Kala Senja: Matahari © Imorz
Haikyuu © Haruichi Furudate
Warning: typo(s), slash
Summary: Kenyataan bahwa Tendou memutuskan untuk berhenti bermain voli selepas SMA membuat Semi sedikit, hanya sedikit, merasa sedih.
Dari ufuk barat, Semi dapat melihat matahari tinggal setengahnya. Ketinggian air laut mulai meninggi dan burung-burung entah jenis apa berpencar di langit jingga.
Ia dapat melihat Tendou yang masih asyik bermain pasir dengan para anggota kelas satu. Pemuda itu terlihat bangga dengan hasil karyanya yang tidaklah seberapa. Kemudian mereka kecuali Tendou mulai menjauh dari bibir pantai dan kembali ke penginapan.
Tendou menghampiri Semi yang masih gemar memandangi lautan. Ia duduk di sampingnya, "Semi, kau tidak masuk ke dalam?"
"Nanti dulu. Pemandangannya masih sangat cantik."
Tendou pun mengikuti arah pandang lawannya, "Hee, senja ya? Semi masih yang paling cantik menurutku."
"Tendou, hentikan."
Wajah itu tidak dapat berdusta. Meski terbias jingganya senja, Tendou masih dapat melihat semburat merah jambu menggemaskan di kedua pipi Semi Eita. Ia tak tahan untuk tidak mencubitnya.
"Aww, Eita-ku manis sekali."
Tiada kata yang terucap. Semi membiarkan Tendou berlaku semena-mena pada pipinya, "Jangan lakukan lagi, itu membuatku malu."
Tawa kecil mengucur halus pada lisan pemuda berambut merah. Ia mendekatkan duduknya pada lawannya hingga tiada jarak. Tendou menyandarkan kepalanya pada pundak terkasih seraya melingkarkan lengannya dari belakang.
"Kau sedang memikirkan apa, hm?"
"Tentang kau yang akan berhenti bermain voli setelah SMA."
Tendou menggumam sebagai jawaban.
"Memangnya kenapa?" jawabnya kemudian.
"Aku hanya merasa sedih, sedikit. Kupikir kita bisa terus menjadi rekan hingga ke perguruan tinggi."
Senyum Tendou mengembang. Ia makin mengeratkan pelukannya, "Jangan bersedih. Aku akan berada di barisan depan untuk menyemangatimu. Kau tidak usah khawatir."
"Tetap saja seperti ada yang kurang, ada bagian yang rancu."
"Itu hanya pikiranmu. Aku yakin kau akan baik-baik saja."
Semi tidak menyahut. Bahkan kecupan manis hadiah dari Tendou di pipinya pun ia hiraukan.
"Eita, ayolah. Jangan begini," rengek Tendou. "Liburan kita bisa jadi tidak menyenangkan jika kau melankolis seperti ini. Wakatoshi juga tahu tapi dia baik-baik saja."
"Kau serius menyamakan aku dengannya? Ya ampun."
Tawa kecil yang diumbar pemuda bernama Semi Eita itu memberi sensasi tersendiri bagi Tendou. Setidaknya dia berhasil membuat Semi tertawa.
Matahari hanya terlihat seperempatnya. Langit mulai menghitam dan mega merah berkuasa sepanjang dirgantara. Kicauan burung bahkan semerdu karya Bethoven.
"Jangan samakan aku dengan siapapun lagi, mengerti?"
"Siap."
Kecupan demi kecupan mereka lontarkan setelah itu. Yang berambut merah lebih menuntut, lebih menguasai.
Alfabet tidak terdengar lagi, hanya efek suara. Baik itu laut, angin, burung, atau kecipak asmara yang dihasilkan Tendou dan Semi. Meski punggungnya sudah bersentuhan dengan pasir, Semi masih enggan untuk melepaskan kesenangan yang menerkamnya.
"Liburan ini bertujuan untuk refreshing dan melatih anggota kelas dua dan satu."
Entah suara siapa itu yang menghalau. Yang pasti, berhasil membuat mereka yang asik mendayu cinta berhenti melakukan kegiatannya.
"DAN BUKAN UNTUK BERBUAT ASUSILA! SATORI! EITA! KALIAN LATIHAN SERATUS SERVIS, SEKARANG!"
Oh, tentu saja. Beliau Washijo-sensei.
.
.
.
Selesai
a/n: Apa cuma saya yang berlabuh di kapal TenSemi ini? :') Dedikasi untuk siapapun yang mencintai TenSemi. Terima kasih sudah mampir dan jangan lupa apresiasinya untuk saya!
