Disclaimer : Tadi malam aku bermimpi diberi hak milik One Piece oleh Eiichiro Oda-sama. #plak#

Pairing : ZoroRobin. Slight LuffyHancock and SanjiNami

Genre : Tragedy/Crime. (?)

Warning : OOC, abal, gak jelas, bahasa aneh, summary abalan, alur kecepetan, dan kalau tak suka, bisa tekan tombol back di kiri atas :D

Hope you enjoy!


"Ketika saat itu tiba, kamu akan tahu kalau akulah yang menyebabkan semua penderitaanmu selama ini."


C-OVERTHROW –agent 967-

By : Roronoalolu Youichi


-First chapter-

.

.

"Aku akan mengurus mereka. Kau urus wanita-wanita itu, Luff." kata Zoro sambil menyeret orang-orang tersebut.

"Aku percayakan padamu, Zoro. Kalian Tidak apa-apa?" tanya Luffy sambil mengulurkan kedua tangannya kepada kedua wanita itu.

Kedua wanita itu hanya menatap heran, sebelum akhirnya menyambut uluran tangannya.

"Arigato." Kata wanita berambut raven sepundak.

"A-arigato…" gagap wanita yang satunya lagi. Yang berambut hitam panjang. Dia menatap Luffy dengan mata yang dibulatkan sempurna.

Luffy tersenyum kecil, "Kalau boleh tahu, siapa nama kalian?"

"Aku Robin. Nico Robin." Jawab wanita berambut raven sepundak itu.

"A-aku… Hancock… Bo-boa Hancock…" kata wanita yang berambut hitam panjang itu, tergagap.

Luffy mengerutkan kening, "Rasanya, aku pernah bertemu denganmu…" gumamnya.

Lalu tersenyum lebar, "Ah! Iya! Salam kenal. Aku Luffy. Monkey D. Luffy." Lanjutnya riang.

Luffy memandang Hancock dan mulai meneliti muka wanita cantik itu. Sementara Robin hanya melihat mereka berdua tatap-tatapan. Sepertinya, Hancock dan Luffy saling mengenal, batinnya.

"Luff, sebentar lagi polisi akan kesini." Kata Zoro sambil menutup flap handphone-nya dan berjalan kearah Luffy. Lalu mengelap salah satu dari ketiga pedangnya yang tadi habis dipakai bertarung itu. Dan menatap Robin sekilas.

"Yosh! Kalau begitu, ayo kita antar wanita-wanita ini. Kami akan mengantar kalian. Tidak keberatan 'kan?" tanya Luffy kepada Robin dan Hancock.

"Tidak merepotkan?" tanya Robin.

"Shishishi… Tidak. Tidak sama sekali." Jawab Luffy dengan senyuman khasnya. "Bagaimana?"

"Asal tidak merepotkan, bukan masalah." Ujar Robin, santai. "Bagaimana denganmu, Nona ular?" tanya Robin ke Hancock –entah kenapa- dengan nada menggoda.

Hancock menatap tajam Robin, "Aku Hancock, Nona sok tegar!"

Robin tersenyum kecil dan kembali bertanya, "Bagaimana? Kau mau?"

"Kalau kau iya, aku juga." Katanya kemudian lalu menatap Luffy.

Yang ditatap tersenyum lebar dan berkata, "Baiklah. Zoro, kau antar Robin, dan aku akan mengantar Hancock."

"Hei, kenapa tidak kau saja yang mengantarkan mereka?" protes Zoro. Lalu kembali menatap Robin. Robin juga menatap Zoro. Tapi Zoro langsung mengalihkan pandangannya.

"Kau mau tanggung jawab kalau aku ditilang?" tanya Luffy balik.

"Tch. Baiklah." Kata Zoro sambil mendengus kesal. Lalu berjalan kearah motornya dan menyalakannya. Begitupun dengan Luffy. Lalu menghampiri kedua wanita itu dengan motor mereka masing-masing.

"Ayo naik, Hammock." Kata Luffy sambil mengulurkan helm kepada Hancock.

Hancock menerima helm yang disodorkan Luffy, "Na-namaku Hancock, Luffy-kun."

Luffy tertawa kecil, "Baiklah, Hammock. Ayo naik." Katanya lagi. Dan juga, salah manggil nama lagi.

Hancock memakai helm dan segera naik. "Hei, kami duluan ya," kata Luffy lalu tancap gas dan pergi.

Zoro dan Robin menatap kepergian dua orang itu dengan reaksi yang berbeda. Robin tersenyum kecil sedangkan Zoro hanya berwajah datar seperti biasanya.

"Cepat." Perintah Zoro sambil menyerahkan helm ke Robin. Tanpa menunggu aba-aba lagi, Robin segera naik ke motor Zoro.

(A/N : mohon perhatian! Robin sama Hancock duduknya gak kayak ibu-ibu pengajian, ya! (?) )

"Aku tidak akan menjamin keselamatanmu kalau kau tidak berpegangan." Sindir Zoro.

Robin hanya mehela nafas pelan, lalu memegang jaket Zoro. "Bagaimana?" tanyanya.

Zoro memutar matanya lalu melajukan motornya. Keluar dari komplek museum, tempat para arkeolog-arkeolog itu meneliti dan menyimpan hasil-hasil penelitiannya.


"Hei, Hammock, pegangan yang erat ya!"

"Ba-baik Luffy-kun..!" Hancock lalu memeluk pinggang Luffy lumayan erat. Lalu perlahan mendekatkan kepalanya kepunggung Luffy. Menghirup aroma-nya yang sudah sangat lama ia rindukan…

"Hei, rasanya, kita pernah bertemu. Benar, Hammock?" tanya Luffy kemudian. Hancock terkesip dan menjauhkan kepalanya dari punggung Luffy. Lalu ingatannya kembali kesaat-saat dulu…

"Hei, jawab aku Hammock!" kata Luffy menyadarkan lamunan Hancock.

"Eh? Y-ya, benar, Luffy-kun… Apa kau masih ingat?" tanya Hancock mulai sedikit berharap.

Luffy mengerutkan kening. "Sepertinya… Aku sedikit mengingatnya… Kau teman kecilku sewaktu di Hokkaido 'kan?"

Hancock mengangguk, walaupun itu tidak bisa dilihat Luffy, "Ya… Waktu itu, kau pindah tanpa memberi tahuku dulu…"

Luffy tertawa kecil, "Gomen ne, Hancock, yang penting 'kan kita bertemu lagi."

Hancock tersenyum, "Kau sekarang sudah bisa memanggil namaku dengan benar, Luffy-kun…"

"Hmm, tentu saja Hammock," cengir Luffy dan kembali memanggil Hancock dengan 'Hammock'. Hancock hanya tersenyum saja dan secara perlahan, menyenderkan kepalanya kembali ke punggung Luffy.


"Belok kanan, Tuan pendekar…" ingat Robin.

Zoro mendengus kesal, "Aku sudah tahu! Tidak perlu kau katakan berulang-ulang begitu!" protesnya.

"Kalau aku tidak bilang berulang-ulang, nanti kau akan salah belok lagi," jelas Robin.

"I-itu tadi karena aku sedang bengong saja! Bukan karena aku buta arah!" kata Zoro agak tergagap. Malu juga 'kan kalau ketahuan buta arah begini! Batinnya.

Robin tersenyum kecil, "Aku tidak bilang kau buta arah, Tuan pendekar…"

Telak. Zoro gelagapan dan berusaha mengalihkan pembicaraan. "Ke-kenapa kau memanggilku 'Tuan pendekar'?"

"Hmm? Apa aku salah? 'kau seperti seorang pendekar kalau memakai pedang begitu. Apalagi sampai tiga pedang seperti itu…" jelas Robin lagi.

Zoro mendecakkan lidahnya, kesal. "Ck, terserah kau saja, wanita…"

"Kenapa kau memanggilku wanita?" kini giliran Robin yang bertanya.

"Memangnya aku salah? Kau wanita 'kan?" tanya Zoro.

Robin tersenyum kecil, "Tidak… Aku memang wanita," katanya sabar. Lalu menghela nafas, "Tuan pendekar… Belok kanan, bukan belok kiri…" peringatnya kemudian.

Zoro mendecakkan lidah dan langsung memutar motornya kearah yang benar. Harga dirinya kini hancur. Dia tidak bisa mengelak lagi kalau ternyata dia buta arah.


"Sanji-kun, benar mereka akan kembali hari ini?"

Sanji menhembuskan asap rokonya, "Menurut markas pusat, memang hari ini. Tapi aku tidak tahu jam berapa pastinya."

"SUPPER! Aku kangen sekali dengan Zoro-bro dan Luffy-bro!" kata Franky sambil bergaya aneh dan kembali mengelap gelas. Nami dan Sanji hanya sweatdrop melihatnya. Sudah biasa. Sangat biasa malah.

"Kau benar Franky. Aku juga kangen mereka…" Aku Nami lalu tersenyum manis sambil menerawang.

"Nami-swaaaaaaaaaaan~~ kau tidak kangen aku?" rengek Sanji, pura-pura nangis.

Nami mendengus, "Aku 'kan tiap hari melihatmu." lalu tersenyum simpul.

"Mellorineeeee~~ kau cantik sekali kalau tersenyum Nami-swaaaan~~" kata Sanji sambil menari berputar-putar. Sementara Nami menampakkan sedikit blush tipis diwajah cantiknya.

Franky mendecakkan lidah, "Aku jadi iri…" Nami dan Sanji hanya tersenyum mendengar gurauan Franky.

Lalu Nami menatap sanji, "Sanji-kun, Kenapa kau menolak misi dari komandan? Bukankah misi yang diikuti Luffy dan Zoro dibayar sangat mahal?"

Sanji menatap Nami juga, "Karena itu dekat ulang tahunmu, Nami-san. Aku tidak mungkin melewatkan hari ulang tahun wanita yang aku cintai," katanya sambil tersenyum.

"Kau benar-benar gombal. Tapi, aku suka dirimu yang seperti itu…" kata Nami sambil tersenyum manis kearah Sanji.

"Mellorine~~" Sanji lalu berputar-putar dengan mata berbentuk hatinya. Nami yang melihat Sanji seperti itu, hanya bisa memegangi keningnya dan mulai berfikir bagaimana dia bisa mencintai pria seperti itu.

Lagi-lagi Franky mendecakkan lidah, "Sudah cukup. Aku benar-benar iri. Lebih baik aku pergi mengambil persediaan minuman saja." Katanya, lalu langsung pergi mengambil persediaan minuman digudang. Nami dan Sanji lagi-lagi hanya tersenyum mendengar gurauan Franky.

"Sanji-kun, kapan kita memberi tahu hubungan kita kepada mereka?" tanya Nami kemudian.

Sanji menghisap rokoknya lalu menghembuskannya, "Nanti saja… Biar ini menjadi hadiah karena mereka berhasil menyelesaikan misi mereka kali ini." katanya lalu tersenyum.

.

.

To Be Continued


Lolu : Fuiiiihhhh… Akhirnya, aku berhasil juga membuat ZoroRobin! Kyaaaaaaaaaaaaaaa XD

Sora : Hei! Jangan senang dulu! Ini bagaimana kelanjutannya?

Lolu : Ah, iya, kau benar! Yah, lihat nanti sajalah!

Sora : Tumben kau semangat,

Lolu : Tentu! Soalnya aku sudah berhasil membuat ZoroRobin! Meskipun aku belom yakin akhirnya jadi gimana hehehe ._.

Sora : Benar-benar kau ini!

Lolu : Hehehe :D

Sora : Yasudah, kita tutup saja A/N ini!

Lolu : Yosh! Minna, mohon maaf kalau ini ancur dan aneh dan jelek dan gaje dan sebagainya. Aku sudah berusaha yang sebaik-baiknya!

Sora : Kami terima apapun review kalian! Mau ngeflame, kritik, saran, juga mau mencaci maki author yang bikin ceritanya maksa banget ini, silahkan!

Lolu & Sora : REVIEW PLEASE!

Klik tombol dibawah ini