Babysitter? © manjeeh
Summary: Kim Jaejoong seorang remaja gadis penggila fashion yang baik namun keras kepala, dan AMAT SANGAT TIDAK MENYUKAI ANAK KECIL, dihukum karena kesalahan yang ia perbuat. Kedua orang tuanya menghukumnya dengan menyuruh dirinya menjadi babysitter dari cucu teman kedua orang tuanya. Awalnya ia tidak terima dengan hukuman yang ia terima dari kedua orang tuanya, namun seiring berjalannya waktu ia menikmati perannya sebagai babysitter.
Disclaimer: They own themself but this fanfiction pure mind.
Warning: This is GS, AU, OOC, Typo, EYD berantakan.
Don't like don't read.
-OOO-
'Gossip terhangat minggu ini berasal dari pasangan kekasih yang kita ketahui telah membina hubungan berpacaran selama 2 tahun, siapa lagi kalau bukan Jung Yunho, seorang pengusaha muda berbakat dan Go Ahra, sang aktris yang sedang berada dipuncak karirnya akan melangsungkan pernikahan mereka pada akhir minggu ini. Kabar tentang pernikahan mereka memang tengah menjadi buah bibir dikalangan masyarakat belakangan ini, karena masih banyak masyarakat yang tidak mempercayai pasangan tersebut akan melakukan pernikahan diusia yang terbilang masih cukup muda yaitu 20 tahun.
Beberapa media kabar mengatakan jika pernikahan mereka dilandasi karena Ahra yang telah berbadan dua oleh Yunho. Namun ketika dikonfirmasi oleh Ahra ataupun Yunho, mereka berdua mengatakan jikalau mereka memang sudah merencanakan pernikahan mereka sejak lama, namun baru kali ini dapat terealisasikan dan mereka meyakinkan masyarakat kalau Ahra tidak hamil diluar pernikahan seperti yang disebutkan dibeberapa media kabar.
Lalu seperti apakah pernikahan sepasang kekasih dengan dunia yang berbeda ini? Apakah mereka akan langgeng seperti pasangan selebritis lainnya? Atau akan retak dan berakhir dengan perceraian? Kita tidak pernah tahu. Kita hanya bisa menunggu dan memperhatikan pasangan tersebut.'
Gadis dengan menggunakan seragam SMA itu memutar bosan kedua matanya melihat acara gossip yang biasa ia tonton memperlihatkan gossip yang tidak begitu penting. Gadis itu lalu mematikan televisi dan mengambil name tag bertuliskan 'Kim Jaejoong' yang berada diatas kasurnya lalu berjalan keluar dari ruangan pribadinya.
-OOO-
5 tahun kemudian.
"Appa" sosok anak laki-laki dengan piyama beruang coklat itu tengah menarik-narik lengan pakaian sosok yang lebih besar darinya disana. Tapi seseorang yang sosok kecil itu panggil 'Appa' tidak menanggapi. Sosok itu masih saja sibuk dengan berkas yang tengah ia pegang.
Tidak ingin menyerah setelah usaha pertamanya. Anak laki-laki itu menarik-narik lagi lengan pakaian sang appa dengan sedikit lebih keras.
"Changmin! Bukankah Appa bilang Appa tidak senang jika ada yang berani mengganggu Appa ketika sedang bekerja?" Sang Appa berbicara dengan nada dingin, membuat sosok kecil yang kita ketahui bernama Jung Changmin itu ketakutan mendengar kata-kata dingin dari mulut ayah kandungnya.
Changmin keluar dari ruang kerja Appanya dengan wajah lesu, ia sedih karena tidak berhasil mendapatkan sedikit perhatian dari ayahnya yang sedang sibuk bekerja.
-OOO-
Sosok kecil itu berjalan kearah kamarnya seorang diri, tapi matanya menangkap sosok yang telah melahirkannya tengah berada diruang tamu dengan tangan memegang berlembar-lembar kertas yang anak laki-laki itu tidak tahui apa. Berharap mendapat apa yang ia ingin, Changmin melangkah mendekati sang ibu yang tengah serius menatap kertas-kertas yang menurut Changmin tidak berguna itu.
"Eomma." Changmin mencoba mengalihkan perhatian ibunya dari kertas tidak berguna itu, namun sang ibu sepertinya tidak begitu mendengar panggilan anak semata wayangnya itu.
"Eomma." Changmin mencoba berani menarik pakaian sang eomma padahal ia tahu kalau eomma nya itu sangat tidak suka diganggu olehnya. Ia berharap berhasil mengalihkan pandangan ibunya dari kertas tidak berguna itu. Dan berhasil, ibunya mengalihkan pandangannya pada anak kecil itu.
Ibunya menatap horror sosok kecil itu, berani sekali anak itu mengganggunya yang tengah membaca naskah drama yang baru ia dapatkan. Dengan menatap tajam Changmin, ibunya itu berkata.
"Pergi sana! Aku sibuk!" Sungguh kata-kata yang sangat tidak pantas keluar dari mulut seorang ibu kepada anaknya. Changmin menatap sedih ibunya, ia berharap ibunya mau menarik lagi perkataannya dan berkata kalau perkataan tadi itu hanya candaan dari sang bunda.
Changmin lalu pergi meninggalkan ibunya sendirian lagi diruang tamu yang lumayan luas itu. Kaki kecilnya membawanya memasuki ruangan pribadinya. Dengan sedikit membanting pintu besar berwarna hitam ia melenggang ketempat tidurnya lalu mengistirahatkan raga kecilnya di kasur yang jauh lebih luas dibandingkan tubuhnya.
"Hiks."
-OOO-
"Kim Jaejoong! Appa sudah menyuruhmu untuk tidak menghambur-hamburkan uang dengan berbelanja pakaian bodoh ini bukan? Kau ini kebas sekali diberitahu Appa." Sosok yang tidak bisa dikatakan muda lagi itu terus menghujami sosok seorang gadis yang tengah tertunduk lesu disalah satu kursi ruang tamu kediamannya itu.
"Appa akan mengambil semua rekeningmu, kartu kredit atau debitmu, mengambil fasilitas yang Appa berikan dan kemarikan ponselmu." Sosok gadis yang kita ketahui bernama Kim Jaejoong itu membulatkan matanya kaget mendengar perkataan Appa nya. Astaga, sepertinya ia hanya membeli 'beberapa' pakaian, tas, dan sepatu. Tapi kenapa Appa nya malah ingin mengambil fasilitas yang sudah sangat sering ia gunakan.
"A-Appa b-bilang apa?" Mencoba berani menatap Appa nya yang tengah emosi itu dan memastikan jika pendengarannya masih berfungsi dengan cukup baik.
Sungguh miris ketika ia membayangkan tidak dapat menggunakan kartu persegi panjang yang selalu menemaninya kemanapun ia pergi, salah satu barang yang sangat ia cintai didunia.
"Appa bilang akan mengambil semua rekeningmu, kartu kredit dan debit, mengambil fasilitas yang Appa berikan dan ponsel yang selalu kau gunakan untuk menghubungi teman-teman tidak bergunamu itu."
"Andwae! Jangan Appa kumohon!" Jaejoong bangun dari kursi duduknya dan bersujud dihadapan Appanya, berharap sang Appa akan mengabulkan permintaannya.
"Keputusan Appa sudah bulat. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat!" Penyataan sang Appa bagai petir yang menyambar tubuhnya. Ia sudah membayangkan hidupnya akan berubah 360 derajat dari biasanya mulai sekarang.
"Kumohon Appa." Dengan nada suara memelas Jaejoong mencoba membujuk Appanya untuk tidak memberikan hukuman yang begitu keji padanya yang masih sangat belia ini. Hey ia hanya remaja normal yang saat ini masih senangnya bermain-main dengan kehidupan, menghamburkan uang orang tua dengan membeli pakaian, hangout dengan teman-teman sebayanya dan hal-hal yang biasa dilakukan remaja pada umumnya.
"Tidak." Satu kata yang keluar dari mulut Appanya lagi-lagi bagai petir yang menyambar tubuh ringkihnya. Jaejoong tertunduk lemas karena memang keputusan apapun yang Appanya buat sangat susah untuk dibantah, kecuali jika ada Eomma. Jaejoong mengangkat wajahnya dan menatap sekilah Appanya dan bangkit untuk mencari sosok Eommanya.
'Eomma pasti didapur.' Batinnya riang.
Seperti apa yang batinnya tadi suarakan, langkah Jaejoong mengarah kedapur rumahnya. Dan benar saja, Eomma nya sedang mengaduk sesuatu didalam gelas putih, sepertinya teh atau kopi untuk Appanya. Sosok yang masih cantik diusianya yang tidak muda lagi itu terkejut mendapati anak semata wayangnya berada didepannya dengan wajah lesu.
'Pasti Kangin melakukan hal yang tidak-tidak pada anak ini.' Pikir Eomma Jaejoong.
"Ada apa sayang?" Eomma Jaejoong mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan anak semata wayangnya sehingga wajahnya yang biasa cerah dan riang menjadi lesu dan tidak bersemangat seperti ini.
"Appa jahat Eomma hiks." Jaejoong mengeluarkan air mata dihadapan Eommanya mencoba mendapat simpati dari orang yang telah melahirkannya itu.
"Jahat bagaimana sayang?" Park Jung Soo atau sekarang bisa kita kenal sebagain Kim Jung Soo atau Leeteuk itu menghapus air mata diwajah cantik putrinya. Ah sebenarnya ia sudah bisa menebak apa yang telah terjadi dengan kedua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu. Pasti masalah yang sama seperti sebelumnya, batin wanita itu.
"Aku hanya membeli beberapa pakaian, tas dan sepatu Eomma, sungguh. Tapi kenapa Appa menghukumku dengan mengambil semua rekening, kartu debit dan kreditku, mengambil fasilitas dan bahkan Appa ingin mengambil ponselku Eomma." Jaejoong menceritakan apa yang terjadi beberapa menit lalu pada sosok Eommanya. Leeteuk hanya mengangguk mengerti mendengarkan cerita anaknya itu.
Masalah yang sama seperti sebelumnya. Ah entah mengapa ia bisa mempunyai anak yang sangat menggilai belanja, padahal antara dirinya ataupun sang suami tidak ada yang mempunyai kebiasaan buruk anaknya itu. Dan tadi anaknya itu bilang hanya membeli beberapa pakaian, tas dan sepatu bukan? Ya mungkin benar apa yang dikatakan anaknya itu, dan bisa saja harganya mahal yang jika kita kalkulasikan jumlah yang bisa saja anaknya itu keluarkan untuk membeli 'beberapa' pakaian, tas dan sepatu itu akan membuat kita semua membelalakan mata kaget. Karena Leeteuk sangat tahu tabiat buruk anaknya yang sangat suka menghamburkan uang untuk hal yang tidak terlalu penting. Leeteuk rasa jika suaminya-Kangin, menghukum Jaejoong karena senang menghabiskan uang bukanlah hal yang salah, bukan Kangin mempermasalahkan nominal yang biasa Jaejoong keluarkan, hanya saja ia ingin membuat anaknya sadar jika masih banyak kebutuhan yang lebih kita butuhkan dibanding pakaian, tas, sepatu ataupun perhiasaan yang biasa Jaejoong beli.
"Eomma bantu aku." Jaejoong menatap penuh harap pada Leeteuk, mencoba cara yang biasa ia gunakan untuk mendapat apa yang ia inginkan.
"Jangan berani kau bantu anak itu sayang." Sosok yang tadi Jaejoong adukan jahat pada Leeteuk muncul dengan segala kewibawaan yang sosok itu miliki. Kim Young Woon atau yang biasa dipanggil Kangin itu menatap tajam putrinya, bisa-bisanya anaknya itu meminta bantuan pada istrinya karena tidak terima dengan hukuman yang ia berikan pada putrinya itu.
Jaejoong berlindung dibalik sosok Leeteuk mencoba mencari perlindungan dari Eommanya. Perasaannya mengatakan ia akan aman jika berada dibelakang Eommanya.
"Jangan dengarkan Appa, Eomma bantu aku. Kumohon." Lagi, Jaejoong mengeluarkan jurus jitunya untuk membuat Leeteuk berpihak padanya.
Leeteuk menatap bingung pada Jaejoong dan Kangin. Sebenarnya ia merasa kasihan kepada putrinya tapi ia tidak bisa membantah suaminya. Lagipula jika ia membantu Jaejoong sama saja ia akan menjerumuskan anaknya pada sesuatu yang kurang baik. Oleh karena itu ia berjalan kearah Kangin dan berdiri tegas disamping suaminya.
Kangin tersenyum penuh kemenangan pada Jaejoong. Anaknya itu kalah ditangannya, tumben sekali batinnya. Ia pikir istrinya akan membantu anaknya dengan membujuknya dengan kata-kata yang sulit untuk dibantah, tapi ternyata sepertinya istrinya mengerti dengan tujuan dihukumnya Jaejoong untuk apa oleh karena itu istrinya ini berada dipihaknya.
Jaejoong menatap horror kedua orang yang ada didepannya, ia tidak percaya dengan apa yang terjadi. Biasanya Eomma nya akan membantu ketika dirinya dihukum oleh Appanya, tapi sekarang apa? Eommanya itu berada dipihak 'musuh' nya yang tengah tersenyum mengejek padanya.
"Eomma bukan tidak ingin membantumu sayang, Eomma hanya pikir ini saatnya kau mengakhiri masa-masa bermainmu dan mulailah pikirkan masa depan." Leeteuk mencoba memberi pengertian pada putrinya agar putrinya tidak salah paham dengan keadaan yang terjadi.
Ah Jaejoong menyerah membujuk kedua orang tuanya yang menurutnya sangat keras kepala itu. Lagipula apa yang Eommanya katakan ada benarnya juga bukan? Lalu berapa lama ia akan dihukum oleh Appanya? Ia tidak bisa terus menerus tidak menggunakan fasilitas yang Appanya berikan padanya. Lalu bagaimana kuliahnya? Tidak mungkin ia tidak membawa uang saat kuliah. Dan bagaimana mungkin ia tidak menggunakan ponsel untuk dapat menghubungi teman-teman kuliah ataupun urusan lain.
"Baiklah aku menyerah. Tapi Appa kumohon biarkan kupegang ponselku." Kangin dan Leeteuk tersenyum bahagia mendengar perkataan putrinya itu. Kangin menyetujui permintaan Jaejoong dengan tidak mengambil ponselnya karena Kangin juga tahu tidak mungkin membiarkan putrinya tidak membawa ponsel jika ada keadaan penting atau darurat menimpa putrinya.
Berpuluh menit berlalu keluarga bahagia itu tengah berkumpul diruang keluarga rumah mereka, meskipun hari sudah larut malam tapi tidak ada salah satu diantara mereka bertiga yang menunjukkan gelagat ingin mengakhiri hari itu dengan terlelap diatas kasurnya.
"Appa." Jaejoong memanggil Appanya yang tengah sibuk menonton acara berita di televisi tanpa berkedip.
"Ya sayang?" Kangin menyahuti panggilan Jaejoong tanpa mengalihkan pandangannya dari acara berita kesayangannya itu.
"Berapa lama hukuman ini berlaku? Appa tahu juga bukan jika aku mempunyai kebutuhan yang aku butuhkan, lagipula aku tidak mungkin tidak membawa uang kemana-mana jika rekening, kartu debit atau kreditku Appa pegang. Dan juga bagaimana aku kuliah jika Appa melarangku membawa mobil?" Jaejoong berbicara panjang lebar uneg-unegnya yang ia simpan dari tadi.
Kangin dan Leeteuk menatap satu sama lain lalu tersenyum misterius. Lalu tatapan mereka berdua mengarah keputri mereka yang tengah bingung dengan keadaan yang ia hadapi.
"Ah tentang itu Appa belum memikirkan berapa lama hukuman untukmu sayang dan tenang saja, mana mungkin Appa membiarkan putri Appa yang cantik ini tidak membawa uang, akan Appa berikan sesuai kebutuhan tapi tidak berlebihan. Dan soal bagaimana kau berangkat kuliah, Appa akan carikan seorang supir pribadi untuk mengantar dan menjemputmu pulang." Kangin menjawab semua pertanyaan Jaejoong dengan jelas. Jaejoong tersenyum pada Appanya, ternyata Appanya sudah memikirkan itu semua.
Sepertinya tidak ada buruknya ia menjalankan hukuman dari ayahnya.
-OOO-
"Yeobo." Seorang wanita yang bisa dikatakan masih sangat cantik memanggil suaminya yang tengah terlelap disampingnya. Tidak ada balasan dari orang yang dipanggil oleh wanita tersebut. Tidak ingin putus asa, wanita itu mengoyang-goyangkan tubuh yang tengah terlelap disampingnya dengan agak sedikit keras.
"Hn." Balas sang suami dengan tanpa membuka kedua matanya, sepertinya sosok tadi telah terlelap dengan nyamannya sebelum dibangunkan oleh istri tercintanya.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
"Bisakah kita bicarakan besok sayang?" Sang suami sepertinya enggan untuk membuka matanya, harinya ini begitu melelahkan sehingga ia ingin cepat mengakhiri hari melelahkan ini dengan terlelap secepatnya.
"Tidak Yonghwa, ini tentang cucu kita." Sosok suami yang kita kenali sebagai Jung Yonghwa ini membuka kedua matanya ketika mendengar sang istri- Jung Seohyun, menyebutkan kata cucu dari mulut manisnya.
"Ada apa dengan Changmin?" Entah kenapa sepertinya rasa lelah ditubuhnya menghilang dan tergantikan dengan rasa penasaran akan apa yang akan dibicarakan sang istri tentang cucu semata wayangnya.
"Kau tahu bukan jika Ahra dan Yunho sangat sibuk belakangan ini?" Seohyun memulai dengan menyebut sang anak dan isterinya. Yonghwa bangun dari posisi tidurnya dan bersandar pada ujung kasur mereka lalu mengangguk mengiyakan.
"Aku yakin Changmin pasti kesepian karena orang tuanya begitu sibuk dengan urusan masing-masing." Seohyun yang melihat suaminya bangun dari posisi tidurnya ikut bangun dan duduk menghadap Yonghwa.
Sekali lagi Yonghwa hanya mengangguk mengiyakan, merespon pernyataan sang istri.
"Lalu?" Yonghwa menarik Seohyun untuk tertidur dibahunya. Tangannya mengelus-elus rambut panjang Seohyun sayang.
"Bukankah sebaiknya kita carikan orang untuk sementara mengurusi segala kebutuhannya?"
"Maksudmu seperti pembantu rumah tangga?" Yonghwa sedikit tidak mengerti dengan maksud istrinya, bukankah dirumah Yunho dan Ahra sudah ada seorang pembantu yang ia siapkan saat anak semata wayangnya itu menikah. Tapi kenapa istrinya menyampaikan untuk mencari seseorang untuk mengurusi kebutuhan Changmin, apa pembantu sebelumnya tidak mengurusi Changmin dengan baik?
"Bukan, maksudku mungkin ada baiknya kita carikan seorang babysitter untuk Changmin. Ya meskipun Changmin bukan anak kecil lagi dan ia tidak begitu manja pada orang lain, tapi tetap saja dia belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri bukan?" Seohyun menjelaskan panjang lebar tentang keinginannya.
Ah, istrinya benar juga. Memang kemarin Yonghwa diberitahu Yunho bahwa anaknya itu tengah mendapat proyek besar dari perusahaan lain dan meminta pendapat Yonghwa yang lebih berpengalaman darinya. Jadi bukan tidak mungkin Yunho akan menelantarkan anaknya seorang diri bukan? Lagi ia juga yakin istri anaknya itu juga sama sibuknya dengan anaknya, apalagi setelah menikah dengan Yunho. Ahra menjadi semakin sibuk dan dikenal masyarakat luas.
"Jadi bagaimana yeobo?" Seohyun membuyarkan lamunan Yonghwa tentang anak semata wayangnya dan sang istri.
"Aku sangat setuju sayang. Besok aku akan coba minta bantuan rekan bisnisku tentang ini, kau tidak perlu khawatir." Seohyun tersenyum mendengar jawaban Yonghwa lalu menghambur memeluk suami tercintanya itu. Suaminya itu memang orang yang paling bisa diandalkan. Ia jadi tidak menyesal telah menikah dengan sosok yang begitu diidamkan banyak wanita itu dulu.
"Kalau begitu kita kembali tidur ne? Aku lelah sekali." Seohyun mengangguk didalam pelukan sang suami. Setelah itu Yonghwa membaringkan tubuh Seohyun dan tubuhnya dan mulai terlelap.
-OOO-
Keesokan paginya, Yunho berjalan santai didalam rumahnya. Kaki jenjangnya melangkah menuju kamar yang biasa ia masuki, kamar putra satu-satunya. Yunho menyempatkan diri untuk menemui putranya sebelum berangkat kerja, ia begitu menyesal karena kemarin malam ia berbicara dengan nada dingin kepada putra tercintanya. Malam itu ia begitu pusing dengan masalah yang anak buahnya buat oleh karena itu ia tidak ingin diganggu siapapun, termasuk Changmin. Dan ah ia menjadi sangat bersalah, ia yakin semalam Changmin tidak berniat menganggunya, Changmin pasti tidak bisa tidur semalam oleh karena itu anaknya itu mendatanginya untuk minta ditemani.
Yunho membuka pintu kamar anaknya pelan, ia bisa melihat Changmin tengah memeluk dan berbicara dengan boneka beruang coklat besar kesayangannya, seperti yang biasa ia lakukan.
"Barney, kenapa Eomma begitu membenciku yah? Apa aku pernah berbuat salah dengan Eomma sehingga Eomma membenciku?" Changmin mengoceh kepada Barney- nama boneka beruang coklat besar kesayangannya.
Yunho menatap sedih Changmin, istrinya itu masih saja tidak menyukai keberadaan Changmin didekatnya. Padahal sudah 5 tahun berlalu ia hidup dengan didampingi Changmin, namun istrinya itu masih saja tidak menyukai keberadaan Changmin didekatnya.
Yunho melangkah masuk kekamar anaknya. Changmin terlihat kaget menyadari ayahnya berada dikamarnya. Changmin menunduk karena ia masih takut kepada Yunho karena semalam ayahnya itu berbicara dengan nada dingin.
"Changminnie." Panggil Yunho sayang, ia lalu mendudukan dirinya diatas kasur luas milik Changmin.
"Ne?" Changmin membalas perkataan Yunho namun masih menundukan wajahnya.
"Maafkan Appa ne? Semalam Appa sedang pusing karena anak buah Appa nakal, oleh karena itu Appa tidak ingin diganggu dulu." Yunho menjelaskan masalah yang ia hadapi pada Changmin, ya meskipun Changmin tidak begitu mengerti.
Changmin menatap wajah ayahnya. Matanya berair menandakan ia akan segera menangis.
"Jadi Appa tidak membenci Changminnie?" Yunho tersenyum lalu menggeleng menjawab pertanyaan putranya yang sangat tampan ini. Changmin langsung menghambur memeluk Yunho setelah melempar Barney sembarangan.
"Hiks, Changmin kira Appa akan ikut membenci Changmin." Yunho mengeratkan pelukannya pada Changmin bermaksud memberitahu Changmin sebesar apa ia menyayangi Changmin.
"Tentu saja tidak Changminnie, mana mungkin Appa membenci putra Appa yang sangat tampan ini." Changmin tersenyum didalam pelukan Yunho karena mendengar Yunho memanggilnya sangat tampan. Changmin lalu melepaskan pelukannya pada Yunho dan menatap penuh arti Yunho.
"Changmin sangat sayang Appa." Yunho terseyum bahagia mendengar pernyataan jujur putranya itu. Ia lalu mengganguk.
"Appa tahu. Appa juga sangat menyayangi Changminnie." Yunho lalu memeluk erat kembali tubuh yang berkali lipat lebih kecil darinya itu. Lalu mengelus sayang rambut hitam Changmin penuh sayang. Changmin yang diperlakukan seperti ini hanya bisa tersenyum bahagia.
-OOO-
Siang itu didalam sebuah cafe, dua orang laki-laki tampan meskipun sudah tidak bisa dikatakan muda lagi dengan berbusana casual tengah menyesap minuman digelas mereka masing-masing yang baru saja dibawakan pelayan cafe tersebut. Setelah selesai menyesap, salah satu diantara mereka menatap penuh harap menanti, jawaban dari sahabat karibnya tentang masalah yang tengah menimpanya.
"Menurutku, kau carikan saja diagency babysitter. Bukankah disana banyak babysitter berpengalaman Yonghwa?" Yonghwa memutar matanya mendengar jawaban Kangin, ia sudah memikirkan itu, namun masih ada yang mengganjal dihatinya.
"Ya, mungkin disana banyak babysitter handal tapi tetap saja Kangin-ah, yang aku ingin untuk babysitter cucuku merupakan orang yang dapat kupercayai menjaga dengan baik cucuku." Kangin mengangguk menyetujui pernyataan Yonghwa. Ya karena didunia ini sudah tidak terlalu banyak orang yang dapat dipercaya bukan? Apalagi orang yang baru kau kenal, bisa saja ia membuat masalah yang tidak ingin kau inginkan.
"Berapapun akan kubayar babysitter itu, asal ia dapat menjaga Changmin dengan baik." Kangin menatap takjub Yonghwa, tak ia sangka bahwa sahabat karibnya itu begitu menyayangi cucunya. Kangin jadi merasa iri pada Yonghwa yang telah mempunyai cucu dari Yunho, sedangkan dirinya? Apa yang bisa ia harapkan dari putrinya yang sangat suka menghambur-hamburkan uang itu? Mungkin saat ini tidak ada.
Ah mengingat tadi Yonghwa bilang akan membayar berapapun babysitter yang dapat menjaga cucunya dengan baik membuat Kangin mendapat ide yang begitu luar biasa dari otak jeniusnya setelah ia mengingat putri semata wayangnya. Ia lalu memanggil Yonghwa dan menyuruh Yonghwa mendekat padanya.
"Aku punya ide yang kuyakin akan kau sukai." Bisik Kangin ditelinga Yonghwa. Yonghwa tersenyum mendengar perkataan Kangin. Ia lalu mengangguk menyetujui rencana Kangin.
-OOO-
Sore itu Jaejoong tengah bersantai diruang tamu rumahnya, dengan ditemani teh herbal ia membaca majalah fashion yang baru ia dapatkan tadi pagi dari sahabatnya.
"Astaga baju ini lucu sekaliiiiiiii, aku ingin." Mata Jaejoong menatap minat pada pakaian berwarna putih bermotif polkadot merah. Namun pandangan penuh minatnya berubah menjadi sendu ketika ia ingat ia tengah berada dalam hukuman yang Appanya berikan. Jaejoong lalu menutup majalah fashionnya tidak semangat, ia tidak ingin melihat pakaian-pakaian ataupun apapun yang sangat bagus yang berada didalam majalah itu. Dan ia tidak ingin menjadi gila karena tidak dapat membeli apa yang ia inginkan.
"Appa pulang." Suara yang begitu Jaejoong kenali menyeruak masuk indera pendengarannya. Appanya itu duduk disalah satu kursi kosong didalam ruang tamu rumahnya itu. Matanya menatap Jaejoong aneh, dan itu membuat Jaejoong bergedik mendapati Appanya tengah menatapnya tidak seperti biasanya itu.
"Mana Eomma Jae?"
"Sepertinya sedang pergi bersama Heechul ahjumma Appa." Jaejoong menjawab seadanya pertanyaan Appanya itu.
"Ah kalau begitu Appa akan menyampaikan hal ini tanpa Eommamu kalau begitu." Jaejoong menatap Appanya penuh tanya dan menunggu Appanya melanjutkan perkataannya. Apa yang Appanya itu maksud sebenarnya? Ia tidak mengerti.
"Kau ingin masa hukumanmu cepat berakhirkan Jae?" Jaejoong mengangguk antusias setelah mendengar perkataan Appanya. Ah ia akan membeli pakaian yang tadi ia lihat didalam majalah fashion, setelah masa hukumannya selesai.
"Tapi ada syaratnya." Beberapa kata yang Appanya keluarkan lagi membuat Jaejoong tertunduk lesu, pasti Appanya memberikan syarat yang tidak-tidak padanya.
"Apa itu Appa?" Jaejoong menjawab tidak bersemangat. Kangin tersenyum misterius mendengar jawaban anaknya yang tidak bersemangat itu, ia telah menduga Jaejoong akan langsung tidak bersemangat ketika mengetahui ia akan dibesaskan dari hukumannya namun dengan melalui syarat tertentu.
"Kau tahu mencari uang itu tidak mudah bukan? Jaejoong mengangguk menyetuji perkataan Appanya.
"Jika kau ingin dapat membeli apapun yang kau inginkan kau harus bekerja Jae." Jaejoong menatap bingung Appanya. Ia tidak mengerti arah tujuan pembicaraan ini.
"Maksud Appa?"
"Appa akan menyudahi hukumanmu jika kau mau bekerja selama 6 bulan dengan teman Appa." Jaejoong membulatkan mata kaget mendengar perkataan Appanya, ia harus bekerja? Kuliahnya saja belum terselesaikan. Dan Appanya menyuruhnya bekerja? Yang benar saja, batin Jaejoong.
Lagipula ia tidak mempunyai bakat bisnis seperti Appanya, yang ia bisa hanya menghamburkan uang Appanya dan memasak. Memasakpun ia bisa karena sering membantu Eommanya ketika ia berada dirumah. Tapi jangan pertanyakan tingkat kelezatan masakan Jaejoong, karena ia begitu mempunyai bakat dalam memasak dan membuat makanan lezat.
Jaejoong tidak mungkin menolak penawaran yang begitu menggiurkan dari Appanya, hanya 6 bulan bukan? Itu bukan waktu yang cukup lama baginya jika ia bersungguh-sungguh bekerja dengan teman Appanya. Mungkin saja Appanya akan menghukumnya selamanya? Ah ia tak dapat membayangkan hal itu terjadi padanya. Lagipula ia akan digaji seperti biasanya, sehingga ia dapat mempunyai tabungan dari uang hasil kerja kerasnya selama 6 bulan untuk membeli apapun yang ia inginkan.
"Baiklah aku setuju. Memang bekerja apa?" Ah Kangin tidak pernah sebahagia ini mendengar perkataan putrinya itu. Ia lalu tersenyum misterius pada Jaejoong.
"Babysitter." Satu kata yang membuat Jaejoong membelalakan mata kaget.
"MWO!?"
-OOO-
Tak seperti biasanya sore hari begini Yunho telah berada dirumahnya, ia memang sengaja pulang cepat karena pekerjaannya dikantor tidak terlalu banyak. Ia segera memasuki kamarnya dan kaget menemukan istrinya juga sudah berada dirumah.
'Tak seperti biasanya.' Batin Yunho bersuara.
Yunho mendudukkan dirinya disamping Ahra, sepertinya Ahra tidak menyadari kedatangan Yunho tadi karena ia terlalu sibuk menghafal naskah drama barunya.
"Apa yang sedang kau lakukan chagi?" Yunho mengecup pipi kiri Ahra. Dan itu membuat rona kemerahan menjalar di pipi Ahra karena ulah usil Yunho mengecup pipinya.
"Aku menghafal naskah dari drama yang baru ditawarkan padaku oppa." Ahra menjawab masih dengan rona kemerahan berada dipipinya.
"Wah istriku ini memang hebat, sepertinya baru minggu lalu kau selesai syuting film layar lebar dan sekarang kau sudah mendapat job baru lagi saja." Yunho menyanjung jujur kehebatan istrinya itu.
Rona kemerahan hinggap lagi dipipi Ahra setelah mendengar sanjungan dari suaminya itu.
"Oppa terlalu berlebihan." Yunho hanya tersenyum merespon perkataan istrinya.
"Jangan terlalu keras bekerja chagi, tidak baik untuk kesehatanmu. Lagipula aku masih bisa membiayai kehidupan kita bukan?"
"Ah aku mengerti Oppa lagipula Oppa tahu bukan jika berakting merupakan cita-citaku sedari dulu, oleh karena itu aku tidak akan melewatkan kesempatan sedikitpun untuk berakting selagi aku mampu." Ahra menjelaskan panjang lebar. Yunho hanya mengangguk mengerti mendengar perkataan istrinya itu.
"Tapi tetap saja Ahra, aku merupakan kepala rumah tangga disini. Jika kau bisa membiayai hidupmu sendiri lalu untuk apa aku bekerja keras? Itu semua kulakukan untukmu dan anak kita."
"Ah mian Oppa jika aku menyinggungmu, namun aku tidak ada niat sedikitpun untuk melakukan hal yang Oppa pikirkan." Ahra tersenyum manis kepada Yunho, membuat Yunho tambah terpikat dengan istrinya itu.
"Baiklah, intinya aku tidak ingin kau bekerja terlalu keras chagi. Luangkahlah sedikit waktumu untuk bermain bersama Changmin." Ahra menatap Yunho tidak senang, bagaimana bisa suaminya itu membuat suasana yang begitu tentram untuk mereka dihancurkan dengan menyebut nama seorang yang Ahra tidak sukai. Dengan menyebut nama anaknya saja bisa membuat mood Ahra rusak seketika, Changmin bagai moodbreaker ibunya sendiri.
"Maaf Oppa, aku harus pergi." Setelah itu Ahra pergi meninggalkan Yunho sendirian dikamar mereka. Yunho menata sedihp kepergian Ahra, istrinya selalu begitu ketika ia menyinggung soal Changmin.
'Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan agar istriku dapat menerima anak kami.'
TBC/DEL?
Ahahaha manjeeh balik lagi dengan cerita abal bin ajaib nih. Semoga pada suka yaa~
Oh ya cuma sekedar info aja. Manjeeh ini laki-laki tulen loh, jadi jangan panggil manjeeh eonnie-_- itu benar-benar membuat hatiku sakit ketika membaca kata-kata tersebut. Hiks /plak/
Kalau yang nungguin kelanjutan Love Blind, besok bakalan manjeeh post, untuk sekarang manjeeh post yang ini dulu yaaa;;)
Ahahaha, dan seperti biasa yah bantu manjeeh bersemangat melanjutkan ff ini atau membuat ff lainnya dengan cara:
1. Klik kotak review dibawah sana.
2. Berikan komentar/masukkan/koreksi kalian.
3. Klik Send.
Gampang banget kan? h3h3h3
Oh ya info lainnya yah, semakin banyak review semakin bersemangat manjeeh melanjutkan dan mempercepat mempublish lanjutannya. Makanya...
Tonghilap reviewnya nyak. h3h3h3
Salam,
manjeeh
Jaa ne!
