trainee yang berada di Scouting Legion tengah berbaris untuk mendengarkan penguguman dari sang komandan, Eren dan anggota Recon Corps yang baru sampai dari kastil segera menyusul menuju tempat Irvin.

"Si kuning sialan itu…tunggu sampai tanganku mengenainya nanti." Geraman gusar Rivaille membuat Eren dkk bingung sekaligus kepo tingkat kolosal.

Ada apa dengan Corporal mereka hari ini? Apakah PMS-nya lebih awal datang dari yang seharusnya sudah diperkirakan dan Irvin memanggilnya di saat yang tidak tepat?

Tak ada yang tahu.

BRAKK–

Boot kinclong Rivaille menendang kasar pintu ruangan kerja Irvin, membuat engsel pintu tersebut agak kendor dari yang seharusnya–satu kali hantaman kasar maka ruangan Irvin akan lebih mudah dimasuki tanpa harus membuka pintu dan para bawahannya tak perlu mengetuk pintu, cukup menyelonongkan kepalanya saja dan Irvin akan tahu.

Sungguh tidak berkepri-pintuan(?).

"Ah, Rivaille…kau sudah datang." Sapa Irvin dengan tampang inosent dan Mike si pengendus, sedang bersender di dinding sembari menoleh keluar jendela.

"Simpan nafasmu, katakan apa maumu?" Rivaille dengan seenak kuda duduk di sofa tanpa dipersilahkan oleh yang empunya dengan kaki yang sudah onkang-onkangan, tapi ini Rivaille yang kita bicarakan–dia tidak butuh ijin tapi dialah yang memberikan ijin mutlak.

"Kenapa kau mencak-mencak sendiri? Coba kau lihat, Eren dan yang lain biasa saja…" Irvin masih menyusun beberapa dokumen yang baru saja diperiksanya barusan karena terguncang oleh "Tendangan Udara" Rivaille–sepertinya nama jurus.

"Gara-gara kau…pekerjaan bersih-bersih timku terhenti."

"Oh…kalau begitu maafkan aku yang egois ini." Irvin cuma senyum tipis mendengar alasan absurd Rivaille. Sedangkan si rambut ebony belah tengah cuma mendecih kesal dengan songongnya.

"Sudah katakan apa maumu, supaya aku bisa kembali ke sanctuary-ku." Irvin dan yang lain sweatdroped mendengar penuturan kata Rivaille.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Irvin mulai menjelaskan maksud panggilannya.

"Ini soal strategi yang kuceritakan padamu dulu." Mata Rivaille yang awalnya menutup kembali terbuka dengan bola mata yang agak mengecil.

"Apa?" Rupanya Irvin masih mau melakukan rencana itu? Padahal mereka sudah sepakat untuk mengubur dalam-dalam rencana yang cacat itu.

"Strategi untuk mengalahkan para Titan…" Eren dan anggota Recon Corps terkejut dengan strategi baru milik komandan mereka, apakah rencana barunya akan berhasil?

BRAKKK–

Kali ini pintu malang ruangan Irvin terlempar dari engsel dan sukses menubruk lantai marmer ruangan itu, membuat partikel debu mengebuar ke dalam dan membuat Rivaille sedikit gatal untuk pergi mengambil peralatan bersih-bersihnya.

Semua berbalik mendapati sang pelaku pendobrakan pintu, sosok berambut coklat dikucir ponytail dengan kacamata bersinar karena pembiasan cahaya mentari membuat matanya tertutupi oleh bayangan putih lensa, sosok seorang Hanji Zoe terlihat seperti maniak yang bernafas keburu dan cengiran hina bin nista tersirat di muka.

"Yahoo, semuanya–maaf aku terlambat~" sapanya tak peduli setan dengan tatapan stoic Irvin, karena pintunya sudah kehilangan nyawa(?)–mau ditangisi juga tidak akan kembali melekat ke engselnya.

"Hanji-san…" Eren makin penasaran–ada apa ini? Apakah strategi yang dimaksud komandan Irvin berhubungan dengan kedatangan si mahluk genderless ini? Apakah kali ini mereka berhasil menemukan senjata-biologis untuk mengalahkan Titan laknat di luar sana ketimbang harus menggunakan 3DMG?

Oh – harapmu, nak.

"Baiklah, karena kalian semua sudah disini. Aku akan menjelaskan strategi yang baru saja kukatakan." Irvin pun menjelaskan rencana barunya–mengingat beberapa hari lagi, mereka akan melakukan misi semacam perjalanan pulang-balik di luar dinding.

"Kita akan menelusuri hutan besar dan menggunakan benda berbentuk gas ini." Irvin mengangkat sebuah toples bulat dengan sebuah gas berwarna keunguan yang tertampung di dalamnya.

What in the world–

"Gas apa itu?" tanya Eren yang sudah kepo tingkat dewa kacang dua kelinci.

Hanji yang senang dengan pertanyaan Jaeger muda, langsung saja menjelaskan seenak udelnya–Ingat yang mana atasan yang mana bawahan, Hanji.

"Ini adalah oblivion gas!" soraknya seperti berhasil menjawab pertanyaan seharga miliyaran.

"Oblivion gas?" Rivaille mengulang lagi perkataan Hanji, dia tidak mengerti dengan otak gadis-atau bukan-ini, nampaknya ada yang mencurigakan dengan benda kaca berisikan gas ungu itu.

"Well, kalau diartikan secara verbal artinya Gas yang Terlupakan, tapi bukan berarti gas ini berfungsi membuat orang lupa ingatan, loh."

Kalau begitu buat apa dinamakan demikian?

"Jadi apa manfaatnya?" Petra yang juga ketularan kepo ala kacang mayashi angkat tangan.

"Oh, ini berguna untuk mengacaukan indera penglihatan Titan, kita bisa menggunakan gas ini untuk melarikan diri apabila sudah kepepet dengan mereka." Jelas Hanji seraya mengesekan pipinya ke toples bulat itu, sungguh Rivaille tidak tahan ingin mengeprak anak aneh itu.

"Apa kau sudah menguji-cobanya?" Tanya Rivaille memperhatikan benda ungu aneh itu.

"Hmmm–belum, sih…masalahnya kita butuh beberapa Titan untuk dicobai." Pelototan mata sensational dengan selamat dikirimkan ke Irvin–karena dialah sumber masalah ini.

"Dan kau bilang padaku akan menggunakan gas yang belum menentu berhasil atau tidak efeknya ini? Percuma kalau aku dan anggotaku buang-buang waktu disini…" Rivaille segera berdiri dari singgasananya dan bermaksud pergi.

"Weits, ni orang jangan seenak pantat ngeloyor pergi, ya! Kita TETAP akan menggunakan gas ini untuk misi berikutnya, kau dengar itu? Kau tidak ingin mendengar bagaimana aku bisa menciptakan gas yang indah ini?!" cerocosan Hanji tidak digubris oleh Rivaille dan mata Hanji memohon pada sosok terakhir yang akan keluar ruangan, Eren Jaeger.

Sungguh sial menjadi Eren Jaeger hari ini.

"Eren-kun?" rengeknya–Eren jadi tidak enak hati.

Dia pun memutuskan untuk tinggal sebarang menit untuk mendengarkan cerita Hanji, lagipula toh ada Irvin dan Mike yang ikut mendengarkan.

"Baiklah, Hanji-san…aku dengarkan sebe–?! "

"Eren." Panggil Rivaille dengan dahi berlipat kesal. Eren menoleh takut-takut, apakah hukuman baru menantinya kalau dia memberontak?

"Kau masih belum kapok mendengarkan cerita abal-abalan Hanji waktu itu?"

Sekelebat memori Eren teringat pertama kali Hanji menceritakan segala hipotesa dan thesis yang bertumpuk di kepalanya selama ini, hingga 10 atau 30 cangkir kopi yang dihabiskan oleh Eren agar cerita manusia genderless ini selesai dengan happy ending.

Eren bergidik ngeri.

"…Baiklah, maafkan aku Hanji-san." Eren menyusul Corporalnya, Hanji memayunkan mulutnya dan berjerit kolosal.

"AAARGH! BIKIN SEWOT!AKU KAN CUMA PINJAM ISTRIMU SEBENTAR SAJA, KOK!"

Istri katanya?!

DUAAKKK

Dan akibat perkataan Hanji kelewat jalur, sebuah pintu kayu jati milik ruangan Irvin-lah yang menjadi korban untuk menindih tubuh jangkung si mayor absurd ini.

"Mike…?" Mike yang merasa dipanggil menoleh dari jendela menuju sang komandan.

"…?"

"Nampaknya aku akan memasukan biaya pengobatan Hanji dan biaya kerusakan pintuku ke tagihan Rivaille." Irvin-yang sudah gelap mata ternyata-dengan heran melihat sosok Hanji yang tertindih pintu berat itu masih tertawa ala masokis.

"Dasar masokis retak…" suara menggelegar dari Rivaille kedengaran di seluruh penjuru lorong.

.

.

.

.

.

.

Scouting Legion, halaman markas.

"Baiklah, seperti yang anda lihat. Di samping saya ada sebuah toples berwarnakan ungu ini, gas ini berfungsi untuk mengacaukan indera pengelihatan Titan–walaupun tidak dapat kita ketahui apakah gas ini berkerja atau tidak, maka untuk misi kali ini kita akan menelusuri hutan raksasa untuk menyebarkan gas ini." Beberapa wajah trainee terlihat agak canggung dengan misi kali ini.

"Tujuan kita kali ini untuk menangkap beberapa Titan untuk dijadikan penelitian dengan mengunakan gas ini. Kalian tidak dihimbaukan untuk menyerang, hanya menangkap yang sudah dapat ditaklukan. Titan kelas 5 atau 7 meter. Apabila kalian tidak dapat menemukan titan dalam kondisi lemah, kalian hanya perlu meng-observasi Titan yang terkena gas tersebut."

"Jadi, kita tidak akan membuang nyawa…?" beberapa bisikan seperti tadi terdengar samar, Rivaille akan membuat perhitungan dengan orang-orang egois itu.

"Dan misi ini, saya akan memilih prajurit manakah yang akan melaksanakan tes penggunaan gas baru tersebut." Hoooh–helaan nafas lega, berharap agar nama mereka tidak dipanggil oleh komandan.

"Mikasa Ackerman." Sosok gadis asia dengan ekspressi datar–berjalan ke depan dan memberi salute.

"Armin Arlert." Kali ini bocah berambut pirang mengikuti Mikasa dan memberi salute.

"Reiner Braun."

"Bertholdt Fubar."

"Connie Springer." Si biksu tongfang dengan gugup menyusul Reiner dan Bertholdt.

"Sasha Brauss." gadis kentang itu terlonjak kaget 'Eh? Aku juga?!' pikirnya.

"Jean Kirschtein." Pemuda berambut coklat keabuan itu juga berjalan dan berbaris menyamping bersama partner misinya.

"Christa Lenz." Gadis bak bidadari muncul dengan agak gugup.

"Ymir." Sahabat Christa yang tomboy pun juga ikut maju dengan tenangnya–kalau Christa disebut, dia pun ikut maju demikian.

"Ah, dan saya juga meminta salah satu anggota dari kepolisian militer untuk memantau kalian dan intel tersebut dapat memberikan informasi kepada petinggi tentang penggunaan gas ini–agar bisa dimanfaatkan demi umat manusia. Oleh karena itu salah satu anggota kepolisian militer akan berkolaborasi dengan Scouting Legion."

Semua menoleh kearah sosok mata yang memandang seram, kilatan mata biru tanpa ambisi dengan rambut pirang kuning yang diikat biasa, sosok wanita dengan jiwa singa di dalamnya.

"Annie Leonhardt…" panggil Irvin.

.

.

.

Setelah beberapa jam penjelasan dari Irvin, para anggota Scouting Legion beranjak untuk pergi begitu pula dengan anggota Recon Corps yang berencana untuk kembali ke kastil.

Eren yang tengah mempersiapkan kudanya, melihat saudari angkatnya beserta rekannya yang-sedang sial-dipilih oleh Irvin untuk mengikuti pelatihan 3 hari sebelum misi.

"Mikasa, Armin, minna…!" panggil Eren dengan muka sumringah (kok, serasa de javu dengan episode SnK yang ke berapa gitu?) sontak saja semuanya tersenyum, karena merindukan sosok anak Titan Shifter itu.

"Eren…apa kau akan langsung kembali ke markas Recon?" Tanya Armin yang beberapa hari ini tidak melihat sosok sahabat baiknya itu. Dia sangat merindukan kehadiran si brunette.

"Un…kurasa seperti itu," Eren mengaruk kepalanya dengan canggung, dia merasa tidak enak karena selama ini selalu di bawah naungan Corporalnya dan menghabiskan waktu dengan anggota Recon lainnya ketimbang Mikasa dan Armin.

"Eren, apa kau baik-baik saja selama di Recon Corp? Apa si pendek itu menyakitimu lagi?" pertanyaan bertubi-tubi dari Mikasa yang khawatir, membuat bocah jerman ini rindu– ah, gadis ini memang paling protektif kalau soal mem-babysitting Eren.

"E-etto, bukannya kalian harus kembali ke barrak? Pelatihan kalian dimulai besok'kan?" Eren serasa ingin mengingatkan mereka untuk tidak lupa akan tugas mereka–karena sepertinya dia merasakan tatapan tajam dari arah belakang yang berbekas di hati sanubari, nampaknya orang yang disinggung sedang menunggunya untuk segera balik ke markas.

"Eren, kita harus kembali sebelum malam tiba." Panggil suara Rivaille yang tanpa basa-basi sudah berada di sampingnya dan menarik pergelangan tangannya–Layaknya suami ngak sudi isterinya berlama-lamaan dengan pria lain.

Eren kicep, Armin dkk asma di tempat dan Mikasa menatap tajam ke muka tebal cap beton sang Corporal–suatu gestur yang jarang bahkan tidak pernah dilakukan oleh sang Rivaille yang mulia.

'Apa-apaan si pendek ini? Berani menyentuh lengan anak orang? Dan–barusan dia memanggil nama depan Eren?!' perasaan Mikasa bergejolak.

"Baik, Sir." Patuh bagaikan anak anjing, Eren bermaksud angkat kaki selangkah, Mikasa sontak ikut menarik tangan Eren yang lagi nganggur–Mikasa sudah kambuh jealous-nya dan Armin tidak bisa berbuat apa-apa karena seharusnya dia sudah siaga menahan Mikasa agar tidak mencekik atasannya itu hanya berdasarkan cemburu semata.

"Ada apa, Ackerman?" Rivaille berbalik ke belakang punggung untuk melihat pelaku yang menahan bocah Jaeger untuk bergerak.

"Saya memohon ijin untuk membiarkan Eren Jaeger bersama kami selama beberapa jam, Sir." Lidah Mikasa agak kelu menyebutkan kata "Sir"–biasanya dia akan menyebutkan kata-kata tabu seperti "Pendek" atau "Cebol" dan beberapa jenis kata yang se-familiar secara frontal di depan Rivaille.

"Permohonan ijin ditolak, Ackerman–lagipula, kalau menjelang malam aku tidak ingin bocah sialan ini tersesat karena gelapnya hutan." Tolak Rivaille dengan teganya–tega telah meragukan sense of direction seorang Eren Jaeger.

Begini-gini, sejak kecil Eren selalu hafal jalan dari arah pasar ke rumahnya, loh? Itu pun cuma butuh 3 jam mencari arah rumahnya.

Baru saja ingin dibantah oleh Eren, saudari tirinya menyela duluan.

"Kalau hal itu terjadi, saya yang akan mengantar Eren ke markas, Sir." Mikasa tidak menyerah untuk memberikan usulan dan disambut dahi mengkerut Rivaille, dia juga tidak menyerah untuk membantah usulan Mikasa.

"Memangnya kau pernah ke markas Recon Corps?" selidik Rivaille mengangkat alis.

"Tentu saja, saya selalu mengawasi Eren apabila dia akan dilecehkan oleh orang sependek tauge macam anda." Mikasa yang tensi amarahnya agak menaik, mulai menyebutkan kata sacral itu.

Ctek

Urat perempatan imajiner tecetak jelas di dahi Rivaille, dia memang membenci gadis yang kurang ajar ini dan perasaan gadis asia ini pun juga samanya, dia membenci ke-eksitensian sang mahluk kurcaci cebol ini.

Karena mereka masih'beradap'maka cara mengutarakan perasaan kesal mereka dengan memberikan tumpuan sakit mendunia ke kedua tangan Eren. Cengkraman yang tidak main-main kuatnya.

UH-OH, DEMI CELANA BOXER TUTUL CORPORAL!

Eren baru ingin membuka suara untuk memutuskan pandangan beraliran volt dari keduanya, apalagi kedua pergelangan tangannya sudah mati rasa digengam melulu oleh kedua manusia ini.

"A-anu…Kalian bisa berhenti melepaskan tanganku?" panggilnya namun dia acuhkan oleh kedua orang kurang kerjaan ini.

Namun pertarungan saling tatap mata dan menggengam tangan Eren yang serasa mau patah itu berhenti–karena suara deheman dari Irvin yang jengah melihat kekonyolan dua besurai hitam superb yang memperebutkan asset umat manusia.

"Rivaille, sampai kapan kau akan memelototi Ackerman? Lihat, anak buahmu sudah was-was di sana–Seharusnya kau tahu lebih baik." Tunjuk Irvin melihat Petra dkk sudah berkeringat dingin menunggu Rivaille dengan istr-Eren untuk segera bergegas sebelum malam tiba.

Rivaille mendecih kesal, sementara Mikasa menyeringai penuh kemenangan.

"Dan Ackerman, kau seharusnya sudah kembali ke barrakmu, bukan? Ingat, besok kau dan rekan-rekanmu akan menghadapi latihan yang berat–Eren juga tidak bisa berlama-lama disini karena dia juga butuh istirahat (baik fisik dan batin)." Eren mengangguk tanda setuju.

Kali ini giliran Rivaille yang menyeringai-dalam hati-melihat sosok Mikasa yang merasa kalah darinya. Sebelum pergi, Eren memegang lengan Mikasa untuk memberinya semangat.

"Mikasa, jangan lesu seperti itu–besok kita kan bisa ketemu lagi di pelatihan." Hiburnya, membuat mata Mikasa bersinar senang, walaupun nama Eren tidak umumkan tapi, mereka tahu kalau Eren pasti akan ditempatkan sebagai peserta pelatihan. Mungkin karena masih ada yang sedikit tidak percaya dengan Titan shifter belasan ini, cih!

"Kau benar, kalau begitu aku akan pergi ke barrak–jadi kau bertahanlah untuk malam ini saja, ya?" sembari meraih jemari Eren lalu menggengamnya erat layaknya sepasang kekasih yang berjanji akan kembali pulang dari perang.

'Bertahan dari apa katanya?' Batin Eren.

Irvin dan beberapa anggota yang masih di halaman merasa terharu, sementara Rivaille mendecih kesal. Dia tidak begitu menyukai kedekatan Eren dengan gadis bertenagakan monster itu–Hanji yang sudah kembali dari tindihan mesra pintu kantor Irvin mulai menyikut tulang rusuk si Corporal.

"Hehe, kecolongan start, ya…('3') urat di dahi Rivaille menegang.

"Apaan?" tepis Rivaille yang kesal dengan sikutan Hanji.

"Ah, jangan pura-pura bego, maunyaaa–KAU kan? Yang ingin menggengam jemari Eren yang polos itu dan menatap matanya dengan penuh cinta, kau ini tipe suami yang-BUHHHH!?" sebuah sikutan kejam ala Levi yang fabulous mengenai perut Hanji, biar tutup mulut dia.

"Terlalu banyak baca novel percintaan kau." Decih Rivaille meninggalkan seonggokan daging bernama Hanji yang gemetar kesakitan.

"…?" Irvin melihat mayornya yang sedang menungging memeluk perutnya yang disikut Rivaille.

.

.

.

.

.

.


Markas Recon Corps/09:00

Rivaille dan anak buahnya telah kembali memasuki markas mereka, karena sudah menjelang malam terpaksa mereka agak kesulitan untuk meyalahkan lilin di setiap koridor kastil–salahkan Rivaille yang sibuk mengurusi Mikasa yang masih memegang jemari saudaranya itu, kayaknya dia keberatan dengan pemandangan tadi.

"Kalian kembalilah ke kamar masing-masing dan Eren, kau akan tinggal bersamaku untuk mengurusi dokumen ini." Titah Rivaille mutlak, Eren kicep di tempat.

Apakah ini hukuman, karena dia berbicara dengan saudari tirinya? Meskipun dia hanya untuk berucap beberapa kata saja? Oh, ayolah…

Dan disinilah dirinya–Eren Jaeger terjebak di kamar sang corporal sendirian ditemani dengan lembaran kertas yang bertumpuk. Sepertinya jam tidur Eren agak berkurang karena pekerjaan dari Rivaille yang lumayan menguras waktu.

Eren mulai menyortir setiap perlembar kertas karena dia tidak terlalu mengerti apa yang sebenarnya tulisan ruwet cap tulisan dokter yang tercetak jelas di kertas putih yang dipegangnya ini, sementara Rivaille membaca setiap detailnya dan menyetujui beberapa proposal yang terselip di dokumen, sungguh…bagaikan pasangan suami-istri yang kompak.

Tak terasa berjam-jam mereka habiskan berdua, kedua mata Eren mulai agak memberat karena kecapaian dengan tugas bersih-bersih tadi pagi, ditambah menjadi korban perebutan duo manusia tenaga abstark–Dia melihat corporalnya masih dengan keadaan yang sama masih sehat bugar dan tidak ada tanda-tanda kelelahan.

"Anu, Corporal?" panggilnya was-was, membuat sosok coretKUNTETcoret itu mengadahkan kepala ke atas.

"Apa?"

"Apa boleh saya pergi ke bawah untuk membuat kopi? Agaknya saya merasa ngantuk." Eren menatap iris obsidian itu meminta persetujuan. Rivaille menimang-nimang sebentar, memang dia melihat mata Eren dipaksa terbuka untuk melihat tulisan semut di kertas polos ini.

"Baiklah."

Eren yang sudah senang akan titah sang Rivaille yang terhormat beranjak untuk segera keluar–namun sayang, diluar ekspetasi. Kenapa sosok kurcaci tingkat yang kelasnya lebih elit ini ikut dengannya? Kalau mau dibuatkan juga, tinggal bilang kan?

"Sir?"

"Aku cuma ingin memastikan, kalau dapurnya tetap bersih sampai pagi."–Modus, itu cumalah alasan belaka agar dia bisa meninggalkan tugasnya sebarang menit.

.

.

.

Dapur/11:30

Eren dengan berhati-hati nan telaten agar kopi yang dibikinnya tidak tumpah ke lantai yang sudah dipel oleh Rivaille. Kalau sekali cipratan cairan hitam panas itu mengenai ornament tertentu, maka Rivaille akan menyuruhnya membersihkan ulang sekaligus mengepel seluruh dapur.

Buset dah, padahal satu cipratan masa' harus mengepel seluruh dapur?

Setelah kopi yang dibuatkan oleh Eren sudah jadi mereka memutuskan untuk meminumnya di ruang makan, karena takut Eren tersandung oleh tangga dan dia lagi yang akan membersihkan seluruh koridor karenanya– Segalanya serba apes!

Selang beberapa menit, menikmati syahadu kopi buatan Eren. Rivaille sempat memperhatikan bagaimana dengan telatennya anak itu membuatkan kopi untuk berdua, tatapan mata turquoise itu melembut serasa seperti…

Seperti–

"Istri…" celetuknya, namun syukurlah Eren tidak menangkap ucapan Rivaille dia pun menoleh dari cangkir kopinya ke pembuat suara.

"Ada apa, Sir?" Rivaille mengerjapkan matanya, mungkin efek kantuknya membuat dia berkata ambigu seperti tadi. Untung saja bocah sebelahnya ini terlalu POLOS mungkin IDIOT untuk saat ini.

"Tidak…lebih baik kita selesaikan pekerjaan kita dan langsung tidur." Ucap Rivaille memberikan cangkirnya yang sudah kosong untuk dicuci Eren.

Rivaille membuat catatan mental untuk menghajar Hanji habis-habisan–Karena telah meracuni pikirannya tadi siang, nampaknya pecut berduri dan tali tambang yang banyak cukup untuk menghabisi mahluk aneh itu.

.

Hanji bersin-bersin di kamar.

.

Setelah menyelesaikan lembaran dokumen yang tinggal 20 lembar, mereka berdua kembali ke kamar dan tertidur lelap.

Sebenarnya, Cuma satu orang diantara mereka berdua yang terjaga malam itu–memikirkan apa yang hati kecilnya tampung seharian ini.

.

.

.

.

.

.


Hutan pelatihan.

Para prajurit pelatihan untuk misi selanjutnya sudah berbaris dengan sigap mendengarkan instruksi dari pelatih. Mereka akan menggunakan perelatan 3DMG mereka dan masing-masing prajurit akan ditempatkan di daerah yang strategis–Jarak setiap tim berbeda sejauh 50 km agar gas lebih mudah menyebar dan juga menghalangi resiko terkena gas dari rekan tim mereka yang lain. TAPI, mereka hanya latihan dan gas buatan Hanji tidak akan dipergunakan di sesi pelatihan ini.

"Komandan Irvin, Mayor Hanji dan Corporal Rivaille–selamat pagi!" sahutan keras dari pelatih sembari memberikan salute diikuti oleh pesertanya.

"Pagi–seperti yang kalian dengar dari penjelasan pelatih. Kalian hanya perlu berlatih agar terbiasa dengan lingkungan di hutan pada saat misi nanti dan apabila saatnya tiba kalian akan berusaha sendiri dan belajar untuk menggunakan timing yang tepat,"

"Nampaknya cukup mudah." Bisik Connie pada gadis jangkung pemakan kentang, kali ini gadis itu tidak membawa makanan jenis umbi-umbian yang digemarinya, mengingat ada Corporal yang dikabarkannya suka mendisiplinkan bawahannya dengan kekerasaan dan rasa sakit yang krusial.

"Akan ada 3 Tim yang akan menjalankan misi pada tiga hari nantinya–Tim Utama, yang akan menuju bagian tengah hutan, Tim A menuju arah kiri dan Tim B menuju arah kanan."

"Hum, wajar saja Connie. Kita hanya berlatih 3 hari–jadi, kurasa tidak akan terjadi apa-apa." Timpal Sasha semangat dengan penjelasan komandannnya.

"Ada yang masih belum jelas?"

Tidak ada.

"Baiklah, untuk menentukan Tim A dan B–karena Tim utama akan dipimpin oleh Recon Corps, kalian akan diundi dengan kertas ini." Sebuah kotak dengan lubang di tengahnya sudah dipersiapkan.

Satu persatu maju dan mengambil nomor undiannya. Mereka pun membuka lipatan kertas tersebut dan melihat satu alphabet besar yang tercentang.

Tim A, kiri :

Mikasa Ackerman.

Armin Arlert.

Connie Springer.

Jean Kirschtein.

Sasha Brauss.

Tim Utama, tengah :

Rivaille.

Eren Jaeger.

Petra Ral.

Auruo Bossard.

Erd Gin.

Gunter Schulz

Tim B, kanan :

Reiner Braun.

Christa Klein

Bertholdt Fubar.

Ymir.

Annie Leonhardt.

.

.

.

Setelah semua peserta membaca kertas itu, semua bersiap ke posisi masing-masing. Mikasa menyempatkan diri untuk bertemu dengan Eren yang saat ini berada di timnya, masih ada 10 menit–setidaknya dia ingin mengecek keadaan bocah Jaeger dulu supaya dia bisa tenang.

"Eren." Panggil Mikasa, menemukan Eren yang sedang mengadahkan kepalanya ke rimbunan pohon-pohon lebat ini. Tampang takjub kekanak-kanakannya terlihat, sungguh kau bocah.

"Arre? Mikasa, kenapa kau disini? Kau seharusnya di Tim A." Eren kaget melihat APA yang sedang dilakukan saudari tirinya di sini? Semoga saja mereka tidak ketangkapan basah oleh Corporal, bisa-bisa insiden kemarin terjadi lagi.

"Aku mengkhawatirkanmu, apa kau baik-baik saja kemarin?"

"Tentu saja, tidak terjadi apa-apa." Mata Mikasa memicing curiga melihat Eren yang air mukanya agak mengantuk dan untuk mempertambah kecurigaannya, Eren tidak sengaja menguap kecil–menguap karena pekerjaan menyortir beratus-ratus lembar tentunya.

"Eren? Apa kau kurang tidur? Kau menguap."

"Eh?" se-mengantuk itukah dirinya sampai Mikasa bisa memergokinya? Memang Eren baru kali ini merasa lelah.

" Ah, ini karena kemarin– " baru mau menjelaskan sudah disela duluan oleh Mikasa.

"Apakah si pendek itu menyuruhmu melakukan 'sesuatu' sampai kau mengantuk begini?!" nada suara Mikasa naik satu oktaf, memancing para regu Tim lainnya untuk melihat drama persaudaraan-terselubung-ini.

"Kau ini bicara apa, sih? Kemarin malam itu Corporal hanya memberikan 'tugas tambahan' saja–karenanya bagian belakangku jadi sakit semua." Konotasi yang digunakan bocah kencur ini mengundang salah artian, sehingga terdengar pictorial di telinga gadis asia ini. Tak sadarkah dia, ada lebih dari satu atau dua artian dari perkataannya?

AP–?!

"Tugas tambahan?! Apa yang–Keterlaluan si kerdil itu!" Mikasa tersulut sudah emosinya, ditambah melihat sosok yang dibicarakan sedang berjalan kearah mereka berdua.

"Eren, kita haru–" dilihatnya Mikasa sudah ditahan oleh Armin dan Eren–karena hendak mengeluarkan pedangnya–siap untuk mencincang habis si Corporal, Rivaille-nya sendiri cuma mengangkat sebelah alis.

Beberapa kata-kata samar yang dia dengar di ujung sana.

"Mi-Mikasa, kenapa denganmu–! "

"Lepaskan aku Eren, si kuntet itu belum pernah mencoba pedang ini meny–! " samar.

"Mi-Mikasa sabar, jangan–!"samar.

"Aku akan meng–dengan pedang ini lalu, aku akan membuat dia menjadi– "samar.

Dia tidak perlu mendengar kelanjutannya apalagi kalau bagian gadis kurang ajar, apapun itu pasti tidak akan menyehatkan di telinga.

"YO, Riva–UUUMPFFFH?!" Sosok yang sudah lama Rivaille cari untuk membalaskan dendam kesumatnya datang dari belakang dan mendapat hadiah tinjuan. Hanji memegang hidungnya dengan kedua tangan.

APA-APAAN INI?! DIA DATANG UNTUK MEMBERI SALAM, BUKAN UNTUK MENGUNDANG PERTUMPAHAN DARAH!

"Ouch, apa masalahanmu Rivaille?!" sosok figure Rivaille meninggalkan Hanji yang masih gelintangan di tanah.

"Anggap saja sebagai utang yang belum lunas, kacamata." Hanji cengo sebentar.

Alasan macam apa itu, huh?

'Oh, lupakan…sebentar lagi main event-nya datang.'

Ada rencana terselubung dibalik cengiran Hanji yang tertutupi kedua telapak tangannya.

.

.

.

.

.

.

Seluruh Tim sudah mengedepankan wajah ke hutan dengan rute-rute yang ditentukan. Karena ini masih latihan, maka para pembimbing memberikan tanda berwarna merah agar mereka tidak tersesat namun, pada saat misi sesungguhnya nanti para peserta diharapkan untuk mencari rute sendiri.

"Ingat, meskipun hanya sekedar latihan saja, kau harus tetap fokus, Eren." Pesan Rivaille yang memimpin tim utama. Dia harus memberikan perhatian ekstra pada bocah yang diawasinya ini.

"Baik, Corporal!" jawaban mantap Eren.

"Semua sudah di posisi masing-masing." anggukan singkat Petra dkk menjadi jawaban kuat atas pernyataan Rivaille.

Mereka melihat sosok Hanji yang masih cengiran membawa pistol asap, alis Rivaille berkedut–dia tidak suka cengiran Hanji yang terlalu bersemangat itu.

'Apa yang direncanakannya?' Rivaille merasa ada yang tidak beres dengan latihan ini.

"Baiklah, ketika aku menembakan pistol asap ini dan kalian melihat asap hijau artinya kalian segera menggunakan 3D Manuver dan mengikuti tanda merah yang terpampang di beberapa pohon, kalau kalian melihat tanda warna ungu maka di daerah situlah kalian akan menyemprotkan gas itu–tapi karena ini hanya drill saja maka, gas ungunya tidak akan kalian gunakan, kalian hanya perlu menghapal jarak dan posisi kalian. Paham~?"

"BAIK!"

Gema jawaban membuat cengiran Hanji menjadi lebih lebar–oh, betapa Rivaille ingin mendaratkan bootnya ke muka Hanji guna menghapus cengiran maniak itu.

"SIAP~"

Hanji mengangkat pistol di tangan kanannya sementara tangan kirinya menutup sebelah telinganya–semuanya sudah bersiaga menekan alat grappling hook mereka.

"DAN–GOOO!"

DAAAAARRRR!

Gas hijau menguar di langit dengan suara tidak biasa dari pelatuk yang ditarik membuat gema kuat yang agak menyakitkan di telinga–tidak seperti biasanya. Beberapa mengeluh karena bisingnya suara gema pistol tadi yang berlangsung beberapa detik.

Rivaille makin curiga dengan perbuatan Hanji tadi–walaupun pada dasarnya pistol itu memang agak berisik tapi tidak semestinya pistol tersebut menghasilkan suara bising yang menyakitkan. seperti...pistol suara?

'Ada yang salah…' lagi, Rivaille tidak menyukai suasana ini.

SYUUUT!

Namun tali sudah ditembakan dan latihan pun dimulai. Tim Rivaille berlari mencari tanda-tanda yang disebutkan oleh Hanji tadi–tidak menyadari cengiran Hanji yang berada di bawah pohon berubah 180 derajat menjadi seringaian, dengan hati yang senang dia memantau pergerakan tiga tim itu dengan teropongnya bersama kedua rekannya Irvin dan Mike.

.

.

.

Tim A

Mikasa dan rekan-rekannya sudah bergerak selama 20 menit tanpa ada masalah, karena latihan ini tergolong level mudah–connie dan Sasha, dua partner criminal itu saling bercakap-cakap kala mengisi kebosanan.

"Hey, Sasha!"

"Apaan Connie?"

"Setelah latihan ini selesai, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Connie luar dari langit biru, membuat Jean tergoda untuk mengisengi si Botak dan si Gadis Kentang.

"Oi, Connie–kenapa kau bertanya seperti itu? Jangan-jangan ajakan kencan setelah latihan, ya?" godanya membuat semburat merah sukses terlihat di pipi Connie.

"Diem kau Jean, aku cuma ingin mengisi kebosananku, makanya aku mengajaknya berbicara!" elaknya.

"Halah, bilang saja kalau mau kencan–selama ini 'kan kalian kemana-mana berduaan mulu, kalian memang cocok, kawin sana HAHAHA!"

"ASEM!" sumpah serapah segera meluncur dari mulut Connie, sementara Sasha agak salting mendengarnya.

"He-hey, kalian berdua jangan–AKH?!" Armin terkejut melihat gas pendorong yang berada di kanan-kiri celana Jean menguar, sepertinya gas tangkinya bocor–tapi yang membuat Armin memucat bisu adalah gas yang keluar itu bukannya berwarna putih seperti umumnya tapi…

UNGU

"Je-Jean, ada gas ungu keluar dari tangkimu!" Mikasa dkk yang berada di depan terbelalak kaget.

"A-APA?!"

"KENAPA BISA?!" pekik Sasha yang berpeluh keringat.

Benar saja, sekarang gas milik Jean mengudara dengan warna ungu mencurigakan, wajah seputih taplak meja yang sering dicuci Sparta oleh Rivaille sudah tercermin jelas di muka semuanya.

"WUAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHH!"

Jeritan tidak orthodoks ala Connie berkolaborasi dengan Jean menggelegar, membuat berbagai jenis burung yang menghuni hutan itu terbang kalang-kabut.

.

.

.

Tim B

"WUAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH!"

Echo tidak jelas tertangkap di telinga tajam Reiner, dia segera menoleh ke rekan-rekan yang berada dibelakangnya, memberi tanda untuk berhenti sebentar–Tim Reiner mendarat di beberapa cabang pohon, rapat Tim dadakan pun dimulai.

"Apa kalian dengar yang tadi itu?" anggukan canggung menjawab pertanyaan Reiner.

"Seperti…suara Connie dan Jean…" Annie menebak sembari menoleh ke arah lokasi Tim A berada.

"Apa mereka dalam masalah!" Christa mulai kahwatir dengan teman seangkatannya.

"Ah, paling si bodoh Connie melakukan sesuatu yang membuat Jean ikutan kena getahnya. Kau terlalu kahwatir, Christa." Ymir dengan santai menyimpulkan.

"Semoga saja, meskipun kita hanya menjalani latihan bukan berarti kita bisa lengah." Ujar Reiner mengingatkan dengan wajah bijak, dia menyilangkan tangannya.

"Dan juga, banyak hal yang tidak kita ketahui tentang hutan ini…" Annie melihat sekelilingnya–hutan yang diam.

Bertholdt kemudian melihat sesuatu yang aneh dari tangki gas ketuanya itu.

"Reiner…itu…" tunjuk Bertholdt melihat gas bocor yang ambigu itu makin terlihat jelas warnanya–warna yang sama dengan gas yang pernah diperlihatkan komandan mereka kemarin.

GAS UNGU

"APA?! I-INI– "

Muka Tim Reiner memucat dan berpeluh keringat dingin melihat gas yang terasa familiar itu dan singkatnya, suara yang sama dari Tim A terdengar kencang.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRGHHHHH!" jerit seriosa Reiner dkk.

.

.

.

Sementara di pos Hanji, Mike dan Irvin.

"Huehehehe…luar biasa~"

Hanji sudah cekikikan menahan tawa nista ketika dia mendengar suara yang diharapkannya terjadi, plus dia tidak sabar apa yang akan terjadi dengan Tim utama yang dipimpin si kuntet–saat Irvin dan Mike menatap heran ke Hanji, dengan spontanitas si ilmuwan itu kembali tersenyum diam tanpa arti.

'Hehe...kali ini main feast-nya~' cengiran yang membutakan makna terlihat lagi.

.

.

.

Tim Utama :

Insting soldaritas yang peka milik Eren bergejolak– karena sudah beberapa tahun menghabiskan pelatihan militer bersama teman-teman seangkatannya, ia merasakan sesuatu yang aneh, dia segera memanggil Corporal-nya.

" Corporal, ada yang aneh!" Rivaille menoleh ke belakang tepat dimana Eren mengikutinya.

"Apa yang ingin kau katakan, Eren?"

Eren agak takut mengemukakan spekulasinya, mungkin dia hanya berhalusinasi saja–dengan faktor kurang tidur semalam.

"Bu-bukan apa-apa, maaf Corporal…" Eren segera mengurungkan niatnya, saat Petra menyadari bahwa ada yang salah dengan gas pendorong yang dikeluarkan oleh kedua lelaki yang berada di depannya saat ini, mata gadis berambut coklat madu itu membelo.

"CORPORAL, EREN–GAS PENDORONG KALIAN!" Petra memekik panik ditambah Auruo yang tidak sengaja keinjek lidahnya dengan gigi.

"Apa?!" Rivaille melihat gas putih pendorong 3DMG miliknya berganti warna aneh–warna yang akan masuk ke dalam daftar yang berisikan segala hal yang dia benci dan dia tau siapa yang melakukan semua ini.

HANJI KEPARAT!

Tangki gas pendorong miliknya dan Eren retak.

Tapi, bagaimana bisa? Rivaille selalu merawat sendiri gear miliknya dan tidak akan membiarkan semua bawahannya termasuk Irvin yang menjadi atasan untuk menyentuh peralatan miliknya, kecuali ada yang sudah bernai mengantar nyawa untuk mengutak-atik gear-nya.

Wajah Tim Rivaille sudah memucat, mereka tidak mengetahui konsekuensi yang akan terjadi jikalau mereka menghirup gas biadab ini, dengan segera Petra dan ketiga rekannya menutup dua alat pernafasan mereka–hidung dan mulut.

Rivaille mendecak marah karena dia yang paling menghirup gas lebih banyak.

"Ingatkan aku untuk mengubur Hanji sampai hanya kepalanya yang tersisa!" sudah kalap si Rivaille.

"Co-Corporal, pipimu memerah?!" Eren menunjuk.

"Ah?! Hanji, kau benar-benar…" Rivaille yang tidak sengaja melihat wajah Eren entah kenapa hatinya serasa berdebar melihat sosok bocah ini menjadi sangat feminim beberapa hari belakangan ini.

WAIT, FEMINIM?!

"Co-Corporal?" Eren memanggil namanya kahwatir tapi di telinga sang-perjaka-maha-pendek suara Eren terdengar aneh dan unyu? Otaknya agak konslet.

.

.

.

Hanji sudah menepuk-nepuk permukaan tanah sembari menungging tertawa, Irvin dan Mike yang sudah sedari tadi memantau 3 Tim yang ketiban sial dengan teropong masing-masing cuma bisa diam dan menunggu hasil akhirnya nanti.

"Oh…" Irvin yang mengerti hanya bisa menepuk jidat.

"Kuharap kau siap membayar mahal setelah ini selesai, Hanji Zoe." Mike memperingatkan namun Hanji sudah ileran dengan memegang perutnya yang sudah kesakitan karena tawa habis-habisan. Peringatan Mike sudah tidak diindahkannya lagi.

"Omong-omong, kalau gas itu terkena oleh manusia apa yang terjadi?" Tanya Irvin yang sudah tidak perlu melihat tampang sangar anak buahnya yang terjebak oleh prank Hanji–berbeda dengan Mike masih fokus dengan teropong di tangan.

"Mereka…tidak buta seperti yang dikatakan Hanji, tapi entah kenapa wajah mereka semua seperti…merona?"

Hening…

Irvin dan Mike memelototi sosok mahluk tak jelas gender-nya ini.

"Hanji, katakan! Bahan apa yang kaupakai untuk membuat gas absurd ini!?" Irvin dengan panik tingkat dewa, mengguncangkan kedua bahu Hanji.

"Ahahaha… yaaa, kau tahulah, barang 'ini' dan 'itu'…" Hanji masih sesegukan, tidak mau membeberkan kandungan yang terdapat di gas itu–karena tawa besarnya itu tadi, secara rifleks Irvin menjatuhkan Hanji kembali ke permukaan tanah.

Tuhan, kuatkanlah mereka… terutama si iblis kecil yang saat ini sedang bergumam kata-kata kutukan.

"Mike, segera panggil tim medis dan regu penyelamat." Mike mengangguk dan segera menuju tenda medis, sementara Irvin mengerek tangan Hanji untuk membawanya ke hutan.

"Kau tahu apa yang akan terjadi jika Rivaille mengetahui kejahilanmu ini?" Irvin menoleh sebentar dengan sebelah alis terangkat.

"Kurasa begitu." Hanji mengelus pelan bokongnya yang mencium tanah.

Irvin hanya menggeleng kepala menunggu Mike dan bala bantuan datang.

.

.

.

.

.

.

Tim A :

"Ba-bagaimana ini?!" Jean sudah dilanda panik tingkat brutal.

Mikasa dan yang lain menjaga jarak agar tidak mengendus gas terkutuk buatan si kacamata.

"Jean, usahakan untuk tidak mengeluarkan terlalu banyak gas pendorongmu!"

"Bagaimana bisa KAMPRET? Aku terbang memakai gas juga, kan?!" Jean memekik autis, sehingga Sasha harus meng-adjust ulang pendengarannya yang seperti mendengar Jean teriak bagaikan banci lagi dirazia oleh polisi.

Mikasa melihat raut wajah Jean yang berangsur-angsur berubah–apa itu rona merah?

"Jean, berhenti menghirup gas itu!"

"E-eh?"

"Gas itu–ada yang aneh dengan gas itu!" Mikasa segera melilitkan kedua indera pernafasannya dengan syal merah–dia berjanji akan memeluk saudara tirinya yang sudah memberikan syal ini.

Armin yang korektif segera melompat ke samping Mikasa.

"Kelihatannya hanya tangki gas milik Jean yang rusak." Armin menyimpulkan hipotesanya, Mikasa pun berpikir demikian karena hanya miliknya dan yang lain nampak biasa-biasa saja.

"Tapi…kenapa bisa?"

Belum selang beberapa detik Connie kembali menjerit ibarat terkena penyakit epilepsi.

"JE-JEAN! MENJAUH DARIKU, APA-APAAN KAU!" Mikasa dan Armin menoleh ke sisi kanan mereka dimana mereka melihat pemandangan sangat tidak sedap dimata.

Connie sedang dikejar-kejar oleh Jean yang sudah kehilangan akal sehat.

"Kenapa dengannya?" Sasha mulai takut–Jean tidak seperti biasanya, matanya berkilat-kilat nafsuan dan... apa barusan itu tadi air liur yang menetes?

CUKIMAY!

Mikasa sudah tidak bisa menahan diri, dia meluncur dari arah belakang Jean–yang masih belum merasakan aura mencekam dan menghantam tengkuk Jean dari belakang menggunakan ganggang bawah pedangnya.

DAKKKK!

Jean ambruk di bawah tanah dengan mata memutih, tidak sadarkan diri.

Mikasa dan yang lain segera turun ke tempat pria berdarahkan prancis yang malang itu terjatuh–mereka mengelilinginya bagaikan penduduk massal menangkap maling sempak dan berusaha mengumpulkan beberapa kesimpulan yang mereka dapat.

"Apa yang terjadi? Sesaat sosok Jean seperti binatang melihat makanan saja?" Sasha menyentuh kepala Jean dengan ranting kayu yang dipungutnya.

"Apa mungkin Tim Reiner mengalami hal yang serupa?"

"Mungkinkah efek dari gas ini bukanlah mengacaukan penglihatan, tapi malah mengacaukan konsentrasi kita?"

"Apapun itu, sebaiknya kita segera menuju Tim utama dan memberitahukan apa yang terjadi…" hanya saran Connie-lah yang bisa diterima saat ini.

"Ayo!" semua mengangguk paham dan melesat kembali meninggalkan Jean yang malang.

Selang beberapa jam setelah kepergian Tim A yang masih tersisa–Irvin dan regu penyelamat menemukan sosok Jean yang masih tidak sadarkan diri.

"Medis, segera evakuasikan Kirschtein, kami akan menuju rute tengah." Para medis dengan sigap mengangkut tubuh Jean dan kembali ke pos mereka.

"Wah–Kirschtein ambruk duluan, ya?" Hanji Cuma menyeleweng senang.

'Sama sekali nggak insyaf!' Irvin dan regu penyelamat mengeleng kepala, memperhatikan gelagat rekan mereka ini.

.

.

.

Tim utama :

"Corporal?" Eren mulai agak takut melihat sosok Rivaille yang menatapnya lekat-lekat.

"Petra… tangki kalian tidak ada kerusakan, bukan?" Rivaille menundukan kepalanya, wajah teflonnya tidak terlihat karena bayang-bayang poninya.

"I-iya, Sir?"

"Segera temukan Tim A dan Tim B, konfirmasikan pada kedua Tim kalau latihan ini cumalah prank dari Hanji!" perintah Rivaille tidak terelakan lagi, sorot mata predator siap dipancarkan pada siapa yang melawan, Petra yang ingin protes seperti biasa cuma mingkem.

"BAIK, SEMUANYA BERPENCAR!" Petra dan ketiga rekannya menghilang menuju arah berlainan.

Sekilas terdengar soundtrack "Shingeki no Kyojin OST 11 Megata Kyojin Kuchiku" terdengar…

"Sekarang tinggal kau dan aku, Eren…" Rivaille menyipitkan matanya sengit.

Gulp

"Ap-apa yang anda rencanakan, S-Sir?" Eren meneguk ludah, Rivaille sudah tidak bisa terkontrol lagi–dia menarik lengan Eren dan membawanya jauh ke dalam hutan.

"Corporal, ki-kita mau kemana?!" wajah Eren merona karena terlanjur menghirup sedebit gas beracun seperti halnya Rivaille.

"Ke tempat yang jauh untuk menyelesaikan 'masalah' kita berdua." Eren melotot tidak percaya.

SEMPAK ZEUS BOLONG SEBELAH!

MASALAH? MASALAH APA?!

Okay, seseorang tolong selamatkan Eren!

.

.

.

Tim B :

"Reiner…g-gas pendorongmu!" Christa sudah panik ma-ma-mia dengan cepat Reiner melepaskan peralatan gear-nya–membiarkan jatuh ke tanah dengan bunyi dentuman yang agak keras.

"Jadi…apa yang harus kita lakukan? Sudah jelas, latihan ini gagal total." Ymir berkacak pinggang, frustasi.

"Kurasa bukan hanya Tim kita yang gasnya kebocoran, sesaat kita mendengar jeritan Tim Connie–jadi, mungkin saja mereka mengalami hal yang sama namun lebih awal." Reiner menjelaskan sambil menyilangkan tangan.

"Datang…" Annie yang sedari tadi berdiam diri mulai angkat bicara.

SREKKK

"Siapa itu?!" sosok bocah botak dengan beberapa wajah yang dikenal menyelonong dari dedaunan pohon.

"Tim A?!" Bertholdt terkejut bukan main dan agak tersenyum lega, kirain Titan lewat.

"Kalian cuma berempat? Mana Jean?" Tanya Ymir heran dengan jumlah genap ini.

"Gas tangkinya bocor dan dia kehilangan kesadaran karena aku memukulnya hingga pingsan." Mikasa yang bertanggung jawab langsung mengaku.

"Err…kenapa kau melakukan hal itu?" Reiner penasaran dengan kenyataan Jean pingsan cuma karena gasnya bocor.

"Dia mendadak jadi aneh dan mengejar Connie tanpa alasan…" lanjut Mikasa menoleh korban incaran Jean.

"HUH?!" semua ikut berpaling ke sosok biksu tongfang yang agak salting, dia tidak dapat berkata apa-apa.

"Apa? Aku tidak tahu apa-apa, yang kutahu dia mengejarku seperti serigala kepepet mau kawin!"

"HUE?! Serigala kepepet kawin, katamu?" ulang Reiner belum mengerti dan dijawab dengan anggukan dari Connie– seketika ekspresi Armin yang mangap berubah seperti baru mendapatkan pencerahan.

"Semuanya…" Armin dengan muka agak memucat mengundang selera penasaran Tim yang lain.

"Sepertinya, aku sudah mengetahui gas apa ini–juga kenapa tangki gas Reiner dan Jean rusak."

.

.

.

Tim Petra dan Auruo :

"Kemana perginya Tim A? Sudah lebih dari sejam kita menelusuri hutan ini." Auruo sudah mendecak sebal mencari berkali-kali menelusuri hutan.

"Seharusnya kita sudah sampai di bagian Tim A…apa mungkin mereka sudah mengetahui kebocoran gas ini dan bermaksud untuk pergi memberitahukan Tim yang lain?" Petra berspekulasi dengan teori buatannya.

"Kalau itu benar, maka mereka akan pergi antara ke Tim Utama atau Tim B…"

"Ayo, kita harus bergabung dengan Erd dan Gunter." Petra segera menembakan talinya ke pohon sebelahnya untuk membuat tikungan tajam.

.

Tim B :

"Sepertinya kita sudah dekat dengan Tim B." Erd melihat beberapa bekas tusukan grappling hook milik Tim Reiner, yang artinya mereka tidak salah.

"Erd, lihat–Tim A dan Tim B!" Gunter menunjuk kumpulan peserta trainee sedang bertengger di beberapa cabang pohon.

.

.

.

Tim A dan B :

"Kalian semua dari Tim A dan B, bukan?" teriak Erd yang beberapa kilometer lagi akan sampai di tujuan.

Mikasa yang melihat dua sosok yang dikenalinya sebagai orang yang mengawasi Eren, sontak teringat saudara tercintanya itu.

'EREN!'

"Armin… aku akan pergi ke bagian Tim Utama, kau jelaskan situasi barusan ke mereka berdua."

"Mi-Mikasa?" tanpa mendengarkan sahutan Armin, Mikasa langsung melesat memasuki hutan bagian tengah meninggalkan krunya.

"Ada apa ini? Kemana Ackerman pergi?" suara tepakan boot milik kedua anggota Recon Corp mengalihkan sudut pandang Armin dan yang lain.

"Mikasa sedang menyusul Tim Eren…" Erd dan Gunter mangap di tempat.

"Sarap…" rutuk Gunter.

"…?"

"Sebenarnya…" Erd mulai menjelaskan sebagian besar dari yang mereka ketahui saat ini.

Setelah beberapa menit selesai mencerna informasi yang baru diberikan, sepasang mata bervariasikan warna milik Tim campuran itu membesar tak percaya, selama ini mereka dikerjai oleh si maniak scientis Hanji itu?

SREK SREK

"Semuanya, kalian ada di sini?" Petra dan Auruo keluar dari semak-semak dan sesuai dugaan, mereka menemukan Tim yang hilang tersebut.

"Petra, Auruo….apa kalian tadi sempat berpapasan dengan Ackerman?" gelengan kepala dari keduanya cukup menjadi jawaban.

"Tidak? Ada apa sebenarnya?" Petra merasa ada yang tidak lucu dengan jawaban Erd dan rekannya, keduanya baru membuka suara untuk berbicara.

"Nampaknya kalian sudah mengetahui rahasia mengerikan di balik gas Hanji…" sapa suara yang mereka kenal.

"ANDA?!"

.

.

.

Mikasa memperhatikan beberapa lubang bekas tusukan grappling hook milik Tim Utama, dia di arah yang tepat.

"Eren…semoga kau baik-baik saja!" gumamnya dengan kekahwatiran kadar berlebih, dia teringat dengan penjelasan Armin beberapa saat lalu.


Bagian sebelum Erd dan Gunter datang :

Armin mulai menyuarakan pendapatnya ke telinga teman-temannya.

"Apa maksudmu Armin?" Tanya Reiner.

"Begini, seperti yang kalian lihat dan apa yang Connie katakan tadi–sepertinya Hanji-san tidak serius mengatakan gas ini untuk mengacaukan indera penglihatan melainkan untuk mengacau konsentrasi berpikir kita."

"Seperti sedang berhalusinasi maksudmu?" Annie berusaha menyederhanakan penjelasan Armin.

"Un, Jean sempat menghirup gas tersebut karena miliknya yang rusak terkandung gas ungu itu ditambah dia tidak sengaja melihat Connie karena mereka sedang berbicara tadinya–maka sepertinya Jean melihat sosok Connie itu seperti objek fantasinya…" jabarnya.

OMAIGAY!

Connie langsung merinding di tempat seraya memeluk dirinya, Reiner dan Bertholdt sudah memucat – andaikan Reiner juga sempat menghirup gas absurd tadi, Bertholdt yang malang tidak akan mendapat kesempatan.

"Terus…kenapa tangki Jean bisa rusak?" Tanya Ymir.

Armin menatap ke bawah, tepat di mana Reiner menjatuhkan peralatan gear-nya.

"Reiner…apa gas tangkimu sudah habis?" si pemilik melihat ke bawah dan ikut berpikir sebentar.

"Kita sudah berlama-lamaan di sini, jadi seharusnya gas di dalam tangki itu sudah habis, kenapa?"

Armin dan Mikasa segera turun ke tanah dan menginspeksi bentuk tabung gas Reiner.

"Tepat seperti dugaanku…" Reiner dari belakang juga ikut menyimak, ketika Armin mengetuk-ketuk tangki gasnya.

"Ini…" Armin mengangkat satu tangki milik Reiner dan diperlihatkan ke semua regu.

"Tangki ini terbuat dari kaca beker…" jelas Armin memecah rasa penasaran mereka.

"Kaca ini retak karena sesuatu, kalau Reiner tidak sengaja menghantamkan tangkinya sembarangan maka kaca ini sudah hancur berkeping-keping…" Annie melihat bagian ujung akhir dari tangki kaca itu.

"Benar, sesuatu yang keras tapi samar cukup membuat kaca ini retak."

"Apa itu? Apa mungkin ada yang seperti itu?" Connie tidak mengerti dengan cara kerjanya kaca itu retak.

"Banyak cara agar kaca beker bisa pecah, kau bisa memasukan cairan panas yang melebihi takaran sehingga kaca beker tidak kuat menahannya atau dengan suara gema yang ber-resonansi kuat…"

"Apa ada yang seperti itu? Tidak mungkin kalau si scientis psycho itu memasukan sesuatu yang panas ke tangki Reiner dan Jean, bukan?" Ymir masih belum paham.

"Ettou…apa kalian mengingat sesuatu sebelum kita melakukan pelatihan ini? " Armin berusaha mengingatkan temannya, siapa tahu ada yang mereka lewatkan tadi.

"Ah, suara pistol yang ditembakan Hanji-san tadi…" Christa mengulas kembali ketika mereka menunggu aba-aba dari Mayor mereka itu. Si genderless itu menekan pelatuk pistol asap dengan penuh cengiran lebar, lalu suara aneh yang mengema di gendang telinga membuat indera pendengaran agak sakit.

"Mungkinkah…?" Mikasa menimbang-nimbang sebentar dengan jawaban Christa.

"Benar juga, suara yang bising tadi! Itu cukup keras untuk meretakan sedikit kaca beker!" Armin nampak antusias dengan teka-teki ini.

"Berarti ini sudah jelas…kita dikerjainya habis-habisan." Ymir mulai memasang tampang haus darah.

Hening…


Setelah mendengar penjelasan flashback tadi, Mikasa mengeratkan pegangannya ke syal merah itu, berharap Eren tidak kenapa-kenapa.

Bertahanlah, Eren.

.

.

.

.

.

.

Tim Rivaille dan Eren :

Sudah empat jam, semenjak kedua lelaki ini berjalan menelusuri hutan tak menentu. Eren merasa tubuhnya agak aneh, pikiran tidak bisa diajak untuk berkompromi.

Sementara Rivaille berusaha menahan diri untuk tidak meluapkan semuanya ke bocah pernaungannya ini.

"Co-Corporal…kita sudah jauh dari batas…" cicit Eren tidak terdengar, betapa kencangnya mereka melesat dengan gas pendorong yang sudah rusak ini. Sampai-sampai tulang leher Eren mau dislokasi rasanya–karena tekanan udara maha dashyat.

"…" Rivaille masih melesat sambil menarik pergelengan tangan Eren, tanpa sadar gas keduanya sudah mulai habis–otomatis mereka limbung menghantam pohon besar di depan.

BRUKKK

Mereka terjatuh dan mendarat dengan posisi tingkat dewa "Oww…" erang Eren kesakitan namun tergantikan rasa terkejut hebat melihat tubuh Rivaille di atas tubuh agak ramping bocah berdarahkan jerman ini, pose yang sungguh mengundang tanda tanya.

"Kacamata bastard... akan kupastikan neraka tidak cukup untuk dia pulang nantinya…" Rivaille mengumpat dan tidak sengaja melihat ke bawah, sungguh langkah yang salah!

ASTAGAY!

Sosok pasrah ditemani mata sayu dan muka memerah padam, peluh terlihat di wajah bocah ini–entah kenapa, Eren yang berada di bawahnya ini terlihat manis dan…menggiurkan?

Kedua tangan Eren berada tepat di sisi kepalanya–sedangkan sikut Rivaille menyentuh tanah bagaikan posisi push-up tidak sempurna, sebenarnya Eren bisa saja bergerak menyingkir duluan tapi karena tubuhnya sudah terlanjur terkena gas beracun Hanji, salah bergerak saja membuat friksi tidak menyenangkan.

Deruhan nafas tersengal-sengal dan perut terasa mengelitik ini, semua orang tahu sensasi ini–karena itulah Eren berusaha untuk tidak bergerak banyak.

"Corporal… bisa anda minggir?...anda berat." Eren serasa ingin menangis di tengah ke-ambiguan ini.

"…Tidak bisa, tali maneuver-ku jadi kusut karena terjatuh tadi." Kedua mata Eren mengecil bagaikan sebuah dua titik di wajahnya. ('_')

Eh? Jadi maksudnya…

KITA TERJEBAK, BEGITU?!

DENGAN TALI YANG KUSUT, BEGITU?!

DI HUTAN YANG TIDAK JELAS DI ANTAH-BERANTAHNYA, BEGITU?!

'KAMPRET, BAGAIMANA INI? BELUM LAGI KAMI JATUH POSISI NISTA KAYAK GINI, APALAGI GAS SIALAN BUATAN HANJI-SAN MALAH BIKIN SEGALANYA JADI LEBIH BURUK!' Eren berjerit ria kolosal.

"Sudah, mau bagaimana lagi…aku akan bilang Irvin itu bodoh kalau dia tidak menyadari kejahilan si laknat satu itu, Irvin pasti sudah mengetahui rencana Hanji dan sedang mencari kita…" muka Rivaille jadi kusut, sekusut kain pel di kamarnya.

"O-oh…begitu, ya?" Eren bernafas lega–baiklah, dia akan bersabar menunggu regu penyelamat datang.

Karena tubuh yang sudah terkontaminasi dengan racun semerbak milik Hanji yang mulia, Eren memutuskan mengulur-ulur waktu dengan melihat sekelilingnya asal bukan di wajah Corporal-nya ini, terlalu beresiko.

'Ah, ada anak rusa manisnyaaa.' Eren berusaha menghibur diri berbeda dengan Corporal-nya yang malah tiba-tiba menyeletuk aneh.

"Eren…sebenarnya di matamu Ackerman itu apa?"–loh, pertanyaan kesasar darimana itu? Kenapa tiba-tiba…dalam hati Eren mulai bertanya dengan ke mana arah percakapan si KUNTET ini.

Belum beberapa menit, si Corporal sudah bikin ulah.

"E-eh? Kenapa saat seperti ini anda malah…" Rivaille makin menurunkan wajahnya menghadap muka merah itu, hingga beberap centi lagi jadilah sudah–sungguh, kalau saja keadaannya berbeda pasti Eren akan menjotos muka Rivaille saat ini juga!

"Jawab saja…" menuntut banget kau, tinju'nih?–Eren mendelik.

"Bagiku Mikasa itu seperti saud– "

"Tapi menurut Ackerman TIDAK, Eren." Potong Rivaille pedas–tidak setuju dengan argument Eren, seolah-olah Eren adalah gadis yang tertuduh selingkuh dari Rivaille, yang dibantah mengerenyit alis–sudah ke berapa kalinya di fic ini ucapannya disela terus?

Ck, Eren mulai frustasi besar-besaran dibuatnya, sebenarnya maumu apa sih, Heichou?

"I-itu kan menurut pemikiran saya…" Eren memalingkan wajahnya.

"Tapi itu menurut pemikiran Ackerman, ia tidak menganggapmu seperti itu, lihat ke sini!" Rivaille yang sempatnya meremas pipi tembem Eren ke arahnya–siaga satu, siap!

Eren memutuskan untuk segera menyingkir dari tempat dia bersandar dan karena terlalu tergesa-gesa, yang tidak diharapkannya terjadi sudah–Eren membabi-buta bergerak, kencangan tali kusut Rivaille membuat tubuh dua insan itu makin terjebak, alhasil…

"Haa-aakh?!"

MAMPUS!

"Tadi itu–suaramu, Eren?" desahan Eren membangkitkan 'sesuatu' yang terasa kripto dalam Rivaille.

"Bu-bukan, ta-tadi itu…" Rivaille mengeratkan tali maneuver-nya makin kencang, membuat Eren mengerang kesakitan.

"A-aaahhn…" ANJIR, MALUNYA!

"Itu sudah jelas suaramu, Eren…" Rivaille bersuara bangga ketika mengatakannya.

KAMPRET, JANGAN CARI GARA-GARA, YA! Dalam hati Eren sudah berubah menjadi Titan–buat apaan Corporal-nya melakukan ini semua, coba? Si Rivaille ini makin menyakitinya karena butuh kepastian yang tidak jelas.

"Ah-hah…haaa–Co-Corporal…sakit…" mata Eren sudah berlinangan air tapi malah diambil sudut pandang yang salah oleh yang berada di posisi atas.

[Apa yang Rivaille dengar dan lihat :

"Ja-jangan…aaah…terlalu…uungh ke-keraaahhnn…no-no more-ahh…" Eren menutup kedua matanya tersipu malu, mulutnya terbuka sehingga sedikit saliva segaris melewati pipi ke batang lehernya.]

[Tapi (garis bawahi itu)apa yang sebenarnya terjadi :

"JANGAN KERAS-KERAS, SIALAN AKKKHHH! KUBILANG JANGAN LAGI!" Eren mengeleng-geleng kepala dengan kaki menendang-nendang ke segala arah, sensasi yang serasa sensasional itu menghilang dalam sekejap tergantikan rasa panic menjebol ukuran tensi meter.]

Salah total, memang.

DEG

"Eren…aku tidak bisa menahan diri…lagi." Kedua mata pemilik orb turquoise itu serasa ingin lepas dari tempatnya dan ingin berteriak 'Homina Homina'.

KAMVRET!

Eren makin mengamuk–dalam hati Eren sudah menyusun rencana untuk menyundulkan kepalanya ke kepala Rivaille apabila Corporal-nya ini sudah nekat bertindak jauh.

"He-Heichou…aku yakin kau bisa menemukan di dalam hatimu untuk menahan diri…" Entah dia tidak bisa menahan diri dari apa gumam Eren tidak kedengaran.

"Aku akan melakukannya disini…" suara Eren hanya menembus lubang telinga Rivaille, dia sudah berganti sifat akan melakukan sesuatu yang bisa membuat rate fic ini naik menjadi MA-21 dan BDSM tersembunyi.

"DAFUG– ?!" Eren menganga di tempat.

TSK, Eren tidak diberikan pilihan lain–baru saja dia bermaksud untuk menyundulkan kepalanya.

SLASH–

Suara pedang terayunkan dan memotong tali maneuver yang mengikat dua sepasang insan itu, Eren menatap di balik punggung Rivaille dan melihat sepasang mata merah menyala karena amarah tak terbataskan.

MIKASA…

"Mi-Mikasa…kau datang." Eren bisa bernafas lega sekarang, mereka selamat–koreksi, Eren selamat.

Saudarinya itu memandang sosok yang tidak mau menyingkir dari objek afeksi-nya, mata Mikasa sudah menghitam pekat–tak ada cahaya putih menembus orb onyx miliknya.

"Corporal, tolong minggir…" Mikasa masih bersikap sopan karena mereka berdua masih terkena pengaruh gas buatan Hanji–jadi kiranya dia bisa memberi sedikit kelonggaran. Sedikit.

Tak ada respon dari sang Corporal, Mikasa yang tidak sabar, menyepak tubuh itu agar menjauh dari Eren–tapi kakinya ditahan oleh tangan Rivaille yang kuat itu, ada perlawanan juga rupanya.

"Ackerman… kau berani menyepak atasanmu?" desis Rivaille, auranya tidak bersahaja–dia melupakan hasrat terselubungnya dan digantikan oleh nafsu bertarung ketika melihat Mikasa.

Gadis itu menangkap maksud pelototan si Corporal, suara tabuh genderang tanda pertarungan tumpah darah akan dimulai.

Sekali lagi suara soundtrack "Shingeki no Kyojin OST 10 E.M.A" terdengar sebagai latar pertarungan…

"Kau ingin menyelesaikan yang kita tinggalkan waktu itu, pendek?" intonasi sopan yang biasanya digunakan Mikasa hilang sudah, percuma saja kalau mau berbicara sopan dengan sosok ini.

"Ka-kalian berdua hentikanlah!" Eren bermaksud melerai tapi kedua tangannya (lagi) digengam kuat.

"Lepaskan tanganmu, Eren akan ikut bersama denganku." Mikasa dengan melotot ke muka Rivaille.

"Kau yang lepaskan Ackerman, Eren akan disini bersamaku, period." Rivaille ikut membalas pelototan Mikasa dengan sengit.

Eren kicep mati rasa.

"Tunggu kalian bertiga!" suara ini…

IRVIN!

Sontak saja ketiga orang itu melihat sosok Irvin bersama regu penyelamat dan tidak lupakan Armin beserta regunya datang menghampiri.

Oh, terpujilah dirimu Komandan Smith!

"Syukurlah…Eren, kau baik-baik saja." Armin segera memeluk sahabatnya itu.

Sementara Petra dan ketiga rekannya segera menemui Corporal mereka, tidak ada semburat merah lagi.

"Syukurlah, anda baik-baik saja…" Rivaille celingak-celinguk seperti mencari sesuatu atau seseorang tepatnya. Petra dan yang lain ikutan bingung.

'Kalau Irvin dan yang lain ada di sini berarti…'

"Ada apa, Corp–?"

"Mana HANJI?" penekanan tepat dinama Hanji terdengar jelas, semua segera menolehkan kepala ke sosok berambut kucir coklat tengah memeluk Eren–merindukan sosok Titan yang mengambil hatinya.

"Ah…" Hanji yang tidak sadar dia sedang membelakangi sosok berbahaya yang mampu membumi-hanguskan dirinya saat ini.

GULP...

"Hanji Zoe…" mata Rivaille sudah berkilat-kilat amarah, semua yang berada di tempat kejadian perkara hanya bisa maklum saja–diantara semua peserta, Rivaille-lah yang paling menderita, bukan? Jadi biarkan saja dia mengamuk sepuasnya.

"AMPUNI HAMBA, YANG MULIA RIVAILLE! HAMBA JANJI TIDAK AKAN MENGULANGINYA, LAGI-AAAAAAAAAAARRRGHHHH!"

Sigh…

Hanji sudah siap membayar mahal untuk semua kejahilannya.

.

.

.

Tiga bulan kemudian…

.

.

.

Tiga bulan berlalu setelah insiden di hutan, semuanya kembali normal. Hanji sudah tidak mencari masalah lagi–dia dan Irvin 'agak' diceramahi oleh petinggi atas keteledoran dan keisengan yang mesti diukur-ukur juga.

Irvin belajar dari kesalahan untuk tidak sepenuhnya membiarkan Hanji bereksperimen sesuatu yang tidak beres, sedangkan Hanji belajar bahwa menggoda Rivaille sampai batas tertentu akan membuatnya menjadi babak belur.

Semua sudah berjalan seperti biasa saja, akan tetapi Connie jadi terlihat agak sensi dengan Jean belakangan ini, meskipun si pelaku pengejar terkena pengaruh gas absurd .

Connie hanya meninggalkan segudang pertanyaan 'kenapa?' dari pria berambut coklat keabuan itu–padahal kalau kasusnya Jean juga agak sama dengan Connie, dia mulai agak gusar kalau berhadapan sosok yang selalu bareng kedua sahabatnya itu.

Wajah itu tergiang terus di kepala, entah kenapa–masih menjadi misteri baginya.

Sementara itu…

"Kenapa sesaat yang kuingat malah mukanya…"

.

.

.

Markas Recon Corps.

Alis Rivaille berkedut tidak senang melihat kumpulan trainee baru yang diperintahkan Irvin untuk ikut serta tinggal di kastil yang menjadi sanctuary-nya.

"… Jadi–kalian para bocah diperintahkan Irvin untuk tinggal disini?" Rivaille mengalihkan pandangannya ke samping di mana Eren yang matanya sudah berbinar-binar bisa bertemu dengan sahabatnya, mau tak mau Rivaille merelakan saja.

'Toh, Eren tidak akan kesepian lagi dan kastil ini akan makin bersih dengan adanya budak baru…'

"Begitulah, karena itu mohon bantuannya, Sir." Mikasa menyeringai kejam, karena dia tidak akan terpisah lagi dengan Eren–dia bisa bersama dengan Eren selama 24 jam seperti yang seharusnya, sang Corporal Cuma bisa memijat keningnya yang sakit. Sedikit samar-samar perkataan Mikasa tadi dia sedikit bubuhkan kata "Pendek" di akhir kata Sir.

Hari baru akan dimulai bersama dengan Bocah Titan…

Gadis keturunan oriental bertenagakan monster…

Arlelt muda yang memiliki sejuta gudang ide…

Dan anggota trainee Scouting Legion yang beragam-ragam keunikannya…


.

.

.

.

.

.

This is just the beginning…

.

.

.

.

.

.

Owari for chapter 01

(wait for the next chapter, okay?)

.

.

.

.

.

.

A/N : Salam kenal semua, saya newbie baru di SNK. Saya pengikut anime dan manga ini, awalnya direkomendasikan ama saudara kembaran yang namanya 'Song Hyun In' dan setelah menonton juga membaca ceritanya, gejolak dalam diri daku sudah tak bisa ditampung lagi(kenapa sesaat jadi bahasa bencong?). Makanya terlintas membuat cerita ngawur ini.

Tapi, rasanya kurang greget, ya? Apalagi di sini semua chara banyak yang OOC dan maafkan saya dengan tata bahasa cacad seperti di atas.

Setiap chapter langsung sampai habis dan dilanjutkan cerita berbeda lain lagi, tapi mungkin akan ada beberapa Arc buatan saya yang bisa jadi 2 part. Cuma segini saja yang bisa saya sampaikan pada reader dan reviewers. Saran, kritikan (kecuali flame) dari minna-san adalah bahan bakar saya (maksud lu?)