Disclaimer : Naruto belong to Masashi Kishimoto

My Little Devil is My Fiance

Gerombolan awan cumulus nimbus itu bergerak, searah hembusan angin yang membawanya sampai pada akhirnya saling berkumpul satu sama lain, mewarnai langit yang semula berwarna biru cerah kini telah berganti dengan warna abu-abu yang begitu suram.

Angin berhembus pelan, menerbangkan helaian daun kering yang berserakan itu hingga membumbung tinggi. Tidak lama setelah hembusan angin itu menerpa, titikan air dengan tepat menghujam bumi beserta isinya. Orang-orang yang menyadari situasi ini langsung menghambur, dan segera mencari tempat berlindung agar terhindar dari gerimis yang mungkin sebentar lagi akan bermetamorfosis menjadi hujan .

ZRASS!

Dan benar saja, gerimis itu benar-benar menjadi hujan. Begitu derasnya hujan tersebut hingga orang-orang dapat mendengar desingan kuat yang berasal dari air hujan yang menghantam jalanan, maupun atap perumahan penduduk di sekitarnya.

Tampak sesosok gadis dengan rambut sewarna buble gum, tengah berjalan dengan tergopoh-gopoh sambil membawa puluhan buku dan map di tangannya. Hujan yang menderas, makin mempersulit langkahnya untuk berjalan, ditambah lagi ia tengah memakai wedge heels maka makin bertambahlah penderitaannya. Tidak terelakkan lagi cipratan lumpur dan beberapa helaian rumput telah melekat sempurna pada celana cargo pats cream yang tengah di kenakannya.

Gadis itu mendecak kesal ketika melihat arloji di tangan kirinya, ia setengah berlari menuju tepi jalan raya. Melihat ke kiri dan ke kanan, berharap ada angkutan umum yang dapat di tumpanginya. Namun, malang baginya. Kendaran-kendaraan umum harapannya itu selalu berlalu melewatinya begitu saja, bahkan terlihat tak memperdulikannya. Lagi-lagi ia berdecak, kemudian mengambil jalan pintas dengan cara berlari; yang menurutnya sangat efektif di saat genting seperti sekarang ini.

Zzztt…

Zzztt…

Ponsel di saku celana gadis itu bergetar, menandakan seseorang tengah meneleponnya. Ia bergeming, kemudian mengambil ponselnya, dan kemudian menekan tombol hijau yang berada di ponsel tersebut sebelum mendekatkan benda mungil di genggamannya ke telinga kirinya.

"Halo," kata gadis itu pada seseorang yang menjadi lawan bicaranya di seberang sana.

"Sakura, kau dimana sekarang?" terdengar suara seorang gadis lain dari ponsel Sakura. Sangat kentara sekali nada bicara gadis itu sedang tergoncang oleh rasa kehawatiran. Sakura—si gadis pengangkat telepon tadi hanya mendesah pasrah mendengar suara sahabatnya dari benda elektronik yang bertengger di telinga kirinya.

"Aku masih di jalan, Ino. Tenang saja, sebentar lagi aku samp—"

"—sampai apanya, Sakura! Dari setengah jam yang lalu kau juga bilang begitu" potong gadis bernama Ino itu cepat, sementara Sakura hanya meringis pelan sebagai respon.

"Kau tahu, aku hampir mati khawatir, karena memikirkanmu Sakura," kata gadis itu lagi. Sakura memandang arlojinya sekilas, masih ada waktu kurang lebih 16 menit lagi untuk sampai ke Konoha University, dalam hati ia bersyukur.

"Baik, baik, aku akan segera ke sana" balas Sakura, kemudian ia memutuskan sambungan telepon dan kembali memasukkan benda di tangannya ke saku celananya.

Dengan langkah cekatan ia kembali berlari menembus hujan. Ia tidak perduli lagi dengan keadaannya sekarang, basah kuyup kah? Atau compang-camping bak gelandangan kah? Ia tak perduli, baginya yang terpenting sekarang, bagaimana caranya sampai ke Konoha University dengan jarak 5 Kilo Meter, dalam jangka waktu 16 menit!

Namun, baru saja Sakura hendak menyebrang jalan melalui Zebra cross, dari arah berlawanan melaju mobil Honda Jazz berwarna hitam dengan kecepatan di atas rata-rata. Sakura menoleh kearah kanan, dimana mobil Honda Jazz hitam itu berada, mata Sakura membulat, secepat kilat ia berusaha cepat untuk segera pergi meninggalkan zebra cross itu, namun lagi-lagi dewi Fortuna tidak memihak pada Sakura. Saat tengah berlari, tiba-tiba saja ia tersandung kakinya sendiri hingga ia jatuh tersungkur mencium dinginnya aspal yang diguyur hujan.

Sakura tak sempat lagi untuk melarikan diri, mobil itu makin dekat ke arahnya, dan akhirnya—

CRASHH!

To Be Continue

Baiklah, Minna-san…

Saya tau, fic ini nggak layak banget, mana ujung-ujungnya TBC pula *lirik fic* tapi maklumilah Saya Minna-san… saya udah kurang lebih 3 tahun fakum dari dunia tulis menulis, dan baru sekarang nulis lagi *sembah sujud*

Dan, inilah fic saya setelah sekian lama hiatus. Abal banget jadinya…

Okelah, sebelumnya mau nyampein special thanks buat temenku, Maria, Esra, Devi, Nurika, sama Ul-ul dan juga my Onii-san, yang sudah membangkitkan hasrat menulis *halah* saya…

Juga, fic ini ku dedikasikan untuk Manda Akaichi…

Mungkin kalau nggak ada dia, fic ini nggak bakalan jadi ^_^ thanks, man…

Baiklah, langsung to the point,

Minta kritik dan sarannya melalui Review ^_^

Review, please…