Tetangga 101


Ronda itu ... (1)


"Nanti malam ada ronda pasca lebaran, ya Bapak-bapak."

Suara Pak Ketua RW Jonghyun di detik-detik terakhir sebelum halal bi halal selesai membuat suasana bermaaf-maafan antar tetangga menjadi hening sejenak.

Burung-burung berkicau riang, lantunan nada-nada khas lebaran masih terngiang, bau-bau kue nastar mulai tercium dari rumah Keluarga Pak Gunhee yang hobi masak (dan juga hobi ngelawak).

Tapi pengumuman dari Pak Jonghyun berhasil merubah itu semua.

"Mah, kita nanti malem berangkat mudik, kan, ya." Samar-samar (niatnya, sih begitu—tapi kedengeran satu lapangan) Pak Hyunbin berbicara pada istrinya.

Istrinya Pak Hyunbin pun mengerutkan keningnya. "Mau mudik kemana, Pah, kita berdua sama-sama orang sini."

Dan Pak Hyunbin hanya bisa nyengir minta maaf ketika Pak Jonghyun menatapnya dengan senyuman yang membuatnya tidak tega membuat alasan lagi.

.

Siang harinya, Pak Jaehwan datang ke rumah Pak Jonghyun dengan beberapa kertas di tangannya—masih berpakaian koko dan sarung, lengkap dengan pecinya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," sahut istrinya Pak Jonghyun dari dalam rumah. "Oh Pak Jaehwan, nyari suami saya, Pak?"

Pak Jaehwan mengangguk ganteng tanpa bicara banyak, membuat istri Pak Jonghyun langsung berlari kecil ke dalam rumah dan menemukan suaminya lagi berternak lele(?).

"Abi, dicariin."

Yang diajak ngomong masih sibuk sama peliharaan lele-lelenya. "Dicariin siapa, Mi?"

"Bapak ganten—eh, maksudnya Pak Jaehwan."

Pak Jonghyun langsung bangkit dari posisi berjongkok di depan kolam lelenya, menatap istrinya lalu menggeleng-gelengkan kepala. "Khilaf, Mi, Jaehwan kalah ganteng sama Abi," komentar Pak Jonghyun sambil mengelus kepala istrinya. "Udah punya Abi kok masih ngelirik orang, yang dilirik Pak Jaehwan lagi. Pak Minhyun masih mending."

Istrinya mengerucutkan bibir. "Kan, Umi, cuma bilang Pak Jaehwan ganteng. Kalau aku bilang Minhyun ganteng, nanti istrinya marah. Kan nggak enak sama saudara sendiri." Ucapan polos sang istri membuat Pak Jonghyun tergelak. Iya, juga sih, Pak Minhyun kan sepupunya Pak Jonghyun. "Ya sudah cepetan sana ketemu Pak Jaehwan, nggak enak bikin orang lama-lama nunggu."

"Iyaaa." Pak Jonghyun langsung melesat menuju ke depan rumahnya, menemukan Pak Jaehwan yang sedang celingak-celinguk melihat peliharaan burung jalaknya. "Maaf lama nunggu, Pak."

"Oh, nggak apa, Pak," jawab Pak Jaehwan kemudian menyerahkan kertas-kertas di tangannya. "Ini data para warga yang nggak mudik di lebaran, Pak. Nanti malam, kita sama Pak Minhyun bisa manggil-manggilin mereka semua."

Secara singkat, Pak Jonghyun memeriksa kertas-kertas itu sebelum ia tersenyum. "Wah, makasih banyak, lho Pak. Jadi ngerepotin, kan," kata Pak Jonghyun. "Minum teh dulu Pak, sekalian makanin kue nastar buatan istri saya. Guanlin aja sampai nambah." Ya iyalah, Pak Jonghyun, Guanlin kan anak bapak yang masih umur enam tahun—porsi makannya pasti banyak.

Ngomong-ngomong, Guanlin itu anaknya Pak Jonghyun yang suka bikin ribut rumah Pak Kenta karena sohibnya—Seonho—tinggal di sana.

"Oh, nggak usah, Pak, ada keluarga dari Banten dateng ke rumah jadinya nggak bisa lama-lama," tolak Pak Jaehwan dengan halus sebelum ia menunjuk ke burung jalak Pak Jonghyun. "Udah ganti profesi Pak, dari tukang budidaya lele ke budidaya jalak?"

Sepertinya Pak Jaehwan tidak melihat plang 'NOTARIS' yang terpasang di depan rumah Pak Jonghyun.

Untung Pak Jonghyun orangnya sabar, jadi dia hanya tersenyum lagi—menahan tangis sebenarnya. "Nggak, Pak, nggak."

.

"Nanti malam mau aku bawain teh nggak, sekalian buat bapak-bapak yang lain?"

Pak Minhyun mengulas senyum lembut ke istrinya sebelum menggeleng. "Nggak usah, sayang," jawab Pak Minhyun lalu menutup koran yang ia baca. "Aku bisa bikin kopi bareng bapak-bapak yang lain, kok. Lagipula, nanti ada yang cemburu."

Istrinya Pak Minhyun pun duduk di sebelah Pak Minhyun lalu menatap suaminya dengan penasaran. "Siapa yang cemburu?"

"Lah, itu Keluarga Kang."

Istrinya mengerutkan kening. "Kang yang mana?"

"Kang Daniel-lah sayang, masa Dongho." Dan istrinya pun mengangguk paham. "Kayak kamu nggak tau aja, istrinya Pak Daniel kan ganas," jelas Minhyun, membuat istrinya tergelak. "Aku udah bilang ke Jonghyun, nanti malam istrinya main ke sini, bawa Guanlin."

"Oh bagus! Guanlin sama Nayoung bisa main bareng!" seru istrinya dengan bersemangat, tetapi raut wajahnya kembali berubah. "Kamu serius nggak mau aku bawain apa-apa? Nggak mau dibikinin makanan juga?"

Dan Pak Minhyun menggeleng. Ia memajukan wajahnya untuk mengecup singkat kening sang istri. "Bikin makanan buat istrinya Jonghyun sama Guanlin aja," titahnya, membuat sang istri langsung mengangguk.

"Ya sudah aku masuk ke dalam dulu, ya," jawab istrinya, melangkah masuk ke dalam rumah—tetapi langkahnya terhenti di tengah jalan. "Nanti malam jangan lupa bawa Aut*n."

"Iya, siap."

"Jangan begadang."

"Aku mau ngeronda. Masa nggak begadang?"

"Jangan pulang terlalu siang. Tidurnya jangan sambil taekwondo kayak Hyunmin anaknya Pak Hoeseung."

"Iya, istriku yang cantik." Pak Minhyun langsung bangkit dan mendorong kedua bahu istrinya agar masuk ke dalam rumah. "Aku mau ngeronda bukan mau kemah Pramuka, sayang."

Mau tidak mau, istrinya pun tergelak mendengar jawaban dari Minhyun.

.

Dengan senyum yang hampir mengalahkan terangnya sinar api obor malam ini, Pak Seongwoo pun berdiri di depan pos seakan-akan ingin berpidato kebangsaan. "Mari kita tunai kewajiban kita sebagai warga yang baik!" teriak Pak Seongwoo dengan berapi-api.

Di ujung pos sana, Pak Jonghyun berusaha menahan air mata karena terharu dengan semangat Pak Seongwoo. Pak Taemin sendiri malah kaget dengan teriakan Pak Seongwoo.

"Ini masih jam sembilan," kata Pak Taehyun, dengan santainya menyalakan TV di pos. "Malam ini ada Liverpool lawan Arsenal, nih. Seru pasti."

Beberapa bapak-bapak lainnya malah ikutan Pak Taehyun nonton pertandingan Liga Inggris, membuat yang lain geleng-geleng kepala.

"Gimana kalau kita bagi tim?" usul Pak Dongho yang mukanya sudah amat mendukung menjadi hansip. "Satu tim isinya berapa orang, lalu nanti keliling. Ada yang jaga pos."

"Udah ada yang jaga pos, tuh," kata Pak Daniel, mengedikkan kepalanya ke arah Pak Taehyun Cs. yang sibuk menonton pertandingan bola. "Nggak tau jaga pos ronda atau pos taruhan gol."

"Ya sudah, ayo kita bagi pertim," kata Pak Taemin yang sudah kembali dari masa kagetnya. "Saya nggak mau sama Pak Moonbok pokoknya."

"Lah, salah saya apa, Pak?" tanya Pak Moonbok dengan sedikit tersinggung.

Pak Taemin nyengir. "Saya takut nanti saya malah mati kaget ngeliat Bapak di kegelapan malam."

Beruntunglah Pak Taemin tidak kena sabetan sarung dari Pak Moonbok yang mendumel, "emang saya kunti apa".

"Yaudah yaudah, gimana kalau saya sama Pak Jungjung jalan ke RT 06? Sekalian ngejagain daerah rumah sendiri," saran Pak Minki yang baru saja selesai pakai Aut*n dan segala lotion anti-nyamuk lainnya. "Pak Gunhee juga mau ikut. Ada yang mau ikut lagi?"

"Saya mau ikut!" seru Pak Gwanghyun—yang masih terlalu oenyoe untuk dipanggil bapak. "Saya takut istri saya kenapa-napa."

Yang mendengarnya pun langsug memutar bola mata. Dasar pasutri baru.

"Kalau begitu, saya pilih ngeronda di RT 01," kata Pak Jonghyun. "Ada yang mau ikut sama saya?"

Beberapa tangan mengacung. Tangan Pak Jaehwan, Pak Minhyun, Pak Hyunbin, Pak Seongwoo, dan Pak Daniel. Pak Jonghyun menghela napas. Kenapa, sih, warga di RT-nya yang model-model begini?

"Pak Gunmin, Pak Yongguk, Pak Insoo sama Pak Sangbin berarti ngejaga RT 03 ya sama saya." Pak Dongho tersenyum. Senyuman Pak Dongho sebenernya cakep, cuma terlalu mirip sama preman pasar di kelurahan sebelah sehingga membuat Pak Gunmin memilih bersembunyi di bahu Pak Gunhee.

Setelah berhasil menentukan tim ronda, ronda pun dimulai.

.

-masih berlanjut-

.

A/N : Kayaknya Ramadhan ini aku mau bikin fanfic humor lol. Marhaban ya Ramadhan kalian semua!

Aku nangis lho pas tau Jonghyun rank #1. Aku nggak mau dia jadi center, tapi aku butuh dia sekali aja duduk di atas singgasana(?). Btw, my Hwanwoong and Woo Jinyoung micheotji are eliminated TTBeruntungnya, HF udah ngeluarin teaser boygroup dAN ADA WONCHEOL ASDFGHJKL. Abaikan.

Aku lagi UKK lho, butuh doa dan semangatnya TT Chap 2 aplod abis UKK aja ya.

Mind to review?

.

-bonus-

"Taehyun."

"Ah berisik, tunggu dulu ini Ozil belum ngegol."

"Noh Taehyun."

"Ish, apaan sih?"

"Kamu satu-satunya warga RT 07 di sini, nggak ngeronda?"

Pak Taehyun melepas pandangannya dari layar TV, memandang Pak Sungwoon yang balik menatapnya dengan ekspresi greget.

"Ah gak usahlah, rumah-rumah di RT 07 kan kayak gubuk semua. Siapa yang mau malingin," ucapnya dengan cuek lalu lanjut nonton TV—malahan sekarang tambah parah dengan ngegaruk-garuk perutnya yang one pack.

Di belakangnya, Pak Sungwoon yang notabene saudara sepupu Pak Taehyun menahan diri untuk tidak menendang pria bermarga Noh itu ke sungai terdekat.

"Untung sodara Ya Gusti, untung sodara ..."