Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: Miss Typo[s]. Abal. Little bit 00C. Gaje.

Rate T

Pair: SasuHina—slight NaruSaku.

Saya sangat-sangat suka dengan suara emas nat king cole. ini terinpirasi dari slah satu lagunya...

~Happy reading mina-san~


"...A blossom fell and very soon

I saw you kissing someone new beneath the moon

I thought you love me, you say you love me

We planned together to dream forever

The dream was ended, for true love died

The night a blossom fell and touched two lips that lied... "

-A Blossom Fell-

Sore ini, Hinata memutuskan untuk mengunjungi sebuah café kecil yang manis di tikungan dekat jalan raya. Hinata memarkir mobil LamborginiMurcielago biru miliknya dan melangkahkan kakinya ke pintu mungil di depan sana sambil mengeratkan jaket dan syal berwarna greentea.

Ukh, dingin sekali.

'Kling.. Kling…' Suara bel mungil terdengar ketika Hinata membuka pintunya. Hal pertama yang terlintas di otak Hinata adalah,café ini sangat manis.

Hinata memesan sebuah strawberr ycheese cake imut yang mungil dan secangkir cappucinountuk membersihkan kepenatannya.

"Huuuh... Kalau tahu kerjaan Ino sebanyak itu, aku pasti akan menolak. Tapi aku kasihan padanya... Untung saja kerjaan ku sudah selesai." Hinata meniup nafas lega.

Bagaimana kabar Naruto-kun yaah?

Mengingat kekasihnya yang beberapa bulan lagi akan menjadi suminya. Ya, Naruto adalah tunangan Hinata. Wajah Hinata langsung memerah.

Mungkin sebaiknya ku kirim pesan padanya saja yah…?

"Bagaimana kabar Naruto-kun? Apa kau sudah makan? Sekarang ada dimana?"

Hinata yang sedang sibuk dengan ponselnya tidak sadar kalau ada seorang pria yang baru saja masuk pintu café tersebut.

"Aku baik-baik saja, Hinata-chan. Aku sudah makan =D. Aku sedang berada di rumah." Balas Naruto.

Seorang maid berjalan ke arah Hinata dan pria berambut raven berjalan di arah berlawanan dengan maid, di antaranya ada Hinata. Hinata yang tidak sengaja menjulurkan kaki jenjangnya ke arah maid yang tidak sadar akan kaki yang ada di depannya, maid yang tadinya membawa nampan berisi pesanan Hinata tumpah dan mengotori kemeja lengan panjang pemuda tersebut.

"Aargh!" Geram pemuda itu, "Nona! Apa kakimu selalu terjulur ketika sedang duduk?" umpat pria tersebut dengan suara dingin, terlampau dingin kalau menurut Hinata.

Tapi hey! Kan aku tidak sengaja! Teriak Hinata dalam hati.

"Ma... Maaf, a-aku tidak se-se-sengaja..." Kata Hinata sedikit berbisik. Maid yang menjatuhkan nampan itu memberikan pria raven itu tissue untuk membersihkan kemejanya yang berantakan karena cake favorit Hinata. Berpasang-pasang mata tertuju pada mereka membuat Hinata semakin gugup. "A-ano... A-akan saya ganti..." Seraya mengeluakan lima lembar uang bernominal paling besar diantara semua uang.

'Aargh! Tidak adakah hari yang lebih buruk dari hari ini! Sial!' umpat nya.

Karena tidak ingin jadi pusat perhatian, si pemuda langsung berjalan keras ke arah pintu dan segera mengemudikan ferrarimerah nya keluar dari parkiran.

Tidak ketinggalan juga si mungil Hinata yang berlari kecil menuju pintu keluar dan melesatkan lamborgini mewahnya. Semua orang yang melihat hal itu terdian lau kembali sibuk dengan urusannya masing-masing. "Uukh, tadi memalukan sekali. Sudah lah... Aku frustasi memikirkan hal itu! Sudah malam... aku takut Tou-san marah. Tapi mungkin aku akan ke taman bunga tengah kota saja ahh..."

Sampai di taman Hinata turun dan ia melihat banyak sekali bunga yang kering dan pohon besar yang daun-daunnya sedang berguguran.

Cantik sekali taman ini di waktu musim gugur!

Malam ini bulan purnama. Sambil berjalan menikmati pemandangan daun yang berguguran dengan anggun. Lampu-lampu di taman berwarna oranye kekuningan menambah kesan romantis. Tak heran banyak pasangan di sini sedang bermesraan.

Andai ada Naruto-kun disini... kata Hinata bergumam sambil memerhatikan pasangan-pasangan.

Waaah, disana ada orang yang rambutnya mirip dengan Naruto-kun. Hihihi, dia sedang menciumi leher seorang wanita berambut pink, rambutnya indah... batin Hinata. Waah, tampaknya semakin panas, lebih baik aku memperhatikan yang lain.Sekilas ia melihat pemuda yang mirip Naruto lagi dan... DEG!

Wajah Hinata memucat... Sangat putih, tiba-tiba dengan tak sadar. Tumpah air matanya. Apa yang dikatakannya bahwa orang itu mirip Naruto tidak salah. Tapi itu sepenuhnya benar! Yang sedang berciuman panas di seberang sana adalah Naruto dan wanita di pelukannya tidak dikenal Hinata.

.

'A blossom fell and very soon'

'I saw you kissing someone new beneath the moon'

.

Naruto sadar sedang diperhatikan berniat marah, tapi niatnya menciut begitu tau siapa yang mempehatikannya. "Hi-hinata... Hinata... HINATA! Aku bisa menjelaskannya..." Hinata yang bergetar hebat dengan air mata deras yang mengalir dari ujung matanya, hanya bisa berbalik dan berlari sekencang-kencangnya menuju mobilnya, tidak menghiraukan Naruto yang sibuk mengejarnya.

Diambilnya kasar kunci mobilnya dari kantung jaketnya.

BRUKK...

Karena tidak sadar akan jalannya ia menabrak pria raven tadi sore. "go-gom–gomen... Hiks.. Hiks... Hikss..." Isak Hinata begitu menyadari siapa yang ditabraknya.

"Kau... Yang tadi sore, ada apa denganmu?" Tanya sang raven, "namaku Sasuke." Pandangan Hinata mengabur karena air mata, kelalanya sangat sakit, seperti terbenturkan ke batu besar. Hinata yang tidak bisa menahan berat tubuhnya lagi jatuh diatas Sasuke. Hinata pingsan, Naruto yang melihat hal itu membentak Sasuke, "hey! Kau! Teme! Apa yang kau lakukan terhadap Hinata ku!"

"Hinata? Apa...! Hey! Dobe! Kau kira aku buta! Dia menangis dan berusaha menghindari mu!" Jawab Sasuke. Naruto terdiam, kemudian berlari meninggalkan Hinata di pelukannya.

Ringansekali.Kukiraberat. Sasuke mulai meraba kantung Hinata untuk menemukan dompetnya.

"Hmm... Nama Hyuuga Hinata, Alamat mansion hyuuga, Tokyo Timur. Hmm, tak jauh dari mansionku." Kata Sasuke sambil menatap wajah manis Hinata dengan mata sembab akibat menangis tadi. Dan... badannya masih bergetar. Sasuke menggendong Hinata masuk keferrarimerahnya.

.

Hinata mengerjab-ngerjabkan matanya dan mulai menggeliat ke segala arah, lalu menangkap jelas siluet tekuk badan laki-laki di depannya, tepat sedang merebahkan kepalanya pada kasur yang ia tiduri sekarang.

Or-orang yang waktu itu? Kenapa bisa ada di kamarku? Tunggu, tunggu! Terakhir aku ingat, aku melihat Naruto-kun bersama seorang gadis. Lalu aku menubruk seseorang ketika melarikan diri dan—Maksudnya dia yang membawaku ke sini?

Terpandang jelas dari wajahnya rasa bingung dari ribuan pertanyaan yang terbentur di otaknya.

Srek...

"Hinata-sama," tak berapa lama seseorang maid muncul di ambang pintu. "Kau sudah bangun?"

"Ya." Balas Hinata seraya memijit dahinya, merasakan hangat yang menyebar di kepalanya.

Maid itu kemudian masuk setelah diberikan 'izin' oleh sang majikan, "aku membawakan teh kesukaan Anda." Ia lalu memindahkan secangkir teh pada meja. "Pemuda ini sedari kemarin menunggu Anda setelah mengantarkan Hinata-sama kemari, sebaiknya Anda mengucapkan terima kasih padanya jikalau pemuda ini sudah bangun..."

Wajahnya saja yang bengis, ternyata sikapnya begitu simpatik sekali.. Hihihi.. Cekikikan kecil timbul tiba-tiba dari bibir Hinata. Sesaat tanpa sadar, tangannya mengelus lembut rambut raven sang pemuda. "Arigatou..." bisiknya kecil.

Tep!

Tangan pemuda raven itu dalam hitungan detik mendekap tangan Hinata yang sedang mengelus kepalanya. "Sama-sama..." Ia lalu membuka matanya dan melihat tampang terkejut yang aneh dari lawan bicaranya.

Wajahnya aneh sekali...

"A-argh, ka-kalau sudah bangun ke-kenapa ta-tak bilang?" Dengan lekuk wajah aneh berserta rona merah yang menyelubungi tiap inchi wajah putihnya, Hinata berusaha menahan rasa gugupnya selagi berbicara. "A-aku jadi terkejut."

Wanita aneh...

Pemuda itu memutarkan pupil matanya ke arah jam tangan hitam legam yang bertengger pada lengannya. "Oh, ya... Aku harus pergi sekarang, jika kau sudah sembuh jangan lupa hajar cowok sialan itu..." Ia pergi, meninggalkan Hinata dengan tanda tanya besar.

Juga bodoh...

Secangkir teh hangat masih tergeletak di sebelahnya, hawa panas menyebar ke seluruh ruangan. Hinata terdiam di pojok ruangan, tepatnya di tempat tidurnya, kemungkinan demam kini 50% menyerang tubuhnya. Bagaimana tidak? Ia sekarang terpaku menahan segala rasa aneh dalam pikirannya... Segera ia ambil teh panas itu dan meminumnya sekali teguk.

Sang pemuda raven itu mengintip sejenak apa yang dilakukan oleh wanita tersebut, dasar gila...

~To Be Continued~