Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : OOC (perhaps), typo, dsb.
-Chapter 1-
Pagi hari di Konoha, para penduduk memulai aktivitasnya masing-masing. Berangkat bekerja, pergi ke pasar, menyapu halaman, dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan para penduduk itu. Orang-orang berlalu lalang di jalanan. Sibuk dengan urusannya sendiri. Ada yang berjalan seraya bercakap-cakap di handphone-nya, ada yang sibuk bersiul, sibuk bergumam, dan ada juga yang berlari karena takut terlambat datang ke tempat yang dituju. Di jalanan itu tak nampak para siswa berseragam, di stasiun pun begitu. Tentu saja, karena mereka sedang berlibur, untuk satu bulan ke depan.
Di taman belakang yang berada di sebuah rumah bertingkat dua bergaya minimalis ini, tengah duduk dua orang gadis. Yang satu adalah seorang gadis berambut merah muda, dan yang satunya berambut pirang. Mereka tengah bercakap-cakap sembari ditemani dengan dua cangkir Milktea hangat di tambah beberapa buah cupcake dan pannettone[1].
"Ah, sudah libur lagi. Kau ada rencana pergi?" tanya si gadis berambut pirang.
"Tidak tahu. Kaa-san sibuk dengan butiknya. Lagipula aku tak ada rencana untuk liburan ini," jawab gadis berambut merah muda.
"Ah, bagaimana kalau kau ikut aku pergi ke Milan? Ayolah, aku tak ingin sendirian ke sana," ucap gadis berambut pirang itu seraya menatap gadis berambut merah muda yang berada di depannya dengan wajah memohon.
Gadis berambut merah muda itu terdiam sebentar, "Untuk apa ke Milan?"
"Yang jelas untuk liburan. Lagi pula aku ke sana untuk bertemu Sai dan menemui Kakekku. Kau kan tahu, Sakura."
"Bagaimana ya? Aku…"
"Ayolah, demi temanmu ini. Si cantik Yamanaka Ino," ucapnya sembari mengerjap-ngerjapkan matanya.
'Tapi—"
"Ayolah, mau ya? Lagi pula kau kan ingin mencari buku klasik, nah, kata Sai di sana banyak sekali perpustakaan yang menyimpan buku klasik."
Sakura terdiam, memikirkan tawaran yang menggiurkan itu. "Berapa lama di Milan?"
"Ya, hanya sekitar dua minggu. Bagaimana?"
Sakura menghela napas, "Baiklah, tapi aku akan meminta izin Kaa-sanku. Aku tak berjanji Ino."
Gadis berambut pirang yang bernama Ino itu tersenyum senang. Setidaknya ia tak akan sendirian di sana, karena Sai mungkin akan sibuk dengan kuliahnya.
.
.
Bandara Malpensa
Sakura dan Ino duduk tenang disebuah bangku panjang, orang-orang berlalu-lalang keluar masuk Bandara. Sakura tengah membaca sebuah buku klasik sedangkan Ino tengah memainkan Nitendo DS-nya.
Tak berapa lama Sakura menutup bukunya, merapatkan mantelnya, di Milan memang tengah musim dingin, Ino pun kelihatannya telah selesai dengan kegiatan memainkan DS-nya. Ia sekarang malah tengah melirik ke sana-kemari mencari sosok bernama Sai—kekasihnya, seorang lelaki berkulit pucat, bola matanya berwarna onyx, dan berambut hitam lurus pendek. Ino melirik jam tangannya.
"Dasar, katanya dia akan menjemput kita dan tak akan telat satu menit pun. Tapi sekarang, sudah telat sepuluh menit dan Sai masih belum datang juga." gerutu Ino.
Sakura tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu, "Sudahlah, Ino. Mungkin Sai terjebak macet atau dia ada urusan mendadak yang tak bisa dia tinggal."
Ino menatap Sakura sembari mengernyitkan alisnya, "Hah... menyebalkan!"
Sakura tersenyum lagi, lalu membuka kembali bukunya itu.
"Ciao[2]!" sebuah suara berat membuat Sakura dan Ino mendongakkan kepalanya, di depannya berdiri seorang lelaki bertubuh jangkung dengan rambut hitam cepaknya yang agak klimis, Sai.
Ino langsung berdiri dari duduknya, "Sai, kau ini. Aku dan Sakura bosan menunggu tahu." cecar Ino.
Lelaki bernama Sai itu hanya tersenyum seperti biasa, "Mi dispiace[3], Ino, Sakura. Tadi aku dipanggil dosen. Jadi aku agak telat datangnya."
Sakura hanya tersenyum menanggapi sementara Ino menggumam-gumam tak jelas.
"Sudahlah, ayo kita ke mobilku!" ajak Sai.
Sakura, Ino, dan Sai pergi menuju tempat parkir. Sai menyeret dua koper milik Sakura dan Ino. Ino terus saja bergumam tak jelas sepanjang peralatan parkir, sementara Sai hanya tersenyum di sebelahnya. Sakura berjalan di belakang mereka dan agak jauh. Sakura memerhatikan tingkah sepasang kekasih itu, sesekali ia terkikik geli. Tanpa ia sadari ia menabrak seseorang.
BRUK!
Sakura jatuh, ia menutup matanya. Terasa sakit di bagian pantatnya, rupanya ia terjatuh dengan posisi pantat menyentuh tanah. "Aduh.." rintihnya. Sakura membuka matanya dan mendongakkan kepalanya, ditatapnya seorang lelaki tampan yang mengulurkan tangannya. Sakura ragu-ragu menyambut uluran tangan itu. Ditariknya tangan Sakura. Sakura pun bangkit dari jatuhnya.
"Mi dispiace, aku tak sengaja." Sakura membungkukkan badannya. Ia lupa kalau ia sekarang berada di Milan. Lelaki yang ditabrak Sakura itu hanya terdiam. Sakura memberanikan diri menatap laki-laki yang berada di depannya. Hal pertama yang dilihatnya adalah, sepasang mata onyx gelap yang tajam dan indah. Lalu dipadu dengan rambutnya yang berwarna biru kehitaman yang mencuat ke belakang, kulitnya yang putih, garis rahang yang tegas. Benar-benar tampan.
Lelaki tampan itu membuka mulutnya, "Lain kali berhati-hatilah." membuat lamunan Sakura buyar. Sakura tersenyum salah tingkah. Ia lalu meminta maaf kembali sembari membungkukkan badannya sebelum meninggalkan lelaki tampan yang masih berdiri di tempatnya. Lelaki itu memerhatikan Sakura sampai Sakura menghilang si sudut mata onyx-nya. Saat ia akan melangkah lagi, ekor matanya menangkap suatu benda yang berkilau. Lelaki itu membungkukkan badannya dan mengambil benda tersebut yang rupanya adalah sebuah gelang.
.
.
Sakura sudah sampai di depan sebuah mobil Ford, tempat Ino dan Sai berada.
"Sakura... kau ini! Kupikir kau diculik? Tiba-tiba saja menghilang," ucap Ino geram.
Sakura tersenyum, "Maaf, Ino. Tadi aku tak sengaja menabrak orang."
"Benarkah?" tanya Ino dengan nada khawatir, "kau tak apa-apa, kan?" tambahnya.
Sakura mengangguk, "Aku tak apa-apa."
"Ayolah, kalian ingin mengobrol di sini sampai sore?" tanya Sai yang sudah berada di pintu belakang mobil bagian kanan dan membukanya. Sakura dan Ino berpandangan sejenak, lalu menghampiri Sai.
"Tentu tidak!" ucap Ino sembari masuk ke dalam mobil diikuti Sakura di belakangnya. Setelah mereka berdua masuk, Sai menutup pintu mobilnya dan melangkah ke pintu depan mobil bagian kiri, lalu masuk, dan segera menghidupkan mobilnya. Mobil milik Sai pun melaju meninggalkan Bandara Malpensa.
Sakura menatap ke arah luar jendela. Milan. Kota yang sibuk dengan kabut tebal sepanjang hari. Orang-orang yang berlalu-lalang dan lalu lintas yang padat. Serta merupakan tempat dua klub besar di dunia, Inter Milan dan AC Milan. Itulah gambaran kota Milan menurut gambaran Sakura. Saat pertama kali ia menjejakkan kaki di tanah Negara Italia itu, ia merasa agak takut. Soalnya seperti kata Sai, orang-orang Milan terkesan angkuh dan sombong.
Mobil milik Sai berhenti di depan gedung apartemen. Mereka bertiga keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung apartemen itu. Apartemen yang tidak terlalu mewah, cukup sederhana malah tapi terlihat elegan. Sakura dan Ino mendapat kamar no.103 yang berada di lantai dua apartemen itu. Sakura, Ino, dan Sai menaiki tangga menuju kamar dua gadis dari Konoha itu.
Mereka bertiga tiba di depan pintu kamar yang bertuliskan 103. Mereka pun masuk. Kamarnya cukup luas, dengan dua kamar, ruang tamu, dapur, dan satu kamar mandi. Dindingnya bercat warna krem dipadu dengan gambar bunga-bungaan arah vertikal. Dan dindingnya sudah dihiasi beberapa foto kota sudut Italia. Sai meletakkan koper milik Sakura dan Ino.
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Sai semabari tersenyum.
"Hm…cantik!" ucap Ino dan Sakura bersamaan sembari tersenyum.
"Baguslah jika kalian suka. Istirahatlah, kalian pasti capek. Aku pergi." Ucap Sai sembari keluar dari kamar 103. Ino dan Sakura memang lelah, akhirnya mereka berdua malah tertidur di sofa panjang.
.
.
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di sebuah café bernama Florarossa. Seorang lelaki berambut biru kehitaman yang mencuat kebelakang, bermata onyx, tengah duduk di meja yang berada di sudut ruangan yang menghadap jendela. Tampak seorang cameriere[4] menghampiri lelaki tampan itu.
"Buon pomeriggio, signore. C'è che vogliono dominare il messaggio[5]?" tanya cameriere itu sembari menyerahkan sebuah menu pada lelaki tampan itu. Lelaki tampan itu membuka-buka buku menu. Setelah tahu apa yang ingin ia pesan. Ia pun menutup kembali buku menu itu.
"Ho ordinato una tazza di cappuccino[6]." jawabnya.
Cameriere itu segera mencatat pesanan si lelaki tampan itu. "Baiklah tuan, tunggu selama 5 menit. Dan pesanan tuan akan diantar. congratulazioni Mi scusi e godere[7]." Ucapnya seraya pergi.
Lelaki tampan itu, memandang kembali keluar jendela. Seakan teringat sesuatu ia merogoh sakunya dan mengeluarkan benda. Ditatapnya sebuah gelang perak yang indah. Di wajahnya tersunggingkan senyum simpul. "Gadis bermata emerald yang menarik dan… bello[8]"
Per essere continuato.
[1] pannettone = semacam kue khas Milan, Italia, yang biasa disediakan dan disantap pada Natal, dan merupakan salah satu lambang kota Milan. Dibuat dari adonan yang lembut dan setengah matang yang berisi permen dan kismis.
[2] Ciao = halo!
[3] Mi dispiace = Maaf
[4] cameriere = pelayan
[5] Buon pomeriggio, signore. C'è che vogliono dominare il messaggio = Selamat sore, Tuan. Adakah yang ingin tuan pesan?
[6] Ho ordinato una tazza di cappuccino = Saya pesan secangkir Cappucino.
[7] congratulazioni Mi scusi e godere = Permisi dan selamat menikmati
[8] bello = cantik.
Hallo.. Bertemu lagi dengan saya Rie… Hehe... ini fict kedua saya..
Oh ya… maaf ni kalau bahasa Italynya agak aneh.. hohoho…
R N R... Please?
