'TAP TAP TAP TAP'
Kelima orang yang memakai kostum ketat yang masing-masing mempunyai warna yang berbeda satu sama lain itu berlari mengejar robot jahat berjubah yang entah kenapa tertawa dengan bahagianya.
"HUAHAHAHAHAH HUAHAHAHAHAH kalian takkan bisa menangkapku! HUAHAHAHA," ucap si robot jahat dengan pedenya. Namun orang yang memakai kostum ketat berwarna biru muda itu tiba-tiba saja lompat dan mendarat tepat di depan si robot. Membuat si robot yang hobinya tertawa itu berhenti.
"Jangan bergerak!" ancam si ranger biru dengan pistol yang ada di genggamannya. Si robot pun mengangkat kedua tangannya menandakan bahwa dia menyerah.
"Tembak dia Juvia!" teriak ranger yang berwarna hitam, Gray, yang berdiri di belakang robot jahat itu bersama ketiga temannya yang lain.
Juvia menyeringai dan jarinya siap-siap menekan pelatuknya. "Kau kalah Tuan Robot!" katanya penuh kemenangan.
"HUAHAHAHAHA aku bercanda HUAHAHAHAH!" tiba-tiba saja tubuh robot jahat itu membesar. Dia menjadi raksasa. Ini adalah klimaks dari semua film para ranger. Juvia kaget tak percaya. "Padahal tinggal sedikit lagi!"sesalnya dalam hati.
"Huaa dia jadi besar!" kata si ranger pink, Natsu terkagum-kagum.
"Erza! Sekarang bagaimana?" tanya si ranger kuning, Lucy.
"Semuanya! Keluarkan mendali kita dan bersatu!" perintah si ranger merah, Erza. Dan semua ranger mengeluarkan mendali mereka berbarengan.
"BERSATU!" teriak mereka kompak.
….
PLETAK!
"APANYA YANG BERSATU?!" Apa ini? Tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap dan hanya tinggal Juvia dan Tuan Robot jahat yang baru saja memukul kepalanya pakai penggaris Makarov-sensei.
Eh?
"…ngun….via….Juvia….BANGUN! JUVIA!"
"KAU AKAN KALAH TUAN ROBOT JELEK!"
"Pft…..HAHAHAHAHAHAHAHAHAAAA" Tiba-tiba saja tempat seperti sarang yakuza tadi terganti oleh ruang kelas 4-3 yang penuh dengan murid-murid yang sedang tertawa terbahak-bahak.
Juvia kecil kita yang sadar sedang menjadi bahan tertawaan karena tiba-tiba saja dia berdiri di meja dengan pose layaknya ranger yang selalu ia tonton saat pulang sekolah menjadi salah tingkah.
"JUVIA!" Di samping mejanya sudah ada Makarov-sensei yang sedang melipat tangannya dengan satu tangan memegang penggaris kesayangannya.
"HAI!"
"Karena kamu sudah tidur pada jam pelajaran saya…."
"Iya?"
"Tutup pintu kelas ini!"
"Heee? Kan pintunya sudah ditu—"
"DARI LUAR!"
"AYE!" tanpa ba-bi-bu lagi gadis berumur sembilan tahun bersurai biru yang ujung rambutnya diroll seperti kue itu berlari dan keluar dari kelas. Membiarkan dirinya disetrap selama pelajaran gurunya yang kuntet itu.
chapter 1 : Me-menikah?!
HAI, JUVIA
Disclaimer : Fairy Tail © Hiro Mashima
Pairing : Gruvia, Nalu (yang lain masih kejutan heuheuheu). chapter ini sih banyakan Nalu banget
Warning : OOC parah (apa lagi Juvia, maaf yaaaa), typo(s), mau ngelawak tapi bisa jadi garing.
inspirasi : hai, miiko (manga) dan hello, jadoo (yang ada di disn*y channel xD)
~dibutuhkan saran, kritik yang membangun~
ENJOY :)
.
.
.
.
.
"Haa…payah sekali. Bisa-bisanya Juvia tertidur di kelas Makarov-sensei," keluh Juvia sambil memain-mainkan bentonya yang bergambar teru-teru bonzu. Ketika jam istirahat makan siang tiba, Juvia selalu makan bento dengan kedua sahabatnya, Lucy dan Erza.
"Memang kau payah! Hahaha!" ledek cowok berambut raven yang kelihatannya gak pernah disisir yang tiba-tiba muncul di belakang Juvia.
"Juvia gak bicara sama kamu, Gray!" geram Juvia yang memang lagi badmood sekali.
"Uuuh~ aku takut~" ledek Gray lagi. Kali ini Juvia membanting sumpitnya dan siap-siap menghajar Gray.
"JANGAN BERTENGKAR!" teriak sang ketua kelas titania kita, Erza, dengan posisi tetap memakan kue stroberinya. Selalu itu yang ia makan saat jam makan siang. "Marilah kita bersikap tenang dan damai...dan anggap ini piknik…nik…nik…" kata Erza menggema dengan mata berbinar. Tiba-tiba saja suasana di sekitar jadi banyak glitter-glitter yang berterbangan serta kelopak bunga sakura yang entah datangnya darimana. Padahal ini sedang musim gugur.
Kemudian tiga tanda titik muncul satu persatu di atas kepala Juvia, Lucy, dan Gray yang memasang tampang mata segaris. Lain hal dengan Erza yang masih berbinar-binar dengan piknik..nik…nik…
'Sreett' pintu kelas terbuka dan muncul cowok berambut berantakan lainnya. Kali ini berwarna pink. Tidak-tidak, dia tidak melambai kok.
"Yo stripper! Ayo kita main bola sama teman-teman yang lain!" kata Natsu—nama cowok berambut pinky itu—mengajak Gray.
"Dasar flame brain! Jangan mengatai aku seperti itu!" protes Gray kepada rivalnya dengan mengepalkan tangan kanannya.
"Gray bajumu….," ucap Lucy dengan menunjuk Gray juga menutup matanya juga dengan muka memerah.
"AAAA! Kapan ini terjadi?!" kata Gray yang celingak-celinguk mencari bajunya.
"Huahahaha! Kerja bagus Luce! Kau berhasil mempermalukan stripper bodoh itu hahaha!" ucap Natsu bangga dan langsung menepuk-nepuk punggung Lucy dengan tidak tahu diri.
"Natsu! Jadi main bola apa engga?!" panggil Gray yang sudah di ambang pintu dan tentu saja sudah memakai bajunya lagi.
"Tunggu aku!" balas Natsu sambil memungut bola yang tadi dia taruh di lantai hanya agar bisa menepuk-nepuk punggung Lucy. Kemudian dia berlari menghampiri Gray yang berdecih dan mengatainya lelet.
"Eh! Tunggu sebentar! Luce!" yang dipanggil Natsu menengok ke arahnya. Memberhentikan kegiatan mengobrol dengan kedua temannya.
"Iya Natsu?" balas Lucy.
"Nanti pulang sekolah pulang bareng berdua ya!"
BLUSH! Ucapan Natsu berusan berhasil membuat putri dari direktur perusahaan Heartfilia ini memerah karena malu. Si pinky itu main pergi aja tanpa menyadari bahwa dia baru saja membuat seorang gadis malu berat.
"Ne, ne, Luce…nanti pulang bareng Natsu eh? Berdua saja?" ledek Juvia sambil menyenggol lengan Lucy beberapa kali dengan menekan kata 'Luce'.
"Ju-Juvia…." Ledekan Juvia berhasil membuat Lucy semakin malu.
"Lucy…." Erza angkat berbicara dengan lampu spot yang menyorot dirinya seorang.
"Y-ya Erza?" Lucy mempunyai firasat buruk tentang ini.
"Kapan nikah sama Natsu?"
DOENG~
"Ni-ni-nikah? Apa itu?" tanya Lucy panik. Dia benar-benar tidak tahu apa itu arti dari 'nikah'.
"Kau benar-benar tidak tahu?" Lucy menggeleng-gelengkan kepalanya. Begitu juga dengan Juvia. Apa teman-temannya ini tidak suka menonton drama romantis di televisi? Gadis bersurai merah yang dikepang satu itu menghela napas.
"Baik. Akan aku jelaskan!" ucap Erza dengan latar belakang api yang berkobar.
"Menikah itu….adalah saat di mana gadis memakai gaun berwarna putih yang cantik sambil memegang bunga dan yang laki-laki memakai jas putih juga dengan bunga di kantung jas mereka," Jelas Erza dengan mata yang kembali berbinar-binar.
"Lalu-lalu?" tanya Juvia penasaran. Kini matanya dan Lucy ikut berbinar-binar seperti Erza.
"Lalu akan ada kue yang besar dan tinggi!"
Mata Juvia dan Lucy makin berbinar. Membayangkan mereka sedang memakai gaun putih dan ada laki-laki yang mukanya disensor memakai jas berwarna putih. Kemudian mereka memakan kue yang besar dan tinggi seperti apa yang Erza ceritakan. Duh, bukan itu inti dari menikah sayang.
"Menikah itu…keren sekali!"dan dua anak polos yang sebenarnya belum bisa dikatakan sudah paham akan arti dari menikah itu berteriak heboh. Hal itu membuat Erza merasa sangat dewasa karena di antara mereka bertiga, hanya ia yang tahu tentang menikah.
"Jadi Lucy….kau berpacaran dengan Natsu kan?" kembali ke misi awal. Mengintrogasi Lucy. Dimulai dari Erza yang melontarkan pertanyaan.
"E-eh…" BLUSH! Lucy pun merona lagi.
"Ayolah ngaku saja! kalian cocok kok!" Juvia membantu Erza agar Lucy mau bercerita tentang dia dan Natsu.
"I-iya…." Akhirnya Lucy mengaku sambil menutup wajahnya yang sudah sangat merah dengan kedua tangannya.
"KYAA ceritakan! Ceritakan!" paksa Juvia dan Erza menggoyang-goyangkan lengan Lucy.
"Ja-jadi…"
Flashback mode on.
Hari itu hari pertama di musim gugur. Lucy sangat ceroboh sehingga dia tidak memakai pakaian yang cukup tebal untuk menghadapi hari di mana angin bertiup dengan kencang. Walau pun begitu, dia tetap berjalan demi menemukan kucingnya yang kabur dari rumah.
"Happy…Happy…" panggilnya ke segala arah dan berharap tiba-tiba kucingnya menghampiri dirinya.
WUSSSSSHHH.
Angin hari ini benar-benar kencang. Sampai-sampai tiket nonton untuk dua orang hadiah dari ayahnya—yang memang tidak dimasukan dengan benar oleh Lucy— terbang dari kantung bajunya.
"Ah tidak! Tiketku!" keluh Lucy sambil berlari-lari mengejar tiket itu, menerobos orang-orang yang lewat.
Tiket itu terus saja dibawa oleh angin dan Lucy tetap mengejarnya sambil berteriak berhenti walau itu sama sekali tidak ada pengaruhnya. Tiba-tiba saja tiket itu berhasil diraih oleh sebuah tangan. Ketika Lucy cari tahu siapa pemilik tangan itu…
"Natsu!" serunya kaget. Dia itu Natsu, teman sekelasnya yang lumayan dekat dengannya. Dan lihat apa yang digendong Natsu! Happy kucingnya! Beruntung sekali dia.
"Lucy? Apa ini punya kamu?" tanya Natsu sambil menyerahkan tiket yang baru saja ia tangkap.
"Iya, tadi kebawa sama angin," Jelas Lucy sambil mengambil tiket yang ada di tangan Natsu.
"Mew~" kucing yang ada di gendongan Natsu tiba-tiba mengeong dan lompat dari gendongan Natsu dan menghampiri Lucy.
"Hihihi Happy nakal! Jangan tiba-tiba kabur dari rumah lagi ya," ucap Lucy sambil mengelus-elus Happy yang sekarang ada di gendongannya.
"Jadi itu kucingmu?" tanya Natsu.
"Hahaha iya, dia tiba-tiba saja kabur dari rumah…brrrr," Lucy mengigil. Natsu pun sadar bahwa baju Lucy tidak cukup tebal untuk musim gugur ini.
Kemudian Natsu melepaskan syal putih kotak-kotaknya dan memakaikannya di leher Lucy. "Kamu kedinginan, Luce," ucap Natsu sambil tersenyum. Lucy tidak sadar ada sedikit rona merah di pipinya.
"Luce?"
BLUSH…Natsu tertangkap basah. Seharusnya dia tidak mengucapkan itu. Luce itu…arghhh peduli amat. Lucy pun sudah tahu ini.
"Err….Luce—m-maksudku Lucy…"
"Ya? Ada apa?"
"Pacaran dengan ku! Aku suka sama kamu!" ucap Natsu dengan mata tertutup. Dia tidak mau tahu bagaimana reaksi gadis yang dia sukai itu.
"Natsu baik banget. Kamu udah nyelametin Happy dan tiket aku. Aku juga suka sama kamu." balasan Lucy membuat Natsu membuka matanya satu per satu. Dia bisa melihat Lucy tersenyum saaangat manis. Baginya, itu senyum termanis Lucy.
Flashback mode off.
"G-gitu ceritanya…" Lucy mengakhiri cerita romantisnya dengan Natsu dengan memain-mainkan jarinya karena dia sangat malu.
"KYAAA MANISNYAAA." Juvia dan Erza jingkrak-jingkrakan kesenangan. Mereka tak percaya bahwa Lucy sudah pernah mengalami hal seperti itu.
'KRIIIINGGGG' dan bel masuk pun berbunyi.
=oo=
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bel pulang sudah berdering dan waktunya kembali ke rumah masing-masing. Sekolah sudah ditinggalkan sebagian murid SD Fairy Tail ini, namun masih ada yang belum pulang. Seperti cowok-cowok yang masih betah bermain bola di lapangan. Dan juga kedua gadis yang piket hari ini. Juvia dan Erza yang baru saja selesai membersihkan ruang kelasnya.
"Ah…selesai juga! Erza, ayo pulang!" ajak Juvia yang sudah mengambil tasnya.
"Tidak tidak. Aku hari ini memang ada les, namun kamu Juvia…." Ucap Erza dramatis sambil memegang kedua pundak Juvia.
"Eh? Aku apa?"
"Ikutin Lucy sama Natsu!"
"Hee? Kenapa? Buat apa?" tanya Juvia heran karena disuruh Erza untuk melakukan hal yang tidak penting itu. Lebih baik sampai di rumah dengan cepat dan cuci piring. Biar bisa main air!
"Soalnya aku penasaran! Dan aku….harus les….hiks…" Gambaran suasana menjadi suara biola sedih dan Erza yang sedang menungging di bawah sinar lampu spot. "Kamu mau kan? Juvia?" Kali ini Erza menatap Juvia dengan matanya yang setajam pedang. Juvia seakan-akan sedang ditusuk oleh ratusan pedang milik Erza.
"Ba-baiklah…" kata Juvia menyerah. Dan kemudian Erza memeluknya dengan sangat erat dan berjanji kepada Juvia bahwa akan membagi kue stroberinya satu suap untuk Juvia.
=oo=
Juvia mengintip di balik tembok gerbang sekolah. Melihat kedua temannya yang berambut pirang dan pink berjalan berdampingan malu tapi mau. Dia sedang menunggu saat yang tepat untuk mengikuti mereka agar tidak ketahuan.
"Kau sedang apa?"
!
"G-Gray?"
"Kau sedang menguntit flame brain dan Lucy? Kau suka flame brain ya?" hardik Gray yang membuat Juvia teralihkan.
"Sssttt!" Juvia cepat-cepat menutup mulut Gray dengan tangannya. "Pertama, Juvia memang sedang menguntit Lucy dan Natsu. Kedua, Juvia tidak suka Natsu!" bela Juvia yang masih menutup mulut Gray.
"Lalu kenapa kau menguntit mereka?" tanya Gray setelah melepaskan tangan Juvia dari mulutnya.
"….Disuruh Erza…" kata Juvia memanyunkan bibirnya tanda bahwa dia melakukan ini atas dasar paksaan Erza.
"Ah…tentu saja kau tidak bisa menolak," kata Gray sambil membayangkan muka Erza yang sangat seram sambil memegang pedang.
"Ah! Mereka sudah jauh!" Sadar akan hal itu, Juvia segera lari kecil menyusul Lucy dan Natsu dan meninggalkan Gray tanpa pamit.
"Hey! Tunggu aku!" Entah kenapa Gray pun mengikutinya. Apa dia tidak ada kerjaan?
"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Juvia yang sekarang sedang bersembunyi di balik semak-semak—dengan Gray—sambil melihat Lucy dan Natsu yang sedang membeli ubi bakar.
"I-itu….a-aku iseng," kata Gray sambil menoleh ke arah yang lain.
"Wajahmu memerah. Kau sakit?" tanya Juvia dengan wajah biasa saja. Padahal cowok yang bersamanya menahan rasa deg-degannya mati-matian.
"B-baka! A-aku ini jarang sakit! J-jadi aku tidak sakit!"
"Oh…" kemudian Juvia kembali sibuk memerhatikan lovey dovey yang sekarang kembali berjalan lagi. Ketika jaraknya tepat, Juvia berjalan lagi. Jangan lupa Gray juga berjalan beriringan dengan Juvia.
Sekarang pasangan NaLu itu berhenti di sebuah taman bermain dan duduk di bangku taman sambil memakan ubi bakar mereka. Sedangkan Juvia dan Gray kembali mengintip mereka di balik perosotan bergambar bebek.
Tiba-tiba saja Natsu membuka tasnya dan mengeluarkan roti melon kantin sekolah. Juvia bertanya-tanya akan hal itu. Natsu kan ubi bakarnya belum habis, masa mau makan keduanya sekaligus?
"A-ano…Luce…" panggil Natsu. Suaranya cukup bisa terdengar melihat keadan taman yang hanya terisi oleh mereka berempat.
"Iya Natsu?" Lucy berhenti memakan ubi bakarnya dan menoleh kepada Natsu yang sedang memegang roti melon.
"Ma-maaf aku belum bisa beli kue yang tinggi dan besar!" Ucap Natsu setengah berteriak. Membuat Lucy kaget dan bertanya-tanya.
"Eh?" Lucy memiringkan kepalanya tanda dia tidak mengerti tentang apa yang sedang dibicarakan Natsu.
"Sa-saat istirahat tadi…aku tidak sengaja mendengar penjelasan Erza mengenai menikah ketika mau kembali ke kelas untuk mengambil syal ku yang tertinggal…"
Muka Lucy benar-benar merona saat mendengar penjelasan Natsu. Dia mendengar pembicaraannya dengan kedua temannya tentang menikah…apakah Natsu bermaksud mau menikah dengannya? Ah Lucy makin merona saja.
"Na-natsu…."
"Maafkan aku Luce!" sontak Natsu tiba-tiba turun dari bangku taman dan membungkuk di hadapan Lucy. "Nanti, kalau aku sudah besar dan punya uang jajan yang banyak, akan aku belikan kue yang tinggi dan besar!" ucap Natsu dengan menggebu-gebu.
Lucy sangat tertegun oleh hal itu. diraihnya roti melon yang ada di genggaman Natsu dan membuka bungkusnya kemudian membanginya menjadi dua. "Ini…" kata Lucy tersenyum dan menyerahkan salahsatu bagian roti melon milik Natsu. "Janji ya nanti belikan aku kue yang tinggi dan besar." Ucapan Lucy membuat mata Natsu berbinar-binar. Lucy membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya.
"Dan menikah!" tambah Natsu sambil tersenyum dan kemudian memakan bagian roti melonnya. Tentu saja bersama pengantin masa depannya.
Sementara itu di balik perosotan….
"A-apa flame brain baru saja…me-me-me-mela….mar Lucy?!" ucap Gray yang merona berat karena melihat adegan yang tentu saja masih tidak ingin dia lihat.
"Melamar itu apa?" tanya Juvia yang mukanya juga memerah karena melihat adegan romantis NaLu tersebut.
Gray tersentak kaget. "K-kau tidak tahu?!" Juvia menggeleng.
"Me-melamar itu…saat laki-laki mengajak seorang gadis untuk menikah…" ucap Gray dengan malu-malu. Wajahnya benar-benar semerah tomat sekarang ini.
"WAAAAAHHH!" mata Juvia berbinar-binar mendengar penjelasan Gray tentang melamar. "Juvia….Juvia juga nanti ingin dilamar oleh laki-laki yang Juvia sukai nanti!" tutur Juvia berseri-seri sambil melihat Lucy dan Natsu yang masih memakan roti melon mereka.
"Haha! Mana ada yang mau melamarmu! Haha!" ledek Gray.
"Nanti pasti ada! Bweekkk," balas Juvia sambil menjulurkan lidahnya.
Melihat itu Gray tersenyum lembut dan mengacak-acak rambut biru Juvia. Ini sangat jarang, Gray yang biasanya memasang tampang jahil tiba-tiba tersenyum sangat lembut seperti itu. "Haha! Tunggu ya!"
"Eh? Tunggu apa, Gray?" tanya Juvia tidak mengerti. Sekarang mereka telah meninggalkan taman untuk pulang ke rumah mereka yang kebetulan searah.
"Um…bukan apa-apa, jelek!" yah kembali menjadi Gray tukang meledek yang biasanya.
"Huh stripper!" ledek Juvia sambil menjulurkan lidahnya.
"JANGAN MENIRU FLAME BRAIN!"
to be continue
keep or delete?
