Tittle: Because of You.
Author: Bluedevil9293.
Disclaimer: This story belong to me, but the character not be my mind.
Main Cast:
Choi Siwon, 22th.
Kim Kibum, 20th.
Chap: 1
Genre: Romance, Drama, Little hurt, M-Preg.
Rated: T.
Warning: Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy.
Please, Don't Like Don't Read. No bashing and flame, Like and comment if you like this fanfic.
Note: No bashing, no flame, no copas, no re-publis, no plagiat, yes to like and comment.
Summary: Kibum hamil setelah melakukan one night stand bersama Siwon. Mereka mulai tinggal bersama dan mencoba menjadi orangtua yang sempurna bagi calon anak mereka tapi bisakah mereka terus bersama selama cinta tak ada diantara keduanya?
_o0o_
Namaku Choi Siwon, seorang mahasiswa jurusan ekonomi yang baru berusia 22 tahun dan ini adalah kisahku. Aku bukan namja populer atau kaya raya seperti tokoh-tokoh utama di komik, novel atau drama, aku hanya seorang namja biasa anak dari seorang pedangan ikan yang mendapat beasiswa dan bisa menempuh pendidikan di Seoul.
Kisahku ini dimulai saat aku kehilangan keperjakaanku. Malam itu aku dan beberapa teman sekelasku berkumpul sambil minum-minum hingga akhirnya aku mabuk dan berakhir tidur dengan seorang namja yang harus ku akui kalau dia cukup cantik dan sexy untuk ukuran seorang namja.
Namanya Kim Kibum usianya baru 20 tahun, kami satu universitas tapi beda jurusan. Ia kuliah di jurusan fotografer. Kibum orangnya dingin dan hemat kata tapi dia benar-benar cantik. Aku dan Kibum tak saling kenal sebelumnya karena itu saat pagi hari aku terbangun dan mendapati ia didalam pelukanku tanpa selembar pakaian yang menutupi tubuh kami aku jadi bingung harus berbuat apa.
Awalnya aku mau pergi meninggalkan dia yang masih tertidur tapi aku bukan namja yang tega. Aku menunggu Kibum bangun dengan perasaan was-was, aku sudah siap untuk dihajarnya saat Kibum bangun kala itu tapi hal lain terjadi. Kibum tak marah atas apa yang terjadi pada kami malam sebelumnya, dia hanya berkata dengan nada dan tatapan wajah dingin kalau aku harus bertanggungjawab atas apa yang kulakukan padanya kalau sampai terjadi sesuatu padanya nanti karena malam itu kami melakukannya tanpa pengaman.
Dari sanalah kehidupan datarku mulai berubah, dua bulan lebih setelah kejadian itu Kibum mendatangiku dan mengatakan kalau ia tengah mengandung anak kami. Kaget? Tentu saja, namja mana yang tak akan kaget kalau didatangi ditengah malam buta oleh seseorang yang membawa berita heboh begitu. Aku hampir pingsan kala itu tapi yang membuatku heran, bagaimana bisa Kibum memasang wajah datarnya saat mengatakan kalau dia sedang mengandung.
Awalnya aku tak percaya atas apa yang Kibum katakan, aku bahkan sempat berteriak padanya dan mengatakan kalau ia pembohong dan bisa saja kalau anak yang dikandungnya itu bukan milikku dan dengan kata lain aku menuduh dia pernah tidur dengan namja lain selain diriku. Aku benar-benar menyesal berteriak seperti itu pada Kibum setelah membaca hasil test DNA yang kami lakukan. Hasilnya positif, anak yang Kibum kandung benar-benar milikku. Huh... Kibum pasti sakit hati kala itu.
Dua minggu yang lalu Kibum pindah ke rumah yang kedua orang tuaku berikan. Rumahku bukan rumah yang besar, kalian tahu rooftop house? Kurang lebih begitulah rumahku. Rumah yang awalnya kutinggali sendiri kini kubagi berdua dengan Kibum yang tengah mengandung anak kami. Setelah tinggal bersama kami sepakat untuk mulai mencoba saling mencintai satu sama lain demi anak kami nanti tapi walau pun begitu kehidupan kami selama dua minggu ini tetap saja cangung dan aku juga belum siap untuk menikahi Kibum. Setidaknya biarkan aku lulus dari universitas dulu baru aku akan mempertimbangkan membawa Kibum pada kedua orangtuaku dan menikahinya.
"Kau muntah lagi pagi ini?" Tanyaku pada Kibum yang baru menghampiri meja makan, dia terlihat rapi siap berangkat ke kampus. Kibum menganggukan kepalanya pelan menjawab pertanyaanku tadi setelah mendudukkan tubuhnya di kursi yang tepat berada diseberangku, "Jangan hanya menganggukan kepalamu jawab pertanyaanku setiap kali aku bertanya padamu." Ucapku sambil memberinya segelas susu hangat dan sarapan pagi.
"Aku tersiksa kalau harus muntah setiap pagi." Balasnya dingin.
"Haruskah kita ke dokter memeriksakan keadaanmu dan si kecil?" Tanyaku sambil memulai sarapan pagi dengan menu seadanya, aku bangun sedikit kesiangan tadi setelah bergadang semalaman membuat laporan untuk tugas kampusku karena itulah aku tak punya banyak waktu menyiapkan sarapan untuk kami berdua, "Tapi sepertinya kita tak bisa pergi hari ini, aku ada presentasi nanti di kampus." Ucapku lagi saat Kibum menatapku dengan tatapan bertanyanya.
"Jangan menjanjikan sesuatu kalau kau sendiri tak yakin bisa." Balas Kibum, sepertinya ia kesal.
"Jangan marah aku hanya..."
"Lupakan!" Serunya lagi memotong perkataanku. Okay! Aku yakin dia benar-benar kesal padaku.
"Huh... Aku minta maaf. Sebaiknya kita segera sarapan dan berangkan ke kampus, aku tak ingin telat." Balasku yang tak ingin memulai pertengkaran dipagi hari, aku bisa terlambat kalau harus berdebat dulu dengan Kibum.
"Aku tak mau makan!" Seru Kibum. Aku berhenti menyuapkan makanan kedalam mulutku dan menatap Kibum.
"Oh ayolah kau harus makan, kau sudah mengosongkan perutmu pagi ini." Rayuku tapi Kibum tampak tak perduli. Aku memotong omlete telur yang kubuat lalu menyedorkan pada Kibum berniat menyuapinya tapi dia malah memalingkan wajahnya menolak makanan yang kuberikan.
"Kalau kubilang tak mau ya tak mau, aku tak suka bau mereka!" Seru Kibum sambil menutup mulutnya dengan tangan, aku menghela nafas pelan lalu meletakkan omlete tadi keatas piring lagi.
"Jangan manja, aku bukan namja kaya yang bisa memberimu makanan mewah setiap hari. Kalau kau ingin makanan lain setidaknya tunggu sampai akhir minggu saat uang part-time job-ku dibayarkan." Ucapku padanya sedikit kesal, kutatap Kibum tajam, ia terliaht meregut kesal pula.
"Aku bukannya manja dan aku bukan namja sok kaya seperti yang kau pikirkan." Balas Kibum sambil beranjak meninggalkan meja makan, aku segera menyuslnya.
"Aish... Jangan marah, kembali kemari dan habiskan makanmu." Kucegah Kibum dan kubawa ia kembali ke meja makan, kuberi ia senyuman manis agar ia tak kesal lagi.
"Sudah kubilang aku tak mau makan." Ucap Kibum lagi.
"Dua atau tiga sendok saja setidaknya perutmu tak benar-benar kosong dan kau harus menghabiskan susumu, harga susu untuk ibu hamil itu mahal kau harus menghargai jerih payahku bekerja untuk memelikan mereka untukmu." Rayuku, kukerlingkan mataku pada Kibum sedikit mengodanya. Kibum mendesah pelan lalu melahap dua potong kecil omlete yang kusuapkan padanya.
"Sudah, kau puas!" Seru Kibum seperti anak kecil yang sedang kesal, aku tersenyum melihat tingkahnya yang menurutku lucu. Aku tahu Kibum itu tipe namja yang mau tapi malu.
"Gomawo, tapi kau juga harus menghabiskan susumu." Balaku sambil menyodorkan segelas susu hangat untuknya.
"Menyebalkan." Sahut Kibum seraya meraih gelas susunya lalu meminum habis isi didalamnya.
"Jangan mengeluh, anak kita mendengarnya." Balasku sambil menyambung menyantap sarapan pagiku.
"Aku berangkat." Seru Kibum yang kembali beranjak dari tempatnya lagi.
"Yack! Tunggu aku menghabiskan sarapanku, aku akan menboncengmu sampai di kampus." Balasku mencegahnya, Kibum menatapku cukup lama sampai akhirnya ia mendesah pelan.
"Cepatlah, bukankah kau yang bilang tak ingin telat tadi." Ucapnya yang kembali mendudukkan tubuhnya ditempat sebelumnya dan menungguku menghabiskan makananku.
"Iya tunggu sebentar, sepuluh menit saja." Balasku sambil melahap dengan sedikit terburu-buru sarapanku, aku tak mau membuat Kibum menunggu lama hingga kesal dan meninggalkaku pergi ke kampus seorang diri, "Kau tahu, kau benar-benar tak ada manisnya. Tak bisakah kau memanggilku dengan panggilan yang sedikit terkesan mesra atau setidaknya panggil aku hyung, aku masih dua tahun lebih tua darimu." Ucapku pada Kibum yang tampak memainkan kamera miliknya, Kibum melirik padaku sesaat.
"Jangan meminta kalau kau saja tak melakukannya." Balas Kibum dingin membuatku memanyunkan bibirku. Aku segera menghabiskan sarapanku lalu berangkat ke kampus bersama Kibum.
Sudah dua minggu ini aku selalu mengantar Kibum sampai ke gedung kampusnya dan terkadang kalau sudah tak ada jadwal kuliah aku pun menyempatkan diri menjemputnya. Dari sanalah banyak orang yang tahu akan hubungan kami terutama sahabat-sabahatku dan Kibum. Orang-orang tahu kami sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan secara diam-diam dan baru berani terlihat mesra didepan umum setelah hampir memiliki anak.
Teman-teman terdekat kami beberapa tahu tentang kehamilan Kibum dan kami yang sudah mulai tinggal serumah tapi setahu mereka kami pasangan yang sudah menjalin hubungan lama dan terlihat mesra bukan pasangan yang saling cangung satu sama lain. Dan setelah dua minggu dekat dengan Kibum aku baru tahu kalau ternyata dia namja yang cukup populer walau terkesan cool. Teman-temanku banyak yang memujiku karena bisa menakhlukan Kibum yang disukai banyak orang itu, aku cukup banga akan hal itu.
_o0o_
Hamil? Aku tak pernah membayangkan akan mengandung seorang bayi didalam tubuhku apa lagi diusia semuda ini tapi itulah yang kini tengah terjadi padaku. Sudah dua bulan lebih ini aku selalu membawa nyawa lain didalam tubuhku kemana pun aku pergi. Anak ini bukan anak dari namja yang kucintai atau kusukai, aku malah tak mengenal baik appa bayiku sendiri. Yang aku tahu dia namja yang cukup baik dan tampan, namanya Choi Siwon.
Aku tak pernah mengenal Siwon sebelumnya, malam dimana kami melakukan hubungan badan pun merupakan kali pertama kami bertemu. Malam itu aku dan beberapa temanku merayakan ulang tahun salah satu teman kuliah kami di club, aku mabuk dan ketika sadar keesokan harinya aku mendapati diriku tertidur ditempat yang tak kukenal dan dalam keadaan naked serta tubuh yang terasa berat dan sakit dimana-mana. Siwon juga ada diruangan itu saat aku terbangun, dia menatapku dengan tatapan anehnya mungkin ia merasa bersalah telah meniduriku malam sebelumnya.
Kami sempat terlibat sedikit percakapan dan aku memintanya untuk bertanggungjawab kalau sampai terjadi sesuatu padaku nanti. Maksudku, aku tak ingin hamil tanpa pasangan, membayangkannya saja aku tak mau karena pasti akan sangat berat sekali. Aku tahu kami melakukannya tanpa pengaman malam itu, aku bisa merasakan berapa banyak spermanya memenuhi tubuhku. Entah berapa ronde kami lalui yang jelas aku sampai menghabiskan satu jam dikamar mandi hanya untuk membersihkan tubuhku dari cairannya dan lagi terlalu banyak kissmark yang ia berikan hampir disetiap bagian tubuhku ditandainya.
Beberapa minggu setelah kejadian itu aku mulai merasakan tanda-tanda kehamilan seperti muntah di pagi hari atau mencium bau makanan yang takku suka, mudah lelah walau hanya melakukan aktifitas ringan dan sering pusing, bahkan beberapa kali aku sempat pingsan setelah mengalami morning sickness. Awalnya aku mau menyangkal fakta kalau aku tengah mengandung, tapi semakin hari aku malah semakin yakin kalau aku tengah mengandung anak Siwon sampai akhirnya aku memeriksakan diriku kedokter.
Aku tak menangis atau berteriak kesal setelah pergi kedokter karena aku tahu aku tengah mengandung kala itu. Usianya sudah sepuluh minggu, begitulah yang dokter katakan. Setelah benar-benar yakin hamil aku tak segera mendatangi Siwon, aku masih sempat memikirkan untuk mengurus bayiku seorang diri atau mengugurkannya selama beberapa hari tapi lama kelamaan aku semakin tak sanggup. Aku tak sanggup harus merawat bayi ini sendiri apa lagi aku seorang yatim piatu dan aku pun tak tega kalau harus membunuhnya, biar bagaimana pun dia tetap anakku, darah dagingku walau aku tak mengenal baik appa-nya.
Akhirnya malam itu aku mendatangi Siwon, dia sempat memberikan alamat rumah dan nomor handphone-nya sebelum kami berpisah beberapa minggu yang lalu, Siwon terlihat kaget melihat kedatanganku kerumahnya saat itu. Dan dia semakin kaget saat aku mengatakan aku sedang mengandung anaknya bahkan dia berteriak padaku kalau anak ini bukan miliknya tapi milik namja lain. Aku benar-benar ingin menangis malam itu, tega sekali dia berkata seperti itu padaku setelah apa yang dia lakukan padaku, dia yang sudah memperkosaku, aku korban disini tapi dia malah menuduhku yang bukan-bukan. Akhirnya kami sepakat untuk melakukan test DNA, aku bisa sedikit tersenyum lega saat hasil test tadi bisa meyakinkannya kalau anak ini anaknya. Dia meminta maaf atas perkataannya dan setelah itu aku pindah tinggal bersama Siwon.
Sudah tiga minggu aku tinggal bersama Siwon, kandunganku mulai memasuki usia tiga bulan, belum terlihat jelas kalau aku tengah mengandung tapi bila kuraba perutku aku tahu dia ada didalam sana dan aku bisa merasakan kehadirannya. Tiga minggu tinggal bersama Siwon tak ada perubahan pada hubungan kami, kami bukan pasangan yang bersama karena saling mencintai tapi kami tetap berusaha melakukan yang terbaik demi anak kami kelak. Siwon itu namja yang sedikit cerewet, aku tahu dia berusaha mendekatkan diri denganku tapi aku ini tipe namja yang pasif dan sedikit susah bergaul. Aku bukannya acuh pada Siwon tapi beginilah aku.
"Ngh..." Aku terbangun dari tidurku dan mulai merasa gelisah, kulirik jam digital yang berada diatas meja nakas samping ranjang tempatku terbaring sudah menunjukkan pukul dua malam. Sudah beberapa malam aku selalu begini, terbangun tanpa sebab ditengah malam dan mulai merasa gelisah serta menginginkan sesuatu. Mungkinkah ini yang namanya mengidam?
Kulirik Siwon yang tidur mengunakan futon disamping ranjangku, sejak aku tinggal bersamanya kami belum pernah tidur seranjang lagi, aku selalu tidur diatas ranjang dan dia mengelar futon disisi ranjang. Sebenarnya ranjang Siwon cukup luas untuk kami tiduri bersama tapi aku tak pernah menawarinya tidur disampingku, aku tak mau dia berfikir aku mengodanya. Aku tak akan melarangnya kalau dia ingin tidur disampingku tapi dia juga tak pernah melakukannya.
"Siwon!" Panggilku pelan, dia tak bergeming sama sekali.
"Siwon!" Panggilku lagi, masih tak ada tanggapan. Dia nyenyak sekali, entah apa yang sedang di mimpikannya. Aku turun dari atas ranjang, aku tak bisa tidur lagi aku rasa aku sedang mengidam, aku sedang ingin makan tteokbokki saat ini dan aku ingin Siwon keluar membelikannya.
"Siwon Bangun." Kugoyangkan tubuhnya perlahan berharap Siwon segera bangun.
"Eugh..." Siwon hanya merubah posisinya dan kembali tertidur.
"Yack! Bangun!" Seruku sedikit kesal, ia membuka sedikit matanya.
"Tidurlah lagi ini masih malam." Ucap Siwon seperti orang yang sedang ngelindur, ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya dan kembali tertidur memunggungiku.
"Siwon aku lapar, aku ingin makan tteokboki." Ucapku sambil mengoyang-goyangkan tubuhnya terus agar ia segera bangun dan tak kembali tertidur.
"Eugh... Jangan ganggu aku." Tolak Siwon, aku semakin kesal dengan kasar kutarik selimutnya.
"Aku lapar!" Seru tegas, Siwon mengeluh kesal.
"Yack! Kau tahu ini sudah tengah malam lewat Kibum, aku mengantuk dan sangat lelah, aku baru saja tidur jadi jangan ganggu aku. Kembalilah keatas ranjangmu dan tidur." Suruhnya seraya menatapku sebentar lalu kembali menyamankan dirinya. Aku menatap kesal padanya.
"Bangun! Aku ingin makan tteokbeokkie." Seruku mengoyang-goyangkan tubuhnya dengan kencang.
"YACK! AKU LELAH KIBUM, BERHENTI MENGANGGUKU DAN KEMBALI KEATAS RANJANGMU! JANGAN KARENA KAU SEDANG HAMIL KAU JADI BETINGKAH SESUKAMU TANPA MEMIKIRKAN ORANG LAIN!" Bentak Siwon tiba-tiba, Kibum terlihat sangat terkejut hingga ia terdiam tak bisa membalas perkataan Siwon. Siwon menatap Kibum kesal sesaat lalu memunggunginya dan menarik selimutnya hingga menutupi kepala. Kibum yang terdiam perlahan mulai meneteskan air matanya. Kibum menangis dalam diam dan kembali naik keatas ranjangnya, membaringkan tubuhnya memunggungi Siwon dan menutup tubuhnya juga dengan selimut.
"Kalau kau tak mau kau tak perlu membentakku seperti itu." Ucap Kibum pelan bahkan tak terdengar oleh Siwon sambil mengelus perutnya yang terasa sedikit sakit, mungkin bayinya tahu kalau ia tengah menangis akibat sang appa. Kibum menangis dalam diam, sesekali ia terdengan sesengukan tapi Siwon tak menghiraukannya mungkin Siwon sudah kembali terlelap didalam mimpinya. Kibum terus menangis hingga bantalnya basah oleh air mata dan ia mulai lelah hingga akhirnya jatuh tertidur lagi.
_o0o_ To Be Continue _o0o_
Date: 2 Agustus 2013, 08.09 PM.
