Under the water that falls from the sky

(PART 1)

Hamparan gelap abu-abu itu sudah menudunginya sejak awal Hoseok melanglahkan tungkai jenjangnya dari toko busana milik kakaknya. Sejak awal ia sudah menolak permintaan sang kakak untuk berkunjung ke toko pakaian khusus wanita itu, namun memang sudah dasarnya Hoseok tidak pernah bisa dan tidak akan pernah ada niat untuk bisa menolak permintaan sang kakak tersayang. Sehingga jadilah sekarang pemuda tampan itu harus memacu langkahnya dengan awan gelap diatas sana yang sedang membayang-bayangi pergerakan kakinya.

Kesialan itu akhirnya datang juga. Tanpa ada rintikan kecil yang memulainya terlebih dahulu hujan deras itu lansung mengujam permungkaan tanah di kota Seoul.

Hoseok tak memiliki pilihan lain selain mengurungi niat semulanya yang lansung pulang kerumah untuk beristirahat. Tetesan air dari langit itu membuatnya harus memutar langkahnya ke perkarangan toko sepatu olahraga yang seleret dengan toko baju kakaknya. Berteduh di perkarangan toko sepatu olahraga itu adalah satu-satunya pilihan terbaik yang harus diambilnya, ketimbang tetap melanjutkan langkahnya dan harus berbasah-bahasan dengan hujan. Sudah pasti ia akan mendapat omelan dari sang kakak.

Sebenarnya Hoseok tidak membeci hujan, namun ia juga buka seorang Pluviophile yang akan menari-nari di tengah hujan. Laki-laki berhidung mancung itu hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang berespon biasa-biasa saja dengan hujan. Tapi, jika khasusnya sudah begini maka Hoseok bisa saja menjadi sesorang yang membenci hujan.

Ia sudah kelewat lelah dengan semua rutinitas kampusnya yang menyebalkan. Hoseok ingin cepat-cepat pulang kerumah dan segera merebahkan tubuh penatnya diatas kasurnya. Namun sayang, hujan menyebalkan ini membuatnya harus mengundur waktu pulang kerumah dan harus berdiri bodoh didepan toko sepatu olahraga itu.

Salah satu hal yang paling menyebalkan didunia ini adalah menunggu, dan Hoseok juga salah satunya. Ia benci menunggu, termasuk menunggu hujan reda seperti ini. Akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk mendengarkan musik dari ponsel pintarnya melalui kabel haedphonenya.

Cara terbaik memang. Ia sangat menyukai musik hingga dirinya memilih jurusan seni musik agar ia bisa tetap berurusan dengan musik. Bad day dari Daniel Powter menjadi alunan merdu yang merambah indra pendengaran Hoseok. Kebetulan yang luar biasa membuat senyuman manis dari bibir merah muda Hoseok tak berhenti termpampang. Lagu yang cocok didengarkan disaat hujan.

Sesekali bibir Hoseok ikut bergerak mengikuti lirik lagu yang menyapa indra pendegarannya. Juga sebelah jari telujuknya ikut menari ringan menepuk-nepuk dinding belakang ponselnya, senada dengan alunan ringan musik yang berputar. Mata yang terpicing untuk mempertajam perasaan disetiap lirik yang didengarkan. Hoseok menikmatinya. Kelampau menikmatinya hingga ia tak menyadari pandangan aneh orang-orang yang menatap dirinya.

Sebuah sentuhan ringan di bahunya menyadarkan Hoseok dari dunianya. Ia membuka matanya dan mendapati senyuman lebar dari seseorang yang dikenalnya.

"Jimin?" Sapa Hoseok dengan kening berkerut.

Sitampan yang disapa malah semakin tersenyum lebar menampakan deretan gigi putihnya kerah Hoseok.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tak kunjung mendapatkan balasan dari sapaannya, Hoseok malah melemparkan pertanyaan kepada laki-laki berambut blonde itu.

"Aku membeli sepatu" Jawab Jimin. Telunjuknya mengarah kepada toko sepatu olahraga yang berada di hadapan mereka. Kemudian mengangkat kantong belanja yang bermerek sama dengan toko sepatu yang ditunjuknya.

"Dan Hyung tahu apa yang sedang hyung lakukan?" Lanjut Jimin. Masih tersenyum lebar seolah sedang meledek Hoseok

Hoseok menggeleng. Tidak mengerti dengan pertanyaan laki-laki yang lebih muda darinya itu. Entah sedang benar-benar ingin tahu apa yang sedang ia lakukan, atau sekadar meledek apa yang ia lakukan sekarang. Jimin memang mudah tersenyum, tapi senyumannya kali ini malah membuat Hoseok kesal. Senyuman meledek khas seorang Park Jimin.

"Orang-orang manatap Hyung aneh. Menari-nari dibawah hujan sambil tersenyum?" Jimin buru-buru melanjutkan ucapannya. Takut-takut Hoseok salah paham dengan apa yang sebelumnya ia ucapkan.

Hoseok mengedarkan pandangnnya untuk lebih memahami maksud dari ucapan Jimin. Benar saja, orang-orang menatapnya sambil tersenyum mencemooh.

"Aku hanya mendengarkan musik..." Jawabnya membela diri.

"Seperti orang aneh begitu?" Potong Jimin.

Hoseok terdiam. Ia tidak memiliki alasan untuk menyanggah ucapan Jimin. Orang-orang memang menatapnya aneh.

"Tapi aku tidak dibawah hujan Jimin" Akhirnya Hoseok menyanggah. Ia mendapatkan alasan untuk membuatnya dirinya tidak sepenuhnya bersalah.

"Hyung.. aku memayungimu" Jimin menggerak-gerakan tangannya yang memenggam pegangan tangkai payung.