Hermione PoV's

Hi! Namaku adalah Hermione Jean Granger. Aku adalah seorang penyihir lulusan Hogwarts. Aku adalah seorang aktris, aku bermain film dan dibayar mahal. Aku tahu itu adalah pekerjaan Muggle, walau aku ini adalah penyihir terpintar sepanjang masa, aku tidak berniat untuk bekerja di Kementrian Sihir, aku tidak berniat menyombongkan diri, tapi, itu adalah kenyataan.

Aku memang berbeda dengan sahabatku, Harry dan Ron, mereka bekerja sebagai Auror, atau kalian bisa menyebutnya polisi dunia sihir.

Aku tinggal di London bersama orang tuaku, tapi itu dulu. Sekarang aku sudah membeli rumah untukku sendiri dengan uang hasil kerjaku, sekarang aku tinggal di Los Angeles, Amerika.

O,h aku lupa aku berumur 23 tahun dan aku masih berstatus single atau belum memiliki kekasih. Aku lebih memikirkan karirku dibanding memikirkan jodohku, kalau memang jodoh tidak akan lari kemana-mana kan?

Di dunia keartisan, aku tidak memaki nama 'Hermione Jean Granger' melainkan 'Emma Charlotte' keren, bukan? Managementku menyuruhku mengganti nama karena aktris, aktor, penyanyi pun banyak yang mengganti nama mereka, ya walau pun hanya beberapa. Aku mengambil nama itu karena nama itu sangat terlihat aksen Parisnya.

Baiklah pengenalan diri sudah selesai, aku akan berangkat ke lokasi syuting. Jadwal ku padat.

.

.

.

Aku menaiki mobil limo milikku, tak kusangka aku bisa menjadi kaya raya seperti seorang Malfoy. Hey, tunggu, bagaimana bisa aku mengingat Malfoy? Oh, singkirkan pikiran tentang Malfoy itu, 'Mione.

"Hhh," Aku membuang napas

"Emma," panggil seorang wanita yang duduk disebelahku.

"Anna, panggil aku Hermione. Panggil aku Emma jika kita sedang ada di depan umum." Jawabku malas.

"Tapi memang namamu Emma—" wanita yang teridentifikasi bernama Anna itu berhenti berkata karena aku memotong perkataannya, "Namaku Hermione Jean Granger, bukan Emma, Emma hanyalah nama samaran, Anna Laura Walker." Potongku dengan nada ketus.

"Baiklah, maafkan aku Hermione." Jawab Anna, aku hanya mengangguk tanda memaafkan.

"Jadi, apa yang mau kau bilang?" tanyaku penasaran

"Kau ditawari menjadi penyanyi bersama dengan Tom Andrew dan Jade Oliv. Kau akan menerimanya bukan?" tanya Anna.

"Hn, aku akan memikirkan untuk menerima tawarannya atau tidak." Jawabku

"Baiklah." Ucap Anna mengakhiri pembicaraan.

Ah ya, Anna adala managerku. Dia yang berperan di balik semua kesuksesanku, tentunya sesudah orang tuaku.

Normal PoV's

Draco Malfoy, seorang anak tunggal Lucius Malfoy dan Narcissa Malfoy. Keluarga penyihir berdarah murni yang kaya raya. Seorang pemuda berumur 22 tahun, berambut pirang platina, berdada bidang—akibat manjadi pemain Quidditch saat masih bersekolah di Hogwarts, pangeran Slytherin, sosok sempura yang dianugerakan Merlin kepada Lucius dan Narcissa Malfoy.

Dia tadinya menjadi Auror bersama dengan Harry Potter, anak-yang-bertahan-hidup , saudara jauhnya, dan bersama dengan Ron Weasley juga, namun ,sekarang dia beralih profesi menjadi penyanyi sekaligus aktor. Mengejutkan? Sangat.

Entah apa yang terlintas di pikiran anak muda ini, kalian pun tahu dia sangat benci terhadap Muggle, tapi, anehnya profesi miliknya sekarang malah berkutat di dunia Muggle. Aneh. Sangat aneh.

Nama samaran Draco adalah 'Tom Andrew' keren? Biasa saja. Dia tidak pernah memberikan nama itu pada dirinya. Namun managernyalah yang memberikan nama itu padanya.

.

.

.

Di sebuah ruangan yang besar atau bisa dibilang sebuah kamar yang besar, Draco sedang menulis lagu. Lagi itu akan menjadi lagu yang ia nyanyikan bersama Emma Charlotte. Draco tidak tahu siapa itu Emma Watson yang jelas nanti dia juga akan menemuinya.

'Beberapa hari lagi.' Pikir Draco, 'Aku akan menemui Emma Charlotte.' Lanjut pikirannya lagi.

Tuk. Tuk. Tuk.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Draco, dengan cepat Draco sadar dari pikirannya.

"Siapa?" tanya Draco dari dalam.

"Astoria." Jawab seseorang yang bernama Astoria itu. Seorang lelaki? Tidak. Dia seorang perempuan tentu saja.

"Masuklah." Jawab Draco singkat.

Astoria membuka pintu kamar Draco, dan mendapati seorang Draco Malfoy sedang duduk di kursi berwarna coklat tua. Kursi kesayangan Draco. Kursi yang biasa dipakai Draco kalau-kalau

Draco ingin mencari inspirasi. Astoria juga heran bagaimana caranya dengan sebuah kursi Draco bisa mendapatkan inspirasi? Entahlah dia juga tidak tahu menahu tentang hal itu.

"Aku menerima tawaranmu menyanyi bersamamu dan Emma Charlotte." Ucap Astoria

"Itu bagus, apa yang membuatmu berubah pikiran? Kau cemburu jika aku digosipkan berpacaran dengan Emma Charlotte itu?" tanya Draco sambil menampilkan seringai jahilnya

"Umm, yeah— Begitulah." Jawab Astoria malu-malu.

"Tenanglah, aku sudah punya kekasih bernama Astoria Greengrass atau yang terkenal dengan nama Jade Oliv." Ucap Draco sambil tersenyum ke arah Astoria.

"Draco, aku tahu. Tapi, aku tidak suka jika nanti memang benar ada gosip bahwa kau berpacaran dengan Emma Charlotte yang sampai sekarang belum kau kenal." Jawab Astoria.

"Hn, tenanglah. Itu tidak akan terjadi." Jawab Draco.

Astoria hanya tersenyum lalu meninggalkan Draco dikamarnya.

.

.

.

Hermione sudah sampai di lokasi syuting. Film baru yang berjudul 'Being a Wallflower' dia sebagai pemeran utamanya. Lawan mainnya adalah Logan Wade, lelaki yang berumur lebih muda dari dirinya. Tampan memang, tapi Hermione tiak suka dengan lelaki yang lebih muda darinya.

"Ini syuting hari terakhir bukan? Aku akan merindukan kaian semua!" ujar Hermione.

"Aku juga akan merindukanmu, Emma!" jawab Logan.

Mereka berdua tertawa bersama dengan crew yang lain. Di sela tawa mereka Hermione jadi merindukan Ron, Harry, Ginny, Luna, Neville, dll. Sudah dua tahun mereka tidak bertemu,

Hermione akhirnya berniat akan mengunjungi The Burrow malam ini.

.

.

Malam sekitar jam 23.00 waktu Los Angeles, Hermione pergi ke halaman belakang rumahnya yang luas untuk menaiki portkeynya yang berbentuk gelas. Niat Hermione untuk berkunjung ke The Burrow sangat besar. Hermione juga tidak lupa membawakan hadiah untuk keluarga Weasley, dia juga berniat untuk pergi ke makam Fred. Dia juga ingin memeluk Victoire Weasley. Ah betapa rindunya Hermione dengan mereka semua.

Dalam sekejap Hermione sudah berada di tengah taman yang berada di kota London, beruntung tidak ada Muggle yang meliatnya. Sekarang masih jam 7.00 waktu London, Hermione langsung saja mengumpat di balik poon yang dapat menutupi dirinya, dan Hermione ber-disapparate ke The Burrow.

.

Hermione mengetuk pintu The Burrow sampai ada yang membukakannya pintu. Seorang wanita berambut pirang, dan mukanya yang beraksen Perancislah yang menyambut Hermione di depan pintu.

"Herm—" baru saja wanita itu akan berteriak Hermione langsung menutup mulutnya dengan tangan kanan Hermione dan jari telunjuk tangan kiri Hermione ditaruh dimulutnya seperti orang ber-sstt tanda menyuruhnya diam.

"Diamlah, aku ingin memberi kejutan untuk yang lainnya. Aku tahu mereka masih tidur. Jadi diamlah, Fleur." Bisik Hermione di telinga wanita yang bernama Fleur Weasley itu.

Fleur hanya mengangguk tanda mengerti lalu mempersilahkan Hermione masuk.

Saat Hermione memasuki The Burrow tiba-tiba terlintas ide di otak cemerlang Hermione. Hermione langsung menghentikan langkah Fleur dan menatap matanya, tatapan Hermione dapat dibaca oleh Fleur, Fleur mengartikannya sebagai aku-butuh-bantuanmu-maukah-kau-membantuku? Fleur hanya balas menatapnya dengan tatapan apa-yang-harus-kubantu-Mione?

"Muffliato." Ucap Hermione seraya memutar tongkat sihirnya yang sudah beberapa tahun terakhir initidak dipakainya.

"Sekarang katakan, apa yang bisa aku bantu, Hermione?" tanya Fleur semakin penasaran.

"Aku ingin kau membantuku untuk—"

"Fleur— HERMIONE!" teriak seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang Fleur.