Sungmin's Mystery of Life

Interactive Fanfiction

Prolog

By Yuya Matsumoto

"My Life's Mystery"

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Pair: KyuMin and Many more

Summary: Sungmin adalah seorang yatim piatu yang diasuh oleh seorang haraboji baik hati. Kehidupannya berjalan normal sampai haraboji meninggal. Sungmin dituntut untuk membongkar semua rahasia hidupnya. Apakah itu? RnR please

.

.

\(^w^)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.

"SUNGMIN! Bangun! Ini sudah pagi, chagiya.", panggil haraboji dari balik pintu kamar.

Aku menggeliatkan tubuhku di atas ranjang kesayanganku. "HOOAAM.". Aku menguap malas. Rasanya satu malam tidak cukup untuk membasuh letih yang kurasakan sekarang.

TOK! TOK! TOK!

"Sungmin-ah! Kamu akan terlambat jika tidak bangun sekarang. Cepatlah! Haraboji tunggu di ruang makan ya.", panggil haraboji sekali lagi. Nadanya melembut.

Aku beranjak dari ranjangku. Tidak tega membiarkan kakek kesayanganku itu lelah hanya karena memanggilku. Aku bergegas masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diriku. Siap menyambut hari baru pagi ini.

Aku memakai seragam sekolahku dan menyiapkan semua kebutuhanku di sekolah. Mataku tersita pada sebuah ranjang bayi kecil berwarna biru yang terletak tidak jauh dari rak buku. Ranjang bayi yang masih tertata rapi. Sebuah ranjang yang menjadi saksi beku kehidupanku saat ini. Ranjang bayi yang menyelamatkanku dari terpaan dingin di malam itu. Ranjang bayi yang mempertemukan aku dengan haraboji yang baik hati. Tanpa kusadari aku sudah mengelus ranjang bayi yang penuh dengan sejarahku itu.

"Eomma, bogoshippo!", lirihku halus.

TENG! TENG! TENG!

Jam dinding di kamarku berdentang nyaring. Aku tersontak sadar dari lamunanku. Ah, aku bisa terlambat! Aku bergegas ke dalam ruang makan. Haraboji dengan sabar menunggu kedatanganku. Ia duduk di kursi dengan tenang. Beberapa pelayan terlihat sudah menyiapkan segalanya. Aku memberikan senyuman terindahku kepada semua orang dalam ruangan itu; Jonghyun haraboji dan para pelayan. Seorang pelayan membantuku untuk duduk di kursi makan. Pelayan itu juga mengambil tasku, lalu memberikannya kepada Mr. Heo, supir pribadiku.

Haraboji tersenyum jahil kepadaku. "Melamun lagi?", tanya haraboji penuh selidik.

Aku menggaruk tengkukku dengan salah tingkah. Aku tersenyum malu. "Hehehe… Haraboji tahu saja kebiasaanku".

"Dasar kamu ini! Ayo cepat makan.", ujar haraboji. Ia mengambilkan aku beberapa lauk-pauk. Kebiasaannya yang tidak bisa aku tolak. Padahal aku sudah besar, tapi kakek selalu memperlakukanku seperti anak kecil. Huft! Nasib! Hehe… Tapi aku senang.

Setelah menyelesaikan sarapan yang sangat menyenangkan ini, aku beranjak berangkat sekolah. Haraboji selalu melakukan rutinitas wejangan yang ia sampaikan setiap pagi untukku.

"Jangan nakal di sekolah. Makan tepat waktu. Jangan terlalu memaksakan diri jika kamu merasa lelah dan sakit. Kalau ada perlu, langsung telepon kakek.", nasihat Haraboji panjang lebar.

Aku menggangguk malas. "Iya, kakek sayang. Aku ini sudah besar. Aku sudah tujuh belas tahun, kek! Aku berangkat ya!", kataku mengakhiri acara melankolis milik haraboji ini.

Aku melihat haraboji meneteskan airmatanya. Setiap pagi selalu seperti itu. Aku menghapus airmatanya, lalu masuk ke dalam mobil, melambaikan tanganku kepada haraboji. Aku tahu haraboji akan tetap menatap gerbang, hingga aku menghilang dari jarak jangkau pandangannya.

"Hahaha… Tuan muda terlalu imut sih, jadi Tuan Besar takut terjadi sesuatu pada tuan", ledek Mr. Heo saat ia mulai menjalankan mobil.

"Ya! Mr. Heo jangan ikut meledekku seperti itu. Aku ini manly banget!", bantahku. Aku mengerucutkan bibirku. Sebal. Selalu saja diperlakukan seperti anak kecil oleh semua penghuni rumah. Mr. Heo hanya tertawa senang mendapat respon yang ia harapkan dariku.

.

('^3^)b ::YuyaLoveSungmin:: r(^,)

.

"HARABOJI! Sungminnie pulang.", teriakku saat memasuki pintu depan rumah bak istana ini. Beberapa pelayan menyambutku dengan hangat. Aku hanya tersenyum menanggapi mereka semua.

"HARABOJIIII!", teriakku sekali lagi dengan nada manja. Biasanya Jonghyun haraboji akan segera menghampiriku jika aku sudah berteriak dengan sangat manjanya. Bahkan biasanya haraboji sudah ada di depan pintu, ikut menyambut kepulanganku dari sekolah.

"Haraboji kemana, Ahjumma?", tanyaku kepada salah seorang pelayan yang sibuk menata meja makan untuk makan malam.

"Saya tidak tahu, Tuan Muda. Mungkin ada di kamarnya", jawab pelayan itu sopan.

Tanpa pikir panjang lagi, aku bergegas ke kamar Haraboji yang terletak di lantai tiga. Aku masih mengenakan seragam sekolah dan menggendong ransel sekolah yang berat. Aku juga tidak tahu apa gunanya buku tebal-tebal ini. Malas sekali. Loh kok aku jadi melamun seperti ini.

"Haraboji.", panggilku pelan saat memasuki kamar Haraboji. Tidak ada yang menyahut. Aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Haraboji, lebih dalam lagi untuk mencari setiap sisi kamar yang luasnya hampir setengah rumah ini. "Haraboji.", panggilku sekali lagi, namun tetap tak ada jawaban.

Aku sudah mencari haraboji di ruang santai kamarnya, di dalam kamar mandinya, di ruang televisinya, di ruang tidurnya, namun nihil. Aku tidak menemukan haraboji dimana pun. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang King Size milik haraboji. Aku memandang dinding kamar haraboji yang berwarna merah darah. Haraboji memang nyentrik dengan segala karakteristiknya yang membuat orang bingung. Dia bisa menjadi siapa saja dalam waktu sepersekian detik. Moodnya berubah-ubah dengan sangat cepat. Walau begitu, aku sangat menyayangi malaikatku itu.

Tunggu dulu. Sepertinya ada yang aneh dengan ranjang ini. Posisinya tidak sama seperti biasanya. Agak sedikit miring. Pantas saja kok aku merasa barang-barang haraboji sedikit bergeser. Bukan, ini pasti ranjangnya yang berbeda letak.

Aku turun dari singgasana mimpi haraboji. Aku mendorong ranjang besar ini, namun ranjang ini tak bergerak sedikit pun. Seperti tertahan sesuatu atau aku memang yang tidak kuat. Aku mengintip ke bawah ranjang yang biasanya tertutupi seprai panjang menjuntai ke bawah. Aku merangkak ke dalam kolong ranjang ini, mencari sesuatu yang mengganjal agar aku bisa memposisikan ranjang ini kembali. Aku melihat secercah cahaya dari bawah lantai. Kenapa bisa ada cahaya di bawah ranjang pengap dan berdebu ini ya?

Aku merangkak mendekati cahaya itu berasal. Sebuah tangga. Ada sebuah tangga menuju sebuah tempat, entah apa itu. Aku mengumpulkan keberanianku untuk turun ke ruangan di bawah sana. Karena ruang di bawah ranjang ini terlalu sempit, aku hanya bisa turun perlahan-lahan dengan sedikit merayap tentunya.

Sampailah aku di lantai terbawah dari tangga ini. Aku mengatur napasku yang tersengal-sengal. Siapa yang menyangka kalau ada sebuah ruang di bawah ranjang besar Haraboji dengan tangga yang begitu panjang dan menyiksa. Sebuah lorong yang sempit dan gelap. Bulu kudukku berdiri ketika aku merasakan angin yang dengan sejuknya tertiup di sela tengkukku.

Hening, sepi, sunyi dan senyap. Itulah yang dapat aku gambarkan terhadap lorong ini. Aku meraba-raba dinding di sekitarku, berusaha mencari saklar. Nihil. Aku tidak menemukan apapun. Jantungku berdegup kencang ketika aku merasakan sesuatu yang lembut, basah, sedikit berlendir di telapak tanganku. Aku menyentuh apa? Menjijikan.

Kakiku kaku. Mataku sudah lelah mencari secercah cahaya agar bisa melihat. Aku ingin segera kembali ke atas, kamar haraboji. Dari bawah sini saja, aku hanya bisa melihat titik kecil yang dihasilkan oleh api petromax yang ditempel di dinding atas tangga itu. Kenapa tadi tidak kubawa saja lampu itu ya? Menyesal? Iya, aku menyesal masuk ke dalam sini.

Aku terus saja berjalan mengikuti bentuk lorong ini. Sesekali aku menabrak sisinya, ketika lorong ini berbelok. Aku sudah tidak ingin menyentuh dindingnya. Entah apa yang ada di setiap sisi dinding lorong mencurigakan ini.

SIIING! BUG!

Kakiku beku. Bulu kudukku berdiri. Aku berbalik ke belakang. Aku berusaha mencari sesuatu yang menimbulkan suara aneh itu. Aku tidak dapat melihat apapun kecuali angin yang semakin kencang terasa dari belakang punggungku.

"Lari!". Sebuah suara lirih dan pelan terdengar di telingaku. Entahlah itu suara siapa. Yang aku tahu aku harus segera berlari menjauh dari tempatku saat ini. Aku berlari dan terus berlari, hingga ada sebuah titik cahaya yang dapat kulihat dengan mataku. Oh, Tuhan! Selamatkan aku dari sini.

BRAAAK!

Aku terjatuh. Aku menabrak seseorang atau sesuatu. Aku tidak tahu dengan pasti. "HARABOJI! TOLONG MINNIE", teriakku ketakutan. Aku sudah tidak kuat berada di sini. Hiks… hiks… hiks… airmataku mengalir tanpa bisa kubendung lagi.

Seseorang atau sesuatu itu menyentuh bahuku. Aku berteriak histeris memanggil haraboji. Sesuatu itu membantuku bangun. Tubuhku bergemetar hebat. Jujur, aku benar-benar ketakutan. Sebuah cahaya bergerak dari posisinya. Apakah ini hantu yang ada di cerita dongeng Jepang?

CKLEK!

Sebuah suara pintu dikunci. Berarti ada sebuah pintu di sekitarku ini. Tapi siapa atau apa yang mengkuncinya? Aku terdiam pasrah.

"BOO!". Sebuah wajah tua renta dengan beberapa garis keriput terpampang jelas di depan wajahku dengan sebuah cahaya terang yang menyinarinya. Aku merasakan sesuatu yang basah di sekitar lantai yang kujejaki.

"HUAAAAA…". Aku berteriak histeris sekali lagi. "SETAAAAAN!"

PLAAAK!

"Dasar cucu kurang ajar!", marah makhluk di depanku tadi.

Eh? Sepertinya aku mengenal suara ini. Cucu? Aku membatu. Tidak percaya kepada apa yang kudengar barusan.

"Ya! Sungminnie. Ini haraboji. Kamu tidak apa-apa?", tanya suara yang begitu familiar itu. Ia mengguncangkan tubuhku beberapa kali. Aku tetap diam membantu. Aku terlalu shock.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali karena terkena silau cahaya yang masuk secara tiba-tiba ke dalam retinaku. Aku memeluk sosok di hadapanku yang ternyata Jonghyun, menangis semakin lantang. Haraboji memelukku. Ia mengelus punggungku, mencoba menenangkanku.

"Uljima. Ini Haraboji. Tenang, chagiya! Lagian kamu ngapain ke sini?", tanyanya heran.

"Hiks… Haraboji yang ngapain ke sini? Hiks… Pintu apa tadi yang haraboji kunci?", tanyaku tidak peduli. Aku terlalu takut.

"Sudah… sudah! Uljima… Ayo kita kembali ke rumah", ajak Haraboji. Ia berjalan di depanku. Aku hanya mengikutinya berjalan dengan tanganku yang terkait pada jari jemari haraboji. Perjalanan ini jauh lebih nyaman dengan cahaya dari senter yang dibawa haraboji dan sosok haraboji itu sendiri.

Aku merangkak keluar bawah ranjang terlebih dahulu. Haraboji sibuk mengunci pintu rahasia itu. Tak beberapa lama haraboji keluar dengan lelah dan napas yang tersengal. Haraboji ikut merebahkan tubuhnya di atas ranjang sepertiku. Kami sama-sama lelah karena perjalanan panjang itu. Haraboji mengalihkan pandangannya padaku.

"Jangan pernah kamu masuk ke dalam ruangan itu. Apalagi mencoba membuka pintu di dalam sana. Itu pun kalau kamu tidak mau menyesal", ancam haraboji dengan tatapan tajamnya.

Aku mengangguk lemah. Siapa pula yang mau masuk ke tempat menyeramkan itu lagi?

Haraboji menengok ke kanan-kiri dirinya, mengendus sesuatu yang tercium asing di hidung. "Kok bau pesing ya? Minnie, kamu pipis ya?", tebak haraboji dengan tatapan curiga kepadaku.

Aku tertawa cengengesan dituduh seperti itu.

"Ya! Pergi ke kamarmu sekarang. Argh! Kamu membuat kamarku bau!", perintah haraboji mutlak.

Aku berlari setelah mendengar perintah haraboji. Huaaaa… Haraboji jadi sangat menyeramkan seperti hantu yang aku temui di lantai bawah itu.

.

(TT^TT) ::YuyaLoveSungmin:: r(-_-')

.

Sejak hari itu aku sering menemukan haraboji menghilang setiap aku pulang sekolah. Biasanya ia keluar dari bawah ranjangnya. Hal ini selalu terjadi hampir setiap minggu. Aku tidak mengerti apa yang ada dibawah sana. Aku juga tidak ingin tahu apa yang sebenarnya ada di dalamnya. Mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu saja sudah membuat bulu kudukku merinding, apalagi aku disuruh kembali ke dalam ruangan itu. Mau dibayar seberapa banyak pun aku tidak mau terima.

"Sedang apa kamu disini? Kamu berusaha mencari tahu tentang ruangan itu?", tanya haraboji penuh selidik.

Aku menghela napas panjang. Saat ini aku sedang merebahkan tubuhku diatas ranjang empuk milik haraboji. Aku menggeleng pelan. "Tidak, haraboji. Aku terlalu takut untuk kembali ke dalam sana. Toh itu semua privacy haraboji. Aku tidak mau melanggar privacy siapapun seperti yang diajarkan haraboji kepadaku.", jawabku jujur.

Haraboji merebahkan dirinya di sampingku. Ia mengelus pipi chubby-ku. "Kamu sudah besar sekarang, Minnie-ah", ujar haraboji dengan penuh kasih sayang.

Haraboji memandang langit-langit kamarnya yang sekarang berwarna biru tua. Tatapan matanya menerawang jauh ke dasar ingatannya di masa lalu. "Saat aku pertama kali bertemu padamu, kamu masih bayi yang begitu mungil dan rapuh, Minnie-chagi", lanjut haraboji memulai ceritanya.

Ini bukan kali pertama haraboji menceritakan sejarah hidupku yang berkaitan dengan ranjang bayi kecil di kamarku. Aku memposisikan tubuhku menghadap haraboji. Aku senang mendengarkan kisah masa kecilku.

.

Flashback

.

\(*3*)/ Jonghyun P.O.V

.

Malam ini malam yang dingin dan sedikit bersalju. Aku memandang keluar jendela. Salju turun dengan pelan namun tetap bisa membuat beku siapapun yang berada di cuaca seperti ini. Hari ini adalah genap satu tahun kesendirianku. Istriku tercinta telah meninggalkanku seorang diri. Ia lebih memilih mengabdikan dirinya bersama Tuhan di surga.

Aku mengeratkan selimut yang menutup tubuhku. Aku menyeruput kopi hangat yang menemani malam-malamku. Di pertengahan January, setiap orang masih bisa merasakan suasana liburan tahun baru, namun aku hanya sendiri di dalam rumahku yang kelam. Api dari perapian tidak bisa menghangatkan hatiku yang membeku. Aku hanya butuh ia di sisiku. Kumohon Tuhan, kirimkanlah malaikat untuk menemaniku atau ambillah nyawaku agar aku bisa bersamanya kembali.

TOK! TOK! Sebuah ketukan pada pintu depan rumahku. Aku enggan bangun dari posisi nyamanku. TOK! TOK! TOK! Ketukan itu menjadi semakin membabi buta, seakan tidak akan berhenti sampai aku membukakan pintu untuknya.

Aku membuka pintu rumahku dengan malas. Aku tidak suka ada yang menggangguku di malam peringatan kematiannya ini. Terlebih lagi aku yang hanya tinggal sendirian, membuat segalanya terasa semakin berat.

"Ada apa malam-malam seperti ini menggangguku?", tanyaku ketus saat aku membuka pintu. Aku hanya disambut oleh ratusan bola salju yang turun dari langit. Tidak ada siapapun. Ugh! Hanya orang iseng saja. Aku akan menutup pintuku ketika…

"HATCHIII… OEE… OEEE… HATCHI…". Sebuah suara bersin dan bayi secara bersamaan membuatku sedikit curiga. Aku mencari asal suara itu, tapi tidak ada seorangpun yang lewat di depan rumahku. Aku akan menutup pintuku sekali lagi, ketika aku baru menyadari ada sebuah ranjang bayi berwarna biru di bawah tangga pintu rumahku.

"OEEE… OEEE… OEEEE…" Tangisan bayi semakin keras dari dalam ranjang yang terselimuti kain tebal itu. Aku mengangkat ranjang bayi itu. Aku membuka kain yang menyelimuti tubuh seorang bayi mungil. Tanpa menunggu lama, aku membawa masuk ranjang itu ke dalam. Aku membawanya ke depan perapian yang bisa menghangatkan tubuh bayi yang mulai membeku itu.

Aku menatap dalam wajah sang bayi. Putih, mungil dan sangat cantik. Kulitnya masih merah dan tubuhnya mungil sekali. Aku memperkirakan bayi ini baru berusia beberapa hari. Ini pasti jawaban dari Tuhan atas permintaanku tadi. Ia telah membawa sosok istriku ke dalam bayi cantik ini. Terima kasih, Tuhan! Aku akan selalu menjaganya hingga ajal menjemputku. Aku akan membahagiakannya selalu. Tak akan kuizinkan kesedihan menghampirinya. Aku berjanji.

.

Jonghyun P.O.V (T^T)

.

Flashback End

.

Aku menangis mendengar cerita dari Jonghyun haraboji. Itulah mengapa aku begitu menyayanginya. Jika saja haraboji menolak merawatku, aku tidak tahu apakah aku bisa merasakan kenikmatan dunia seperti ini. Belum lagi segala curahan kasih sayang yang selalu ia berikan kepadaku. Aku menyayangimu, haraboji. Aku memeluk haraboji dengan erat, menyalurkan segala cintaku kepadanya. Kami pun berpelukan, lalu tertidur dengan pulas.

Aku terbangun ketika mendengar suara batuk seseorang. Aku melangkahkan kakiku ke arah suara itu berasal, kamar mandi haraboji. Aku melihat haraboji sedang terbatuk-batuk di depan wastafel. Aku menghampirinya. Aku melihat darah di atas wastafel yang sedang diairi oleh air. Aku menarik bahu haraboji agar bisa menatap wajahnya. Wajah haraboji terlihat sendu dan lelah.

"Haraboji, gwenchana?", tanyaku khawatir. "Aku panggilkan dokter ya", ujarku sambil membantu haraboji ke atas ranjangnya.

"Kamsahamnida, Minnie-ah! Aku tidak apa-apa. Tidak perlu memanggil dokter", tolaknya halus. Aku mengambilkan minum untuk haraboji. Ia benar-benar terlihat tidak sehat.

Aku memanggilkan seorang dokter ketika haraboji sudah tidur. Dokter itu memeriksa haraboji dengan sangat teliti. Aku dan beberapa pelayan harap-harap cemas menunggu hasil observasi dokter. Setelah selesai dengan pemeriksaan, sang dokter merapikan semua peralatannya.

Ia menghela napas panjang. "Kakekmu hanya terlalu letih. Terutama di usia senja-nya seperti ini, jangan buat ia terlalu lelah. Jangan biarkan ia berkutat dengan sesuatu yang bisa membuat pernapasannya terganggu. Buat dia merasa senyaman mungkin. Ini resep obatnya. Selalu perhatikan perkembangannya ya", jelas sang dokter sambil memberikan secarik resep kepada Mr. Heo.

Aku mengelus pipi haraboji yang terlihat menahan nyeri. Haraboji memang sudah terlalu tua untuk merawatku. Kini giliran aku yang memberikan perhatian kepadanya.

.

\(*0*) ::YuyaLoveSungmin:: (^.^)/

.

Sejak hari itu kondisi kesehatan haraboji memburuk. Aku membawanya ke rumah sakit agar ia bisa mendapat perawatan intensif. Haraboji dirawat di ruang perawatan VVIP. Aku jarang pulang ke rumah. Aku biasa menemani haraboji setiap saat. Rumah sakit menjadi rumah pertamaku saat ini. Aku juga tidak mengerti apa penyakit yang diderita haraboji. Yang aku mengerti hanyalah bahwa haraboji menderita komplikasi karena usianya yang tak muda lagi.

Hari ini kegiatan di sekolah begitu menyitaku. Sebentar lagi akan ada festival budaya sekolah, sehingga aku harus mempersiapkan ekstrakulikulerku dengan baik. Aku adalah ahli martial arts di sekolah. Aku juga menjabat sebagai ketua.

Mr. Hoe beberapa kali meneleponku dikarenakan keadaan haraboji yang semakin memburuk. Aku bergegas pergi ke rumah sakit, setelah latihan dan segala keperluan telah kupersiapkan dengan baik. Aku berlari, sesampainya di rumah sakit. Aku tahu aku sudah sangat terlambat, tapi aku tidak ingin benar-benar terlambat untuk menemuinya.

Aku membuka pintu ruang rawat haraboji dengan keras. Beberapa orang di dalamnya terlihat sangat kaget, melihat kedatanganku. Aku melihat haraboji terbaring sangat lemah, namun kain yang menyelimutinya masih naik-turun. Singkatnya haraboji masih hidup. Di sisi ranjang haraboji terdapat pengacara keluarga. Haraboji mengangkat tangannya dengan sisa tenaganya. Ia memanggilku. Aku mendekati haraboji. Airmataku sudah mengalir mungkin sejak aku berangkat dari sekolah. Yang aku tahu, aku tidak akan sanggup kehilangannya.

"Kemarilah, chagiya!", panggil haraboji pelan.

Aku mendekati haraboji. Aku duduk di atas ranjangnya, memandangi wajah tuanya yang lelah. Haraboji mengelus jejak-jejak airmataku. Ia tersenyum tampan.

"Uljima. Haraboji akan baik-baik saja", ujarnya susah payah.

Aku tersenyum. Aku memegang tangannya yang ada di pipiku. Sejak kapan haraboji-ku begitu kurus dan tua seperti ini? Apakah aku terlalu tidak peduli atau penyakit ini yang begitu hebat menggerogotinya?

"Haraboji harus janji akan sehat kembali. Janji ya!", kataku menyemangatinya.

Haraboji tersenyum lagi. "I'll promise it", ucapnya. "Haraboji akan memberikan sesuatu kepadamu, Minnie-ah! Sesuatu tentang masa laluku dan kehidupan orangtua-mu. Masa lalu tentang keluarga yang selama ini kau rindukan", kata haraboji terbata-bata, pelan dan lirih.

Masa laluku? Apakah haraboji tahu siapa aku?

Aku mendekati haraboji. Ia meminta pengacaranya untuk mengambilkan sesuatu kepadaku. Sesuatu yang selama ini ingin kuketahui. Sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya. Haruskah aku menerimanya?

.

? ::: T.B.C ::: ?

.


aku hanya REPOST FF... Biasanya aku akan memberikan pilihan kepada readers, tapi kali ini aku hanya akan memPUBLISH versi sesuai keinginanku

KEEP or DELETE?

Terserah dari readers semua

FF ini ada di WPku dan jg di FFn (Sungmin's Mystery Of Life-tapi beda versi dg yg akan aku PUBLISH skrg)

Full version of this fanfiction on my Wordpress

Thanks ^^