Annyeonghaseyo...Tabita muncul lagi dengan sebuah fic baru. He...he...he...^_^ Kali ini Tabita akan mencoba membuat fic dengan genre romance-humor. Dan karena ini fic romance-humor pertamaku, maka Tabita minta saran dari reader semua untuk fic ini. Mohon bantuannya ya...

Second Wedding

By

Tabita Pinkybunny

Disclaimer :

Sejak pertama kali diciptakan hingga kini,

Naruto masih tetap punya

Masashi Kishimoto

Pairing :

SasuSaku dan ItaSaku

Warning :

Cerita GaJe, typo, ancur dan berantakan.

Humor garing dan ga' lucu.

Don't like, don't read !

No flame !

Summary :

Apa jadinya jika Sakura yang istri Sasuke

tiba-tiba mengalami amnesia dan

justru menganggap Itachi sebagai suaminya ?

Chapter 1

Waktu masih menunjukkan sekitar pukul 05.30 pagi, ketika seorang wanita cantik berambut pink mencolok tengah sibuk dengan aktivitas masak-memasaknya di dapur sebuah kediaman yang bisa dibilang cukup besar. Di waktu sepagi ini dimana kebanyakan orang lebih memilih masih bersembunyi dibalik selimut hangat mereka, wanita ini justru bersemangat sekali menyiapkan nasi goreng spesial untuk menu sarapan suami tercinta dan sang kakak ipar yang memang tinggal bersama dia dan suaminya.

Uchiha Sakura, itulah nama wanita cantik itu. Seorang mantan sekretaris sebuah perusahaan besar bernama Sharingan, yang akhirnya jatuh cinta dengan atasannya dan sudah resmi setahun menjadi istri sang bos. Sudah hampir setengah jam Sakura masih berkutat dengan nasi goreng spesialnya, saat indera pendengarannya menangkap suara derap kaki menuruni anak tangga yang amat khas dan begitu dia kenal. Suara derap kaki sang suami, Uchiha Sasuke.

"Sakura, aku berang-"

"Stop! Berhenti disitu! Kau tak boleh melewati pintu itu sebelum kau sarapan, Sasuke-kun." kata Sakura tiba-tiba memotong ucapan suaminya sambil melipat kedua tangan didada dan menatap tajam ke arah sang suami seperti sebuah tatapan membunuh.

"Hari ini ada rapat, Sakura. Jadi aku harus berangkat lebih awal." kata Sasuke mencoba menjelaskan.

"Aku tidak peduli! Pokoknya Sasuke-kun harus sarapan dulu, baru boleh berangkat." kata Sakura masih bersikeras menyuruh suaminya sarapan.

"Tidak bisa, Sakura." kata Sasuke mulai menolak.

"Harus bisa, Sasuke-kun."

"Aku bilang tidak bisa."

"Harus bisa."

"Tidak bisa."

"Harus bisa."

"Nanti aku sarapan di kantor saja ya..."

Deg ! Tiba-tiba sebuah aura buruk dirasakan oleh Sasuke di waktu sepagi ini. Aura buruk yang sulit diredam bahkan oleh paranormal setingkat Ki Joko Bodo sekali pun. Aura yang bisa saja membunuh dan menelannya hidup-hidup. Sebuah aura yang datangnya dari sang istri yang kini telah ada dalam posisi menunduk lesu. Dan ini adalah hal yang paling ditakutkan oleh Sasuke.

"Waduh, aku salah ngomong nich. Dan aku yakin, sebentar lagi kejadian buruk akan segera menimpaku. Jika Sakura sudah dalam posisi begitu, itu berarti..." kata Sasuke dalam hati dengan keringat dingin sebesar biji nangka (coz biji jagung itu udah biasa) mulai menetes.

"Hik...hiks...huwaaa...Sasuke-kun jahat! Tidak mau makan masakanku dan memilih jajan di luar. Sudah tidak mau menghargaiku lagi. Hik...hiks..."

"Tuh benar kan? Akhirnya dimulai dech. Ngapain juga tadi aku pake salah ngomong segala." kata Sasuke dalam hati sambil merutuki dirinya sendiri.

"Pasti masakanku tidak enak ya? Jadinya Sasuke-kun lebih suka jajan daripada sarapan di rumah. Aku memang istri yang tak berguna. Hik...hiks...huwaaa..."

"Bu...Bukan begitu maksudku. Masakanmu enak kok. Sumpah ditabrak shinkansen, dicium kingkong, dan dikejar bencong dech!" kata Sasuke mulai lebay.

"Tapi, kenapa tadi kau bilang mau sarapan diluar? Kau membohongiku ya? Sasuke-kun jahat sekali padaku. Huwaaa..."

"Aduh, bukan begitu Sakura. Aku tadi hanya..."

"Kau ini, pagi-pagi sudah membuat istri menangis. Benar-benar tidak berperasaan kau, Sasuke." kata Itachi yang tiba-tiba muncul dan langsung memotong ucapan Sasuke.

"Huh, yang ini belum selesai, malah muncul si cecunguk. Menyebalkan!" batin Sasuke marah-marah.

"Itachi-nii benar, Sasuke-kun memang tidak punya perasaan. Masa dia lebih suka jajan di luar daripada makan masakanku. Padahal kan aku sudah susah-susah membuatnya. Bahkan aku sudah rela bangun pagi-pagi." kata Sakura sambil memperlihatkan tampang semelas mungkin.

"Benarkah itu, Sakura-chan? Ckckck...sungguh terlalu..." kata Itachi berkomentar bak Roma Irama.

"Tadi itu maksudku bukan begitu, aku tadi cuma bilang..."

"Ya sudah, kalau si bodoh itu tidak mau sarapan, biar aku saja yang makan semuanya. Jatah sarapan si ayam, biar aku saja yang habiskan. Bagaimana, Sakura-chan?" tanya Itachi sambil meluncurkan senyuman mautnya pada Sakura yang semakin membuat Sasuke kesal.

"Ah, baiklah kalau begitu. Jatah sarapan Sasuke-kun buat Itachi-nii saja. Lagipula kan Sasuke-kun juga tidak mau makan masakanku."

"Benar itu, Sakura-chan. Daripada mubazir, mendingan aku makan saja semuanya. Iya kan?" kata Itachi sambil melirik Sasuke yang sekarang berwajah cemberut akut stadium lima.

"Baiklah, aku ambil dulu ya nasi gorengnya..." kata Sakura ceria yang langsung masuk ke dapur untuk mengambil nasi goreng, dan tak butuh waktu lama sudah kembali lagi ke ruang makan dengan membawa 2 piring nasi goreng ditangannya.

"Ini dia, nasi goreng spesial dengan extra tomat!" kata Sakura sesaat setelah kembali dari dapur.

"Wah, kelihatannya lezat! Apalagi dengan tomat yang sangat banyak. Sayang sekali jika dilewatkan begitu saja." kata Itachi siap menerima 2 piring nasi goreng. Namun, secepat kilat sepiring nasi goreng langsung disambar oleh Sasuke yang sudah tidak tahan dengan kelakuan menyebalkan Itachi.

"Sa...Sasuke-kun..." kata Sakura tercengang dengan tingkah suaminya.

"Siapa bilang aku tak mau sarapan, hah! Aku tadi cuma berpura-pura saja tahu. Dan kau Itachi, jangan seenaknya saja mengambil jatah makan orang lain ya! Dasar!" kata Sasuke kesal sambil mendudukkan dirinya disalah satu kursi meja makan.

"Tapi bukannya kau sendiri tadi yang bilang kalau kau tidak mau sarapan?" tanya Itachi menyindir.

"Siapa yang bilang? Aku tidak bilang apapun! Dan kau diam saja, Itachi. Jangan cerewet. Benar-benar menyebalkan!" kata Sasuke sambil menyendok nasi goreng dan hendak memakannya.

"Tunggu dulu Sasuke-kun! Jangan langsung kau makan nasi gorengnya." kata Sakura secara tiba-tiba menghentikan sejenak aktivitas Sasuke.

"Memangnya kenapa? Kau sudah mulai membela Itachi ya?"

"Bu...Bukan begitu, aku hanya..."

"Sudahlah, Sakura. Jangan katakan apapun lagi. Aku sedang sakit hati nich." jawab Sasuke dan sudah siap melahap sesendok nasi goreng extra tomat favoritnya.

"Ta...Tapi Sasuke-kun..."

"Ah sudahlah, aku sudah lapar!" kata Sasuke dan langsung melahap nasi goreng yang sedari tadi pending melulu untuk masuk kedalam mulutnya.

1 detik...

2 detik...

3 detik...Dan...

"Aaauuuwww...panas...panas...panas...Kenapa nasi gorengnya panas sekali sich!" teriak Sasuke sambil berusaha mengipasi mulutnya yang serasa terbakar.

"Itu tadi yang mau aku katakan padamu, Sasuke-kun. Aku tadi mau bilang kalau nasi gorengnya masih panas, makanya jangan langsung kau makan. Harusnya kau tiup dulu." kata Sakura sambil memberikan segelas air pada Sasuke yang langsung diteguk habis olehnya.

"Hah...hah...Kenapa kau tidak bilang dari tadi sich?" kata Sasuke masih berusaha mengatur nafasnya.

"Tadi aku mau bilang padamu, Sasuke-kun. Tapi kau malah melarangku bicara. Jadi itu salahmu sendiri." jawab Sakura.

"Buahahahaha...rasakan itu. Lagipula, siapa suruh jadi orang mudah emosi. Buahahahaha..." kata Itachi innocent mentertawai adiknya yang langsung disambut dengan deathglare andalan Sasuke.

"Hah, diam kau! Berisik sekali sich!" kata Sasuke yang justru dibalas oleh Itachi dengan tawa lagi."

"Ehm, Sasuke-kun, aku boleh tidak pergi ke rumah Ino hari ini?" tanya Sakura disela-sela acara sarapan mereka.

"Untuk apa kau ke rumahnya? Apa ada acara spesial?" tanya Sasuke balik sambil mengusap mulutnya dengan lap setelah dia selesai sarapan.

"Iya, hari ini Ino ulang tahun. Jadi aku diundang untuk ikut merayakannya. Boleh kan aku pergi ke rumahnya? Please..." kata Sakura memohon dengan melancarkan puppyeyes andalanya.

"Hn, tapi aku tidak bisa mengantarmu."

"Begitu ya, jadi aku..."

"Tenang saja, Sakura-chan. Kalau memang Sasuke tidak bisa mengantarmu, aku bisa kok meng-"

"Kau naik Taxi saja." kata Sasuke langsung memotong perkataan Itachi.

"Kenapa harus naik Taxi? Aku bisa kok mengantar Sakura-chan sampai tujuan dengan selamat. Jadi kau tak usah khawatir, Sasuke." kata Itachi.

"Justru karena kau yang mengantar, makanya aku khawatir. Bisa-bisa nanti kalian berangkat 2 orang, pulang menjadi 3 orang." jawab Sasuke asal yang langsung membuat Itachi dan Sakura saling menatap satu sama lain tanda tak mengerti.

"Apa maksudnya dengan berangkat 2 orang, pulang menjadi 3 orang? Aku tidak mengerti." tanya Itachi bego.

"Kalau tak mengerti, ya sudah. Siapa suruh punya otak kecil!" jawab Sasuke innocent yang langsung membuat Itachi kesal.

"Sudah, jangan ribut lagi. Nanti biar aku naik Taxi saja ke rumah Ino." kata Sakura mencoba melerai adik-kakak Uchiha itu.

"Bagus kalau begitu. Itu lebih baik daripada kau diantar oleh pemuda gila seperti dia. Ya sudah, aku berangkat ke kantor sekarang." kata Sasuke sambil beranjak dari posisinya dan kemudian mencium jidat lebar Sakura sebelum dia pergi ke kantor.

"Hm, hati-hati ya Sasuke-kun." jawab Sakura dengan sebuah senyuman terhias dibibirnya.

"Aku juga berangkat ke kantor sekarang, Sakura-chan." kata Itachi dibuat semanis mungkin.

"Iya, Itachi-nii juga hati-hati di jalan ya..."

"Wah, tapi sayangnya aku tak bisa memberi Sakura-chan kecupan ya? Padahal aku ingin sekali lho..." kata Itachi yang langsung membuat muka Sakura semerah tomat kesukaan Sasuke.

"I...Itachi-nii, bisa saja." jawab Sakura malu-malu.

"Heh! Dengarkan aku baik-baik ya, Itachi. Jika memang kau mau hidup sukses dalam masyarakat, maka berhentilah mengganggu istri orang. Kau pa-ham-kan?" kata Sasuke sambil melotot ke arah Itachi.

"Ahahaha...iya...iya, aku paham. Aku kan tadi hanya bercanda saja, Sasuke." jawab Itachi enteng.

"Huh, dasar gila!" kata Sasuke langsung keluar rumah dan diikuti oleh Itachi yang mengekor dibelakangnya.

Perusahaan Sharingan.

Sasuke tengah berdiri sambil menatap suasana kota Konoha dari jendela ruang kerjanya. Sebenarnya hari ini banyak pekerjaan yang harus segera dia selesaikan sebelum rapat direksi siang nanti, namun ada beberapa hal yang memenuhi pikirannya hingga file-file yang harusnya sudah selesai dia periksa justru masih menumpuk dan memenuhi meja kerjanya.

"Aku pikir kau sedang berkutat dengan file-file memuakkan itu di meja kerjamu, teme. Tapi nyatanya aku salah." kata seorang pemuda jabrik berambut pirang mengagetkan Sasuke.

"Hn, aku juga butuh istirahat sejenak kan, dobe?" kata Sasuke masih menatap jendela dan masih mengabaikan keberadaan si jabrik.

"Tapi dari yang aku lihat, sepertinya kau belum menyentuh sedikit pun file-file itu." kata Naruto berkomentar sambil melihat ke arah meja kerja Sasuke yang penuh dengan tumpukan file.

"Jangan berisik, dobe! Aku sedang malas berdebat."

"Aku kan tidak sedang mengajakmu berdebat, teme. Aku hanya tanya saja kenapa tumben kau mengabaikan pekerjaanmu. Padahal kan biasanya kau sangat rajin. Apa kau sedang ada masalah, hm?" tanya Naruto kepada sahabat baiknya yang hari ini tidak seperti biasanya.

"Tidak ada masalah apapun." jawab Sasuke singkat sambil melipat kedua tangan didada dan menatap ke arah Naruto.

"Jangan bohong, teme. Aku tahu banyak tentang dirimu. Jadi jujurlah saja padaku." Naruto berusaha mencari tahu.

"..." Namun Sasuke tak berkata apapun dan justru hanya melewati Naruto begitu saja dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi ruang tamu yang segera diikuti oleh Naruto yang kini duduk menghadapnya.

"Ehem, apa masalahmu ada kaitannya dengan Sakura-chan, teme?" tanya Naruto akhirnya yang Sasuke rasa sangat tepat sasaran.

"Hn." jawab Sasuke singkat yang langsung membuat Naruto nyengir kuda.

"Kalau boleh tahu, kau dan Sakura-chan punya masalah apa, teme? Yah, siapa tahu sahabatmu yang baik hati, ramah, tampan, dan tidak sombong ini bisa membantu." tanya Naruto lagi pada pemuda raven itu yang hanya ditanggapi Sasuke dengan memutar bola matanya bosan.

"Aku...entah kenapa aku sedikit ragu pada perasaan cinta Sakura padaku, dobe. Aku merasa dia sepertinya tak bahagia menikah denganku."

"Kau ini bicara apa sich, teme? Kenapa tiba-tiba kau meragukan cinta Sakura-chan? Bukankah kau sendiri juga tahu, kalau satu-satunya pria yang dicintai oleh Sakura-chan hanya dirimu?"

"Aku tahu itu, dobe. Tapi kau juga pasti tahu kan, kalau dulu Sakura dan Itachi sempat dekat? Karena itulah aku merasa..."

"Jadi maksudmu kau cemburu pada kakakmu sendiri ya? Begitu?"

"Entahlah, aku sendiri juga belum bisa memastikan apa yang aku rasakan ini adalah rasa cemburu atau tidak. Tapi yang pasti, setiap Sakura tersenyum karena ada didekat Itachi, hatiku terasa gundah. Dan ini sering kali aku rasakan."

"Itu mungkin hanya perasaanmu saja, teme. Percayalah padaku, bahwa Sakura-chan itu sangat mencintaimu. Dan tak akan mungkin berpaling pada pria lain. Jadi kau tak perlu khawatir."

"Tapi entah mengapa perasaanku hari ini sungguh tak enak, dobe. Aku merasa jika akan ada sesuatu yang akan terjadi yang akan merubah hidupku." kata Sasuke sambil menerawang jauh ke depan.

"Sudahlah, jangan terlalu kau pikirkan. Buang jauh-jauh pikiran burukmu itu. Sekarang lebih baik kau segera selesaikan pekerjaanmu. Nanti siang kan harus dibahas dirapat direksi." bujuk Naruto.

"Hn, aku tahu." jawab Sasuke sekenanya.

Sakura baru saja selesai dari menghadiri acara pesta ulang tahun Ino yang tadi dirayakan sekitar pukul 10.00 pagi. Dia berencana untuk langsung pulang ke rumah, jika dia tak ingat bahwa ada beberapa bahan makanan dirumah yang sudah habis. Termasuk si tomat kesukaan suami tercinta. Karena itulah Sakura memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke mini market dekat rumah Ino untuk membeli semua kebutuhan yang dia perlukan.

Kaki jenjangnya masih menapaki jalanan, saat tiba-tiba handphone dalam tas jinjing mungilnya berdering. Yang langsung diketahui panggilan itu dari Sasuke.

"Moshi...moshi, ada apa Sasuke-kun? Tumben jam segini kau meneleponku. Apa ada masalah?" tanya Sakura.

"Hn, tidak ada. Aku hanya ingin tahu kabarmu saja." jawab Sasuke dari seberang telepon.

"Ahahaha...kau ini aneh. Kenapa tiba-tiba menanyakan kabar? Seperti kita tidak pernah bertemu saja sich."

"Bagaimana acara ulang tahun Ino tadi? Apa sukses, hm?"

"Ya, sangat sukses. Bahkan tamu-tamu yang datang juga banyak. Pokoknya seru sekali. Tapi sayangnya Sasuke-kun tidak bisa ikut." kata Sakura masih asyik menerima telepon dari Sasuke tanpa memperhatikan lalu lintas yang memang bisa dibilang cukup padat.

"Hn, begitu ya. Aku sibuk sekali di kantor. Makanya itu aku tidak bisa menemanimu ke ulang tahun Ino. Maaf ya..."

"Ahahaha...tidak apa-apa Sasuke-kun. Lagipula kan aku-kyaaa...aaa...!"

GUBRAAAK !

"Sakura ha...halo, apa yang terjadi?" tanya Sasuke pada gadis pink itu. Namun, sama sekali tak ada jawaban dari seberang telepon. Yang terdengar dari handphone Sasuke hanyalah suara orang-orang banyak yang sangat ramai dan terdengar panik.

"Sakura, jawablah! Apa yang terjadi disana? Jangan buat aku panik!" tanya Sasuke sekali lagi. Namun masih belum ada jawaban juga. Hingga...

"Maaf, ini saya bicara dengan siapa ya?" tanya seseorang yang tidak dikenal sasuke dari seberang telepon.

"A...Aku suami dari pemilik handphone itu. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Tolong katakan padaku!" kata Sasuke mulai cemas.

"Istri Anda mengalami kecelakaan. Dia ditabrak sebuah mobil."

BRAAAK ! Sasuke pun menjatuhkan handphonenya ke lantai dan langsung terkulai lemas.

"Sa...Sakura..."

Rumah Sakit Konoha.

Itachi berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan gelisah. Tampak sedikit ketakutan dan kepanikan tergambar diwajah tampannya. Bahkan dia seperti tak peduli jika dari tadi dia sudah menabrak sekitar 5 orang di lorong panjang yang sarat dengan aroma obat itu. Yang dia pikirkan saat ini hanya satu, yaitu segera melihat keadaan adik iparnya, Sakura.

Sekitar hampir 2 menit menyusuri lorong rumah sakit, akhirnya indera penglihatan Itachi menangkap keberadaan sosok Sasuke yang kini sedang duduk di depan sebuah ruang perawatan yang dia yakini adalah ruangan dimana Sakura dirawat. Dan tanpa pikir panjang, Itachi pun segera berjalan mendekati sasuke yang tampak begitu gundah.

"Bagaimana keadaan Sakura-chan? Sudah ada kabar dari dokter?" tanya Itachi. Sasuke pun segera mengangkat kepalanya untuk menatap kakak sekaligus rivalnya yang kini ada dihadapannya.

"Belum ada. Dokter masih sibuk memeriksa Sakura didalam." jawab Sasuke lesu. Itachi mendudukkan dirinya disamping Sasuke. Namun dia tak berkomentar apapun juga mengenai jawaban Sasuke. Karena sejujurnya dia sendiri juga bingung harus menyusun kalimat seperti apa untuk menghibur adiknya itu.

"Ini semua adalah salahku, Itachi. Aku yang menyebabkan Sakura mengalami kecelakaan ini. Seandainya saja dia tidak menerima telepon dariku ketika dia ada di jalan, pasti semua ini tak mungkin terjadi." kata Sasuke menyesal dan kembali menunduk.

"Jangan salahkan dirimu sendiri seperti itu. Ini semua kecelakaan yang seorang pun tak bisa menduganya. Ini semua takdir." kata Itachi berusaha bijak.

"Tapi ini terjadi gara-gara aku, Itachi. Dan jika sampai terjadi apa-apa pada Sakura, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri sampai kapanpun. Aku bersumpah!"

"Percayalah Sasuke, Sakura pasti tidak akan apa-apa. Aku yakin itu." jawab Itachi.

Ckleeek ! Dan tak beberapa lama, muncul seorang dokter dari dalam ruang perawatan itu yang langsung dihampiri oleh Sasuke dan Itachi untuk mengetahui keadaan Sakura.

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya? Apa dia baik-baik saja? Apa lukanya serius?" tanya sasuke yang langsung memberondongi sang dokter dengan banyak pertanyaan yang membuatnya bingung.

"Tenanglah sedikit, Sasuke. Kalau kau bertanyanya begitu, dokter itu mana bisa menjawabnya? Yang ada dia justru mau muntah karena kau menjejalinya dengan pertanyaan yang banyak." kata Itachi yang ikut-ikutan bingung.

"Maaf, aku terlalu cemas." jawab Sasuke mencoba menenangkan diri.

"Dokter, apa keadaan adik ipar saya baik-baik saja?" tanya Itachi mengambil alih.

"Anda semua tak perlu khawatir, keadaan nyonya Uchiha baik-baik saja. Tak ada luka yang serius yang dialaminya." jawab dokter itu sambil tersenyum.

"Be...Benarkah Sakura tidak apa-apa, dokter? Anda tidak berbohong kan?" tanya Sasuke memastikan.

"Benar, tuan. Istri Anda baik-baik saja. Sekarang kita hanya tinggal menunggunya siuman dari pingsannya."

"Syukurlah, kalau begitu. Kau dengar itu kan, Sasuke? Sakura tidak apa-apa. Jadi kau jangan bertindak seperti orang gila lagi." kata Itachi.

"Iya, aku tahu. Aku juga sudah dengar sendiri kok tadi. Aku kan tidak tuli. Dan satu lagi, aku itu tidak gila tahu. Dasar!" jawab Sasuke kesal karena dia dibilang gila.

"Ahahaha...iya, maaf. Tadi kan aku hanya bercanda."

"Huh, menyebalkan! Ya sudah, aku mau masuk dulu ke dalam untuk melihat Sakura. Terserah kau mau ikut atau tidak." kata Sasuke dan langsung memasuki ruang perawatan Sakura.

"Hn, aku juga ikut. Permisi dokter..." kata Itachi berpamitan pada sang dokter.

"Iya, silahkan tuan..." jawab dokter itu.

Sasuke berjalan mendekati tubuh mungil Sakura yang kini tengah terbaring tak berdaya di atas tempat tidur berwarna putih dengan selang infus tertanam ditangan sebelah kirinya.

Tanpa ragu, Sasuke pun mendudukkan dirinya disamping ranjang itu sambil menatap lekat wajah cantik istrinya yang kini terlihat pucat pasi. Tak hentinya mata onyx Sasuke memandangi wajah orang yang amat dicintainya itu, seakan tak sedetik pun dia ingin melewatkan setiap inci dari wajah wanita yang sudah sekitar setahun dinikahinya.

Meskipun tadi dokter bilang jika Sakura tidak apa-apa, tetap saja Sasuke merasa cemas saat ini. Karena bagaimana pun juga, semua ini menimpa Sakura akibat kesalahannya. Sasuke pun meraih tangan Sakura dalam genggaman tangannya. Perlahan, diusapnya lembut tangan Sakura dan kemudian dia cium tangan itu. Seakan itu adalah sebuah permintaan maafnya pada wanita pemilik mata emerald tersebut atas segala yang telah terjadi.

"Maaf..." kata Sasuke lirih dengan masih menggenggam tangan Sakura. Itachi pun menatap sendu pada adiknya. Sejujurnya dia juga tak tega jika harus melihat Sasuke dalam keadaan menyedihkan seperti ini.

"Jangan begitu, Sasuke. Jika kau begitu, kau akan membuat Sakura sedih." kata Itachi sambil menepuk pelan pundak Sasuke.

"Tapi aku masih belum bisa memafkan diriku sendiri atas kejadian yang menimpa Sakura. Aku masih merasa jika semuanya terjadi karena salahku, Itachi." Itachi mengambil duduk disebelah pemuda raven itu dan merapatkan jarak diantara keduanya.

"Aku yakin sebentar lagi Sakura pasti siuman. Jadi daripada kau terus menerus menyalahkan dirimu sendiri, lebih baik kita berdoa saja agar Sakura cepat siuman dan kembali sehat. Benar kan?"

"Hn, kau benar. Lebih baik kita memang berdoa untuk kesembuhan Sakura." Sasuke kembali mencium tangan Sakura dan mengusap lembut rambut Sakura. Dan karena gerakan itulah, perlahan Sakura mulai sadar dari pingsannya. Akhirnya dia membuka mata emeraldnya dan melihat dua sosok pria tampan kini ada disampingnya, yang tengah tersenyum menatapnya.

"Sakura, kau sudah sadar? Syukurlah..." kata Sasuke bahagia.

"Engh...aku ada dimana?" tanya Sakura sesaat setelah membuka matanya.

"Kau ada di rumah sakit, Sakura-chan. Kau mengalami kecelakaan." jawab Itachi.

"Aku mengalami kecelakaan? Tapi kenapa aku tidak ingat apapun?" tanya Sakura yang masih bingung dengan apa yang telah dialaminya.

"Mungkin itu karena kau baru sadar, Sakura-chan. Makanya itu kau masih belum ingat apapun." Itachi mencoba menerangkan.

"Tapi semua itu sekarang tak begitu penting, Sakura. Yang penting sekarang adalah kau selamat. Itu yang utama." kata Sasuke dan langsung mencium bibir Sakura dengan lembut dan mesra.

"Kyaaa...aaa...!Apa yang kau lakukan, hah!" teriak Sakura mendorong tubuh Sasuke menjauh. Yang membuat Sasuke tersentak kaget dan Itachi menatap heran.

"Sakura, a...ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti itu padaku?" Sasuke menatap penuh tanya kepada istrinya.

"Seharusnya aku yang tanya, kenapa tiba-tiba kau menciumku? Berani sekali kau melakukan itu! Apa kau sudah gila, hah!" jawab Sakura sambil berusaha menghapus bekas sapuan bibir Sasuke dibibirnya.

"Bukankah aku juga sering melakukannya padamu? Jadi kenapa kau marah, Sakura?" Sasuke semakin tak mengerti.

"Kau jangan sembarangan bicara ya! Mana mungkin kau sering melakukan itu padaku? Itu kan tidak boleh, Sasuke." jawab Sakura.

"Tidak boleh? Apa maksudmu dengan tidak boleh?"

"Pokoknya tidak boleh. Kita berdua tidak boleh berciuman. Dan kenapa kau diam saja saat Sasuke menciumku? Kenapa kau tidak marah, hah!" tanya Sakura menunjuk ke arah Itachi yang mulai bingung dengan kelakuan adik iparnya itu.

"Marah? Kenapa aku harus marah, Sakura-chan? Sasuke kan suamimu. Jadi wajar saja kalau dia menciummu." jawab Itachi.

"Suami? Kau jangan main-main begitu! Aku tidak suka bercanda. Suamiku kan kau, Itachi-kun." kata Sakura.

"A...Aku? Suamimu? Ahahaha...kau ini lucu sekali sich, Sakura-chan. Bercandamu itu benar-benar bagus. Iya kan, Sasuke?"

"..." Sasuke hanya diam dan tak berkomentar apapun.

"Aku tidak bercanda tahu! Aku benci Itachi-kun!" Sakura memalingkan mukanya enggan menatap Itachi. Dia sangat kesal.

"Kau semakin menggemaskan saja, Sakura-chan. Mana memanggilku dengan embel-embel 'kun' segala. Benar-benar lucu, ahahaha..."

"Itachi-kun menyebalkan!"

"Ahahaha...benar-benar lucu."

"Itachi..." panggil Sasuke.

"Ahahaha..." Itachi masih tertawa sambil memegangi perutnya yang mulai kram.

"Itachi..." panggil Sasuke lagi.

"Ahahaha..." Dan lagi-lagi tak mempan. Hingga...

"WOIII...ITACHI! KAU BISA DIAM TIDAK!" Dan seketika itu juga mulut Itachi langsung terkunci otomatis.

"Ehem, maaf. Ada apa?" tanya sulung Uchiha itu akhirnya mulai mampu menguasai dirinya.

"Ikut aku." kata Sasuke dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruang perawatan itu.

"Eh, tapi kita mau kemana?" tanya Itachi penasaran.

"Jangan banyak tanya lagi, baka! Ikuti saja aku." jawab Sasuke tanpa dosa yang langsung membuat Itachi cemberut karena dikatai bodoh.

Ruang Dokter.

"Hm, jadi istri Anda melupakan Anda sebagai suaminya dan justru menganggap kakak Anda adalah suaminya, begitu maksud Anda, tuan Sasuke?" tanya dokter.

"Ya, saya rasa begitu." jawab Sasuke.

"Ini benar-benar gawat, tuan Sasuke."

"Gawat? Jadi Sakura-chan tadi tidak sedang bercanda ya?" tanya Itachi dengan begonya.

"Hn." jawab Sasuke sekenanya.

"Waduh, kenapa bisa begitu ya? Aku jadi bingung." kata Itachi.

"Tapi dokter, apa yang sebenarnya terjadi pada istri saya? Kenapa dia bisa mengalami hal seperti ini? Padahal tadi Anda bilang dia tidak apa-apa."

"Saat saya periksa tadi, memang tidak ada luka serius yang istri Anda alami. Tapi jika ternyata kejadiannya seperti ini, maka hanya satu yang dapat saya simpulkan, tuan Sasuke." dokter mulai membuat diapnosa.

"Apa kesimpulannya, dokter?" Sasuke menelan ludahnya gugup. Begitu juga Itachi yang ikut-ikutan tegang.

"Tuan Sasuke, saya rasa istri Anda..."

"..."

"Mengalami amnesia."

"APA! AMNESIA!" teriak Sasuke dan Itachi bersamaan.

TBC

Fiuuu...uuuh ! Akhirnya chapter 1 selesai juga. Ya walaupun ancur, tapi aku sudah berusaha membuat yang sebaik mungkin. Jika banyak kesalahan, aku minta maaf ya...Maklum, Tabita author baru yang belum berpengalaman. ^_^

Dan bila ternyata jelek dan reader semua

ga' suka, Tabita tak akan melanjutkan fic ini

Jadi minta pendapat dan reviewnya ya...