Call My Name
.
DISCLAIMER: UP© Pete Docter, Bob Peterson & Thomas McCarthy
WARNING: typo, Canon, deskripsi sederhana, OOC.
.
"Mr. Fredricksen!"
Suara cempreng sangat disukai lelaki paruh baya tengah menyantap makanan bareng seekor anjing kesayangan di sebuah café sering sekali dikunjunginya. Lelaki paruh baya itu mengangkat kepalanya, menatap anak kecil berusia 10 tahun tengah berlari-lari ke arahnya. Senyuman tersungging di bibir keriputnya.
"Russel!"
"Mr. Fredricksen!" teriaknya berlari dan memeluk lelaki paruh baya bernama Carl Fredricksen, lelaki sudah dianggapnya sebagai seorang kakek. "Aku kangen padamu dan aku senang memanggil namamu."
Carl tergelak mendengar pernyataan Russel, bocah memanggil namanya. "Tentu saja aku senang juga kamu memanggilku, Russel. Kini aku juga senang memanggilmu dan kamu muncul di tempat ini."
Russel tersenyum sumringah, melepaskan rengkuhannya dan duduk di seberang Carl Fredricksen. "Apa makanan kita hari ini?" Russel mengitari pandangan ke beberapa menu makanan tak terlalu banyak. "Hanya segini sarapan pagimu, Mr. Fredricksen?"
"Sejujurnya, iya."
"Tapi …" Russel member jeda. "Kata mom, aku harus makan makanan bergizi atau—" Russel bangkit dan bersorak karena mengingat sesuatu. "—makan es krim!" serunya lantang.
Carl kembali tergelak, menahan agar tawanya tak terlalu pecah. "Jangan pernah makan es krim pagi-pagi, Russel. Tidak baik buat kesehatanmu. Kasihan perutmu, kamu akan sakit perut apabila makan es krim pagi-pagi."
Russel mengerucutkan bibir, tak suka. "Padahal aku sudah mewanti-wanti demi makan bersamamu, Mr. Fredricksen."
"Lain kali saja."
Melipat kedua tangan sambil memalingkan muka, Carl Cuma bisa tertawa kecil melihatnya. Anak-anak memang tak mau memakan mengandung sayur-sayuran karena takut pencernaanya sering lancar. Ketika saat mau memakannya, bau sayur-sayuran sering tercium dan bikin perutnya mual. Anak-anak sering mengeluhkannya.
"Apa kamu tahu, Russel, kalau sayuran itu bisa mengembangkan otot agar kuat?" Pertanyaan dari Carl membuat Russel mengalihkan pandangan ke Carl. Lelaki paruh baya tersenyum kecil. "Jika kamu memakan makanan berupa sayur, aku pastikan kamu akan suka pada petualangan selanjutnya."
"Mr. Fredricksen!" panggilnya.
Carl terlonjak di tempatnya berdiri, kaget. "A—apa?"
"Aku suka sekali mendengarnya," senyum Russel mengembang. "Makasih, Mr. Fredricksen."
"Sama-sama, boy."
"Jadi, mana makananku?!" tanyanya menjelajah. Carl tertawa kecil. "Kenapa kamu tertawa, Mr. Fredricksen?"
"Bukankah ibumu sudah menaruh bekal makanan di dalam tasmu, Russel?" Carl menunjuk ke belakang di mana tas masih berada di punggung Russel. Bocah itu cengengesan, salah tingkah. "Makan makananmu, lalu kita kembali berpetualang."
"Siap, Mr. Fredricksen!"
Russel mengeluarkan bekal makanan telah disiapkan mommy-nya, makanan berupa sayuran dan ada sedikit daging di dalamnya. Mau tak mau, Russel harus menghabiskannya demi berpetualang dengan orang disayanginya seperti Carl Fredricksen.
Mereka saling memanggil nama dan mereka menyukainya. Karena panggilan nama itu, di sinilah mereka. Bisa bersama-sama walau kesepian pernah menyelimuti. Namun, ada pelajaran di balik itu semua.
Bukankah begitu?
[End]
.
A/N: Yes! Akhirnya buat fic UP! Horray! #BersorakSorai
Sign,
Zecka Fujioka
06 Januari 2015
