Hai, everyone! Anne datang lagi, nih. Cepat ya! Hehehe.. cerita baru ini adalah hasil request dari Ninismsafitri. Katanya minta cerita tentang Ginny dan anak-anaknya. Sesuai saran juga, aku buat kisah ini sequel dari fic aku dulu yang berjudul Lavender's Blue. Jadi.. agak nyambung dengan kisah yang waktu itu.

Buat Ninis, thanks ya sudah kasih requestnya. Semoga suka..

Akan ada beberapa chapter di judul ini. Setiap chapternya akan bercerita kedekatan Ginny dengan masing-masing anaknya. Jadi.. kita mulai dengan chapter pertama dulu, ya!

Happy reading!


Liburan-liburan.. bagi anak-anak Hogwarts dan sekolah Muggle ini waktu yang menyenangkan. Seperti liburan tahun ini, banyak hal membahagiakan didapatkan oleh keluarga Potter. James dan Al mendapat nilai-nilai memuaskan tahun ini, sedangkan Lily.. ia akhirnya lulus di sekolahnya. "Sebentar lagi aku akan menyusul kalian, kakak-kakakku!" seru Lily di stasiun King's Cross saat menjemput James dan Al.

James sudah menghadiahi sang adik dengan usapan kasar di kepala Lily. Adik bungsunya itu hanya bisa berteriak-teriak merasa dianiaya.

Para orang tua hanya bisa tertawa melihat keakraban para bocah itu. Mereka yang bahagia terlihat sekali pada Harry dan Ginny, "sebentar lagi rumah makin sepi!" bisik Ginny pelan di dekat Harry.

"Bagus, dong. Jadi kita serasa jadi pengantin baru lagi," kata Harry sudah menarik pinggang Ginny mendekat. Mereka saling berangkulan.

Ginny sontak menaikkan kedua alisnya, "hei, Mr. Potter. Aku harap kata-katamu itu tak mengarah pada sebuah permintaan,"

"Permintaan? Ow mungkin lebih tepatnya itu kewajiban, sayang," seringai Harry menggoda.

"Kewajiban? Oke, terserah kau saja, sayang," jawab Ginny akhirnya pasrah juga.

Harry tertawa girang dalam hati, senang rasanya telah sukses mengerjai istrinya, "hehe, kan kita bisa buat rumah rame. Mungkin rencana tambah lagi? Four?" rayu Harry dengan menunjukkan empat jari tangannya pada Ginny."

"Ap—"

"Mom, Dad, ayo pulang. Aku sudah kangen kamarku!" teriak James sebelum Ginny benar-benar ingin menumpahkan kegeramannya pada Harry.

"Tentu, James. Ayo kita pulang!" ajak Harry menghindari serangan balik Ginny.

"Apa dia sadar atau sedang kena mantra Imperius, sih? Tambah lagi? Ibu dari empat anak? Oh, Merlin, aku tak bisa bayangkan bagaimana jasmani dan rohaniku makin tak sehat. Tiga bocah itu sudah membuatku sesak napasss!"


Seharian penuh Harry dan Ginny beserta ketiga anak mereka tak ada di rumah. Mereka habiskan hari dengan keliling ke segala tempat wisata Muggle serta berbelanja di Diagon Alley. Tumben? Ya, karenan mumpung sang kepala keluarga ada di rumah dan memang... ada alasan yang menyertai aktivitas mereka di luar.

"Sering-seringlah begini, Dad. Aku akan bahagia dengan liburanku," seru James saat di The Leaky Cauldron. Ia sudah menandaskan setengah gelas butterbear pesanannya.

"Iya, Dad. Kalau begini kita semua bisa berkunjung ke tempat-tempat baru. Tambah-tambah pengalaman, Dad," sambung Al dengan masih tetap tenang.

Tak kalah hebohnya Lily ikut bersuara, "benar! Liburan kita akan lebih menyenangkan,"

Mereka semua kembali tertawa bersama. Satu meja di sudut pub para penyihir itu seolah ramai dengan banyak orang, padahal hanya ada 3 anak-anak dan 2 orang dewasa saja di sana. Ramainya sudah mirip 10 orang.

"Syukurlah kalau kalian senang. Jadi, jalan-jalan kita hari ini sukses, kan?" tanya Ginny makin menyemarakkan suasana. Ketiga bocah Potter itu mengangguk dan bersorak, "yeah!" bersamaan.

Harry tampak membenahi posisi duduknya, "tapi.. ada satu hal yang mau Dad umumkan kepada kalian," kata Harry dengan nada serius. Ginny dan anak-anak sontak menghentikan candaan mereka.

"Tadi pagi,"

Diam, "hemm," gumam mereka tampak mendengarkan dengan serius.

"Dad baru saja dapat kabar kalau..,"

Diam dan tetap berguman, "hemm," bersamaan sambil sesekali menganguk.

"...esok Dad ada tugas misi besar." Satu kalimat sukses Harry selesaikan. "Misi yang Dad jalani selama 3 hari.. saja." sambung Harry cepat-cepat.

Diam, namun kali ini tak ada gumaman dari Ginny, James, Al, atau Lily. Hanya Lily yang sempat terdengar bersin. Suaranya lucu. "Seperti suara kucing tercepit," kata James menggoda namun tetap dengan ekspresi datar.

Mereka semua kecewa.

"Oke.. oke.. Dad tahu ini waktu liburan kalian dan kehadiran anggota keluarga yang lengkap amatlah sangat penting. Tapi Dad minta maaf. Dad juga tak bisa melakukan apa-apa untuk tugas ini. Ini tanggung jawab Dad pada Kementerian sebagai kepala divisi Auror. Dad harap kalian bisa memaklumi," tutur Harry meminta pertimbangan anak-anak dan istrinya.

Tangan Harry perlahan meraih tangan Ginny yang ada di atas pahanya. Ia meremasnya pelan. Menyalurkan rasa permintaan maafnya pada Ginny. James, Al, dan Lily tak melihat apa yang sedang dilakukan Harrry di bawah meja.

"I know..," bisik Ginny lirih, maniknya menatap mata Harry sayu. Kecewa, ya tentu saja. Tapi apa boleh buat, Ginny harus paham bagaimana pekerjaan suaminya itu. sejak mereka menikah, Ginny sudah setuju dan menerima apa adanya konsekuensi menjadi istri seorang Auror.

"Dad janji, saat Dad pulang nanti kita akan jalan-jalan lagi," rayuan maut Harry langsung disambut sorakan setuju dari para anak-anak. Cara ampuh merayu anak adalah memberikan iming-iming apa yang sangat mereka inginkan. Itu ilmu Harry.


Semua perlengkapan sudah siap, Harry siap berangkat setelah berpamitan pada anak-anaknya. "Jaga diri kalian, ya. Jangan nakal! James," panggil Harry sambil melihat putra tertuanya, "jangan buat onar, jangan jahili adik-adikmu, jaga Al, Lily dan Mom. Lelaki tertua harus bisa mengemban tanggung jawab melindungi siapapun. Terutama Mom dan adik-adik, paham!"

James langsung mengangguk paham. "Bagus," kata Harry sambil menepuk pundak James bangga. Satu persatu anak dicium dan berpelukan dengan sang ayah. Terakhir, Giliran Ginny yang mengantar Harry.

"Kau jaga diri, ya!" pesan Harry setelah mengecup lembut bibir Ginny. Agak lama seperti biasanya. "iya, aku paham. Aku harus kuat mengurus mereka bertiga sendiri,"

"Maafkan aku, sayang. Aku akan usahakan misi ini selesai tepat waktu. Aku akan sangat merindukan mereka dan pastinya.. kau. Tunggu aku empat hari lagi. Oke! Kita akan lanjutkan rencana kita saat di King's Cross." Harry mengerlingkan matanya merayu.

Belum sempat Ginny membalas, Harry kembali menciumnya dan segera ber-Apparate.

"Hah.. Oke, super Mom! Saatnya dimulai!" seru Ginny semangat.

- Tbc -


Yuhu... awal yang sederhana.. baru dimulai.. bagaimana kedekatan Ginny dan anak-anaknya? Ikuti kisah di setiap chapternya hingga akhir, ya. Anne tunggu review kalian, teman-teman. Anne sayang kalian!

Thanks,

Anne x