Bleach-Naruto crossover. Didedikasikan untuk MnC21 yang secara nggak langsung udah menyemangatiku untuk publish fic ini. Maaf ya, Mon-senpai, versi English nya belum bisa dipublish. Tapi aku udah punya ide cerita yang baru untuk HitsuSaku. Tinggal nunggu punya waktu aja, dan untuk tag bahasanya, aku masih nyoba untuk nulis in English, jadi kalau misalnya enggak bisa, aku bikinin yang indo aja ya… ^^,v

Desclaimer : Naruto and Bleach is not mine. Never be mine

Pairing : HitsuSaku

Tittle : Shiro-chan

Sakura's POV

Enjoy it~^^

"Tsunade-sama… aku ingin berpamitan," kataku sedih. Aku tau hal kukatakan tadi, bukanlah hal yang diinginkan semua orang di sini, terutama wanita berambut pirang di depanku itu. Dia menghadap ke jendela, membelakangiku.

"Kau benar-benar akan pergi? Apakah kau sudah memikirkan hal ini benar-benar?" tanyanya datar tanpa menatapku.

Aku menunduk dan hanya menjawab, "Hum!" dengan mantap. Aku harap aku yakin mengatakannya.

Dia menengok padaku. Wanita berambut pirang itu menoleh ke arahku. Aku menatapnya yang terus memandangku aneh.

"Kau salah satu siswa kami yang terbaik, Sakura. Tapi, jika kau meninginkannya, akan kuijinkan kaupergi" ucapnya.

Aku tersenyum gembira padanya.

"Aku berjanji aku akan kembali lagi kalau aku sudah bisa melupakannya. Aku akan sangat tersakiti jika aku tetap di sini."

"Aku mengerti. Kau memang harus melupakan Sasuke. Itu lebih baik untuk hidupmu," ucap wanita itu, lalu membiarkanku memeluknya.

Aku mendekap tubuhnya dan menyebutkan, "Tsunade-sama… arigatou gozaimasu!" sambil tersenyum.

Aku keluar dari ruangan Tsunade-sama dengan perasaan lega juga sedih. Sedih, aku harus meninggalkan Naruto, Hinata, Couji, Lee, Kiba dan yang lainnya. Terutama gadis berambut senada dengan milik Tsunade-sama, sahabatku, Ino. Aku pasti akan berat berpisah dengannya. Dia sebenarnya gadis baik. Dia sering menolongku. Tapi, hanya karena Sasuke, kami jadi begini.

Aku memang tak bisa membenci pria keparat itu. Meski kata-kata kasar telah kuucapkan untuknya, aku tetap tak mampu. Meski pun dia telah memilih pergi untuk balas dendam daripada datang untuk membalas cintaku, hatiku masih belum bisa melupakannya.

Aku sendiri saja, tidak bisa membayangkan bagaimana wajahku saat aku berteriak, "Sasuke-kun…! Jangan pergi! Aku mencintaimu!" dan mengharapkan dia menoleh dan tersenyum padaku.

Ah…! Apapun akan aku lakukan untuk melupakan pria itu.

Aku sudah bertekat bulat untuk melupakan pria itu. Aku akan melupakan ketampanannya, indahnya mata merahnya, penguasaan jurusnya, juga gayanya yang super keren. Sudah cukup aku membanggakannya.

Sudah kuputuskan untuk menjauh dari Konoha. Aku akan pergi ke tempat kakek Urahara, di Karakura. Jauh memang, tapi semoga tempat yang jauh, juga akan menjauhkanku dengan kenangan pahit di sini.

"Sakura-chan…! Kau benar akan pergi?" aku mengangguk saat Naruto menanyaiku dengan sedih. "Aku pasti akan merindukanmu," ucapnya.

Aku tahu, pria berambut pirang itu mencintaiku. Tapi aku tidak bisa membalas cintanya padaku. Terlebih temanku, Hinata, dia juga mencintai Naruto. Aku tak mungkin menyakiti perasaannya. Dan aku juga tak bisa menjadikan Naruto sebagai pelarian saat cintaku tak terbalas. Dia terlalu baik untuk itu.

Aku beralih ke arah gadis yang kubicarakan tadi. Dia sahabatku.

"Maafkan aku, Ino-chan!" aku memeluknya. Entahlah, dia senang atau tidak aku peluk begitu, tapi aku bisa merasakan tangannya yang juga melingkar di pundakku.

"Kau harus baik-baik di sana. Jangan lupa untuk kembali. Aku pasti akan merindukanmu, Sakura!" ucapnya. Dia tetap sahabatku yang baik, pikirku.

"Aku pasti ingat. Aku tidak akan lupa dengan tempat ini. Aku pasti kembali. Dan aku hanya membutuhkan sedikit waktu untuk melupakan lelaki itu," ucapku sedih. Aku ingin menangis, tapi aku mencegahnya. Aku tak ingin mengeluarkan airmata di depan kawan-kawanku. Aku akan benar-benar melupakan lelaki itu.

~R~

Aku melambaikan tangan pada semua yang membiarkanku pergi. Sambil tersenyum sedih, aku meninggalakan Konoha, desa kelahiranku, juga desa yang telah membuatku menjadi seorang shinobi yang memiliki kemampuan.

Aku perlu menggunakan kereta untuk sampai ke Karakura. Ya, bisa kuakui, Karakura adalah kota yang lebih modern dibandingkan desa kelahiranku, Konohagakure. Meski begitu, aku tidak membenci desaku. Tempat itu, tetap tempat terindah.

Sekitar satu jam lagi, aku akan tiba di Karakura. Butuh waktu tiga jam untuk ke sana. Aku duduk sambil memandangi jendela.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu terjatuh di kakiku. Aku menengoknya. Tepat di samping kakiku, tergeletak sebuah boneka kecil yang menurutku lucu. Boneka kakek-kakek kurasa. Tapi wajahnya tak terlihat kriput. Em… bagaimana aku bisa mengira-ngiranya?

Aku menarik boneka itu dari samping kakiku. Sejenak kuamati matanya yang berwarna hijau, sama dengan milikku. Rambutnya putih dan kurasa sedikit mirip dengan milik Sasuke. Dahinya mengerut serius. Bibirnya terlipat rapih dalam keseriusan. Milik siapa ya?, pikirku.

"Um… maaf. Apakah ini milikmu?" tanyaku pada seorang anak kecil yang duduk di depanku bersama ibunya. Dia menggeleng.

Begitu pula saat aku bertanya pada beberapa anak yang ada di sekelilingku, mereka juga menggeleng. Tidak ada yang mau mengakui boneka ini. Kalau begitu aku akan bertanya pada diriku.

"Maaf Sakura, apakah kau mau membawa boneka ini bersamamu?" tanyaku sendiri dengan suara yang kubuat-buat.

"Tentu saja Haruno, dengan senang hati" jawabku dengan suaraku.

Ah… kalau dipikir-pikir aku ini sudah mulai gila. Berbicara sendiri, dengan memanggil nama sendiri. Tapi tak apa. sebut saja ini sebagai proses untuk melupakan Sasuke.

"Kau lucu, boneka." Aku mentoel-toel hidungnya, mengelus rambutnya yang sedikit lancip, dan mendekapnya dalam pelukanku.

Aku sudah berada di Karakura saat menemukan boneka itu. Meskipun hanya sebuah boneka, aku akan menganggapnya sebagai temanku yang pertama di Karakura. Aku pasti akan ingat pertama kali menemukannya. Dan aku akan menjaga boneka ini dengan baik.

"Um… kurasa kau tidak tua,tapi rambutmu membuatmu tampak seperti anak tua. Kau mengerti boneka? Ahahaha…. Karena warna rambutmu putih, aku akan memanggilmu, em… Shiro-chan! Kau suka?" tanyaku pada boneka yang bisu. Aku mengangguk-anggukan kepala boneka itu.

"Bagus!" sahutku pada anggukan yang kubuat.

Aku memang sudah tidak kecil lagi, umurku 14 tahun, tapi umurku tak bisa menghalangi kecintaanku pada boneka. Aku tetap menyukai boneka. Terlebih aku menemukan boneka ini secara aneh.

Sempat aku berpikir, sebenarnya diantara anak-anak yang kutanyai tadi telah membuang boneka ini, tapi aku juga tak bisa memaksa mereka untuk mengakui bonekanya.

Aku mendekap boneka itu selama sisa perjalanan.

"Semoga aku akan medapatkan teman baik di Karakura" ucapku dalam hati, sambil melirik Shiro-chan.

Tobe continued…

Hitsugaya : *nimpuk author dari belakang*

Me : *nengok sambil elus-elus kepala* apa sih, taichou ah…

Hitsugaya : Naruto vs Bleach nya udah diupdate belom? Main bikin multichip baru…

Me : aduh… gimana ya, taichou… Ruki. Tunggu aja ya, ^^ emang kenapa, taichou?

Hitsugaya : enggak.

Me : Wah… pasti udah nggak sabar ya, untuk ngobrol ma sakura-chan, di Naruto vs Bleach? Hayoo ngaku…

Hitugaya : *noyor kelapa author* ada orangnya bego..!

Sakura : hayooo pada ngomongin aku ya… (taichou langsung diem)

Me : eh, sakura-chan…! Boleh minta tolong nggak?

Sakura : apa ?

Me : mintain review dong… ^^

Sakura : oh, iya iya…! Yo, readers, author kita ini bikin multichip baru, semangatin dia yuk dengan review kalian…! Dan terimakasih udah mampir ke fic HitsuSaku ini. ^^

~Rukishiro Kurosaki~