Pairing : YunJae / Yunho-Jaejoong
Rate : M
Genre : Humor, Romance, Smut
Warning : Miss Typo(s)
Disclaimer : Kohitsuji to Ookami milik Sakurai Reiko
A/N :Lagi-lagi saya membuat fanfic remake dan, fanfic ini remake dari manga Kohitsuji to Ookami milik Sakurai Reiko, tapi mungkin kedepannya akan ada adegan yang dirubah maupun ditambah. Saya berharap fanfic ini dapat dinikmati oleh reader sekalian. Terutama bagi reader yang lebih suka membaca fanfic ketimbang manga, atau reader yang kesulitan membaca manga−jangan heran, ini terjadi pada teman saya sendiri, pusing katanya baca manga itu. Yang manapun alasannya semoga saja fanfic ini dapat dinikmati^^
.
.
.
Bagian 1
#Jaejoong POV
"Hey! Apa yang sedang kau lakukan di appartemenku?!"
"Wahh!" Aku tersentak kaget saat Pria itu tiba-tiba menerobos masuk dan berteriak.
.
.
.
Sebulan yang lalu apartemenku hancur dalam sebuah kebakaran.
"Bagaimana ini?Aku tidak memiliki tempat tujuan lagi." Aku berlutut disekitar puing-puing apartemenku yang hancur. Apartemen itu satu-satunya tempat bernaung yang aku miliki di Seoul. Orang tuaku tinggal di Gongju, tapi keluargaku sangat miskin sehingga tidak mungkin aku kembali atau bahkan memberi tahu kabar ini.
Hingga akhirnya temanku sekaligus juniorku di kampus, Jung Changmin bersedia membantuku.
"Benarkah?!"
"Tentu saja. Apartemen itu kosong, jadi Hyung bisa tinggal di sana."
"Terima kasih Changmin-ah! Kau memang yang terbaik." Kupeluk Changmin erat sambil menggesek-gesekkan pipiku didadanya.
"Sama-sama, Hyung. Dengan begitu aku tak perlu membayar pembantu untuk membereskannya lagi."
"Apa kau bilang?"
Jung Changmin adalah anak bungsu dari pemilik Hotel Sheraton Korea, Changmin memiliki banyak apartemen. Jadi tidak aneh jika ia meminjamkan satu apartemennya untukku, sampai aku memiliki cukup uang setidaknya untuk menyewa sebuah apartemen kecil.
"Wahh! Besar sekali..."
Aku bisa tinggal di sebuah apartemen yang besar dan sangat mewah.
Dan ini semua gratis!
Super beruntung! Itulah yang aku pikirkan...
Sebelum Pria itu masuk dalam kehidupanku.
#Normal POV
Pria itu duduk di sebuah sofa kulit berwarna hitam. Kaki kanannya ditumpangkan di kaki kirinya, cara duduk yang memperlihatkan bahwa dialah penguasanya.
Pakaian yang dikenakan Pria itu jas berwarna hitam dengan kemeja merah, dua kancing kemeja bagian atasnya dibiarkan terbuka. Dengan wajah yang angkuh dan pandangan mata yang tajam, Pria itu memperhatikan Jaejoong, yang sedang duduk dihadapan Pria itu dengan seksama.
'Menakutkan sekali...'
"Err, se-sebenarnya Changmin yang mengatakan bahwa aku boleh ti-tinggal di disini." Dengan tubuh yang bergetar, Jaejoong mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Namaku Kim Jaejoong, senior Changmin di kampus."
'Dia terlihat seperti seorang mafia.'
'Apakah dia kerabat Changmin?'
"Tapi aku belum pernah mendengar hal ini dari adikku."
'Ehh... Dia Hyung-nya Changmin!'
"Aku yang membeli apartemen ini." Pria itu berdiri, dan memasukan kedua tangannya kedalam saku celana. Dia memandang rendah pada Jaejoong yang duduk dihadapannya.
"Sebagai pemilik dari apartemen ini, aku tidak mengijinkanmu tinggal di sini."
'Hiii, bagaimana dia bisa melakukan itu!?'
"Jadi kau bisa mulai membereskan barang-barangmu dan pergi dari apartemen ini." Dia melenggang pergi dari hadapan Jaejoong.
"Tunggu... tunggu!" Jaejoong mencoba mengejar Hyung Changmin itu.
"Jangan usir aku! Setidaknya beri aku waktu, sampai aku menemukan apartemen." Tapi sepertinya Pria itu tak berminat untuk mendengarkan.
Tiba-tiba Jaejoong memeluk punggungnya. "Aku bersedia melakukan apapun yang kau perintahkan."
Seketika Pria itu berhenti, dan menoleh pada Jaejoong. Dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca dan bibir merahnya yang dia pout-kan, Jaejoong menatap Pria itu. "Kumohon." Ujarnya.
"Kau benar-benar akan melakukan apa yang aku minta?"
"Humm-humm." Jaejoong mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cara yang terlihat lucu.
"Kalau begitu... telanjanglah."
"Ehh..."
"Dan coba kau pakai barang-barang ini." Dia membuka sebuah koper hitam ukuran sedang.
"..."
"Itu produk baru."
Brak
"Aku pergi."
"Diam disana!"
"Maaf telah mengganggumu. Tapi bagaimana mungkin kau menyuruhku bertelanjang dan memakai 'barang itu'!" tunjuk Jaejoong pada koper hitam itu yang ternyata berisi puluhan mainan orang dewasa atau dengan kata lain Sex Toys.
"Hei, pendek. Bukankah kau tidak punya tempat untuk di tuju?!" pria itu balik mengejar Jaejoong yang hendak membereskan bajunya. Dia menahan tangan Jaejoong dan menarik kearanya lagi.
"Tidak, aku tidak bisa melakukannya! Itu keterlaluan." Jaejoong berusaha melepaskannya.
"Anggap saja itu bayaran yang kau berikan kepadaku."
"Aku bukan pelacur!" Jaejoong semakin gencar mencoba melepaskan dirinya.
"Siapa yang menyebutmu pelacur!" Pria itu memperkuat genggamannya dan Jaejoong semakin memundurkan tubuhnya. Keduanya tidak ada yang ingin mengalah. Sampai akhirnya...
Pranggg
"Wahhhh!"
"Brengsek... Itu vas-ku yang berharga Delapan Puluh Juta Won."
"Hiiii. Delapan Puluh Juta!" Jaejoong seketika merinding mendengar harga vas itu.
.
.
.
"Kau hanya punya dua pilihan. Pertama, dengarkan seluruh perkataanku. Atau, jual ginjalmu."
"Ehh..."
"Pilih salah satu, Pendek!"
"Bagaimana dengan pilihan ketiga, maafkan aku." Jawab Jaejoong memasang wajah polosnya.
"Kau mau mati, hah?!"
"Wahh, maaf... maaf! Baiklah aku akan mendengarkan apapun yang kau katakan."
Jadi inilah awal dari perjanjianku dengan pria bernama Jung Yunho ini.
.
.
.
Klingg klingg
Suara dentingan besi terdengar menggema di kamar mandi sebuah apartemen mewah.
"Enggh, berhenti. Aku akan mati jika kau masukan itu."
"Oh tidak, kau tidak akan mati hanya karena aku memasukan vibrator ini kedalam hole-mu."
Slipp. Yunho memasukan vibrator itu masuk ke dalam hole Jaejoong yang berkedut.
"Aku jamin kau akan menyukainya."
Buzzzz. Suara dari vibrator yang bergetar terdengar semakin keras saat Yunho menaikan kecepatan getarnya.
"Engghh, ahh, andwae... andwae!" tubuh Jaejoong mengelijang liar saat vibrator itu mengaduk isi hole-nya, sesekali mengenai prostat, dan itu membuat Jaejoong semakin menggila.
Peluh telah membasahi kemeja yang menjadi lapisan terakhir baju yang dipakainya. Sisanya ia bertelanjang. Jaejoong tidak dapat melawan karena kedua tangannya di borgol dan disatukan dengan tiang pancuran shower. Itulah yang menyebabkan bunyi dentingan di kamar mandi itu.
'Dia pasti membenciku. Dia berlaku sangat kasar padaku.' Isak Jaejoong. Hole virginnya terasa panas saat Yunho tanpa persiapan, memasukan vibrator pink itu.
"Diamlah! Pada akhirnya kau akan merasa ketagihan."
"Engg... ahh.. ahh.. Yu-yunho-ssi~~" desahan Jaejoong semakin mengeras saat Yunho mengangkat paha Jaejoong ke atas pangkuannya. Posisi Jaejoong sekarang terlihat seperti melayang, kakinya mengangkang dengan Yunho yang memangku pahanya, dan borgol yang menyatu dengan tiang shower menahan punggungnya tidak menyentuh lantai.
'Seorang pria kaya yang arogan tidak pernah berlaku jantan.'
Yunho mulai mengocok kejantanan Jaejoong dengan cepat dan genggaman yang erat pada kejantanan Jaejoong. Lalu menghentikannya, dan Yunho mulai memutar-mutar jarinya di kepala kejantanan Jaejoong yang merah merekah. Dari lubangnya terlihat rembesan cairan berwarna bening. Yunho kembali mengocok kejantanannya dengan tempo yang semakin cepat.
"Ahh... ahh... enggg... Yunho-ssi jangan lakukan itu. Jangan lakukan itu! A-akuuu akannn, nggghh, AHHH!" terikan frustasi Jaejoong terdengar menggema di kamar mandi itu. Lubang uretranya ditutup oleh jempol Yunho saat Jaejoong hendak Orgasme.
"Yunho-ssi, ahhh... biarkan aku mengeluarkannya.." Jaejoong memohon dengan mata yang berkaca-kaca, sesekali mengelijang saat dirasa linu menyergap kejantanannya.
"Aku hanya menurutimu untuk berhenti tadi. Bukankah tidak menyukainya?" Yunho menyeringai saat melihat raut wajah memelas Jaejoong yang terlihat imut.
"Yunho-ssi, kumohon~"
"Baiklah,jika kau memaksa." Seringai Yunho bertambah lebar saat dia kembali menaik turunkan tangannya di kejantanan Jaejoong. Tapi kali ini dia melakukannya dengan sangat lambat.
"Ahh.. Yunho-ssi lebih cepat." Bisik Jaejoong, di tengah desahannya.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu?"
"Uhhh, lebih cepat..."
"Maksudmu seperti ini." Yunho langsung mempercepat kocokannya.
"Ahh ahh ahh" tubuh Jaejoong terlonjak-lonjak saat Yunho semakin mempercepat gerakannya. Perut Jaejoong telah mengejang, pertanda dia akan segera Orgasme, saat detik-detik dia hendak mengeluarkan benih-benihnya, Yunho kembali menghentikan gerakannya...
"AHHH!"
"Aku masih ingin bermain. Tidak akan seru jika kau mengeluarkannya sekarang, tahanlah sebentar lagi, aku janji akan membiarkanmu Orgasme nanti."
"Tidak, tidak, tidak, aku ingin sekarang, rasanya milikku akan meledak kapan saja." Jaejoong merengek pada Yunho, dengan wajahnya yang merengut lucu.
"Tahanlah sebentar lagi, kali ini aku bersungguh-sungguh." Jawab Yunho, tangannya mengelus-elus pipi mulus Jaejoong.
"Tapi ini sakit."
"Jangan membantahku!" Yunho memandang Jaejoong dengan matanya yang tajam, mencoba mengintimidasinya kembali.
'Aku membencimu.' Teriak Jaejoong dalam hati.
Yunho beranjak dari duduknya, dan membawa mendekat koper hitam miliknya. Ia memilih beberapa mainan yang akan digunakan pada Jaejoong.
Pertama yang dia keluarkan adalah sebuah bendera pink bergambar beruang−yang biasa digunakan untuk dekorasi kue, dengan tiangnya sepanjang delapan sentimeter. Lalu dia mengambil karet silikon bulat berwarna hijau, sebuah tube berwarna bening dan sebutir kapsul putih.
Yunho kembali mengangkat paha Jaejoong, lalu mencabut vibrator yang sedari tadi bersarang di hole-nya, dan langsung memasukan kapsul putih itu ke dalam hole-nya.
"Nggg, Yunho-ssi apa yang kau masukan itu?" jaejoong mencoba menegakkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan oleh Yunho.
"Ini adalah sesuatu yang akan memanaskan kamar mandi ini."
Yang selanjutnya Yunho membuka tutup tube, dan mengeluarkan gel diujung jarinya. "Yang ini untuk memanaskan tubuhmu," Yunho lalu mengoleskan gel tersebut hanya di kepala kejantanannya saja, sesekali dia menggores-gores kukunya di lubang uretra Jaejoong. Seketika saja kepala kejantanannya terasa panas dan gatal menggelitik.
"Ahhh, unngg, Yunho-ssi apa ini?"
"Sudah kubilang bukan, ini untuk memanaskan tubuhmu." Kepala kejantanan Jaejoong yang tadinya berwarna merah, kini berubah menjadi keunguan.
"Lalu yang selanjutnya untuk mempercantik dirimu, aku memiliki ini," mengangkat bendera pink bergambar beruang. "Aku memilih ini karena kau sangat cantik, melebihi seorang wanita sekalipun. Aku akan meletakkannya di sini," Yunho langsung menusukkan bendera tersebut ke dalam lubang uretra Jaejoong, tiang bendera kecil itu masuk seluruhnya, menyisakkan bendera pinknya yang terkadang sedikit menyapu kepala kejantanan Jaejoong.
Jaejoong sendiri menggelepar setelah lelah berteriak dan mendesah.
"Yang terakhir, kau tahu apa ini?" tanya Yunho sambil mengangkat karet silikon hijau ke hadapan Jaejoong.
Jaejoong hanya meggeleng sebagai jawaban.
"Ini yang akan membuatmu mematuhi perintahku." Yunho mereganggkan karet silikon tersebut dan membawanya masuk melewati bendera pink, dan melepaskannya saat berada tepat di leher kejantanan Jaejoong.
"Ahhhhh..." Jaejoong hanya bisa mendesah lemah, saat karet itu menjepit leher kejantanannya.
"Persiapan telah selesai, waktunya masuk kegiatan inti." Seringai Yunho bertambah lebar.
.
.
.
TBC
Wakkkk, gila ini pertama kali saya nulis NC! Semoga gak aneh. Oh iya, jika ada typo tolong kasih tahu ya.. Reviewnya saya tunggu^^
