trdanszhafran present...

.

.

.

.

.

STILL THE SAME

Main Cast : Oh Sehun , Xi Luhan

-and other pairing cast-

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Drama, Family

Rated : M

Author : trdanszhafran

WARNING!

/Genderswitch/HUNHAN/

TYPO(s)

.

.

.

.

.

I sincerely hope you, you still love me or not I do not know. But I tried to forget you, and these feelings will always be with you.

STILL THE SAME LOVE YOU AND WHATEVER HAPPENS. LET'S FIGHT THEM TOGETHER

.

.

.

.

.

.

.

.

.

THE STORY BEGIN

CHAPTER 1

Saat itu terlihat seorang anak sedang merenung di kamarnya. Ia terlihat memeluk kakinya dan menundukan kepalanya. Sebenarnya ia anak yang arogan, egois dan keras kepala. Tapi suatu hal yang terjadi padanya saat ini membuat hatinya berdenyut. Ia terisak. Malam yang sepi, cahaya bulan yang menyinari tubuhnya dan bintang yang bertaburan di langit malam yang indah dengan suara pecahan berbagai benda menemaninya malam ini. Malam ini benar-benar mencengkam untuknya. Hal itu disebabkan oleh orang tuanya yang sedang bertengkar malam ini dan ia bersama adik kecilnya di kamarnya meringkuk ketakutan. Orang tuanya sering bertengkar tapi tak seperti sekarang. Ia butuh sandaran. Ia butuh penyemangat hidup. Ia butuh semuanya yang sedang ia butuhkan sekarang.

PRANGG!

Lagi-lagi gelas menjadi sasaran kemarahan orang tuanya. Ia semakin terisak. Dahinya dipenuhi peluh dan matanya yang terus mengeluarkan air mata. Ia benci menangis. Namun air mata sialan itu tetap keluar layaknya air yang mengucur dari keran. Adiknya juga menangis. Mereka berdua ketakutan. Sampai pintu kamar itu terbuka perlahan dan menampilkan ibunya dengan keadaan kacau. Ibunya itu kemudian mendekati kedua anaknya.

"Ibu kenapa kesini?" tanya yang lebih tua dengan menjauhi ibunya yang semakin mendekatinya sedangkan adiknya hanya memanggil ibunya dengan suara yang diselingi isakannya.

"Tenang nak." Jawab Ibunya sambil melihat kedua anaknya yang terlihat sama kacaunya dengannya. Rambut yang berantakan, baju yang lusuh dan air mata yang tak henti-hentinya keluar dari kedua mata kesayangannya itu membuat hatinya berdenyut sakit. Ibunya tersenyum pada kedua anaknya.

"Ibu berhenti. Aku takut pada Ibu. Jangan dekati kami!" ujar yang lebih tua dengan nada yang terdengar sangat ketakutan bahkan bibirnya dan badanya tak berhenti bergetar. Ia memeluk adiknya yang sedang ketakutan sama dengannya.

"Tak apa Lu. Ibu tak akan memarahimu." Jawab Ibunya tenang. Ya, anak yang sedang meringkuk ketakutan dengan memeluk adiknya itu bernama Luhan atau lebih tepatnya Xi Luhan. Ibunya yang sempat berhenti mendekati keduanya pun berjalan kembali. Keduanya masih ketakutan. Mereka takut Ibunya akan melakukan sesuatu pada mereka terutama pada yang lebih tua. Luhan sempat melirik ibunya yang tak jauh dari dirinya. Ibunya pun merengkuh tubuh lelah kedua anaknya.

"Kalian tahu Ibu sangat sayang pada kalian. Kalian kedua putra Ibu yang sangat Ibu banggakan. Ibu bangga dengan kalian. Maafkan Ibu telah berbuat kasar, memarahi maupun melakukan sesuatu yang sangat menyakiti kalian. Ibu minta maaf." Ujar Ibu mereka-Luhan, Luna-, kedua putrinya yang sangat ia sayangi. Keduanya semakin terisak dipelukan hangat Ibunya.

"Ibuuu..." guama si kecil yang umurnya terpaut 6 tahun dengan Luhan. Yang sekarang berumur 13 tahun. Walaupun ia sudah cukup besar, Luna tetaplah Luna yang manja yang tak ada bedanya dengan yang lebih tua, Luhan. Keduannya sama-sama manja, keras kepala, egois.

"Lulu juga sayang Ibu." Ujar Luhan masih dengan air mata yang menetes dari mata rusanya. Ibunya tak dapat menahan air matanya yang sangat jarang ia keluarkan dan akhirnya air mata berharganya itu keluar sekarang.

"Ibu sayang kalian." Gumam Ibunya kembali. "Sekarang sudah waktunya tidur. Kalian tidurlah dikamar ini dulu. Jangan menangis lagi huhh.." ujar Ibunya lembut dan ini pertama kalinya Luhan dan Luna mendengar Ibunya berkata lembut seperti ini. Biasanya ia mengumpat mereka berdua. Ibunya pun melepaskan pelukan mereka namunbaju yang ia pakai ditarik oleh si bungsu. "Ibu jangan pergi!" ujar si bungsu pada Ibunya.

"Ibu tak akan pergi Luna." Jawab Ibunya terkekeh melihat tingkah si bungsu.

"Lalu, Ibu akan kemana?" tanya Luna pada Ibunya.

"Ibu ingin keluar sebentar menemani Ayah dan juga berbicara dengan ayah." Jawab Ibunya tenang dengan senyum yag terpatri di wajahnya. Mendengar kata Ayah Luhan menegang sesaat.

"Tidak! Ibu tak boleh keluar menemani ayah. Ibu harus menemani kita berdua disini. Kita takut bu. Lagipula kita juga khawatir jika Ayah memukul atau mencelakai ibu lagi." Kata Luhan dengan raut muka memohon pada Ibunya yang disertai mata yang berkaca-kaca. Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan anaknya.

"Tidak Lu. Lulu jangan khawatir pada Ibu. Ibu akan baik-baik saja. Ayah sayang Ibu, jadi Ibu tak akan dipukul atau dicelakai Ayah Lu. Ibu yakin akan baik-baik saja."

"Tapi bu..."

"Mengertilah kali ini Luhan. Kau sudah besar. Ibu tinggal dulu ya. Jaga adikmu baik-baik." Ujar Ibunya membuat Luhan menghela nafas dengan melihat kepergian Ibunya meninggalkan keduanya yang sedang ketakutan di kamar.

"Ibu benar! Aku sudah besar. Aku harus bersikap dewasa. Aku harus menjaga Luna." Gumamnya dalam hati. Ia pun merengkuh tubuh adiknya dan membaringkan tubuh mereka berdua di kasur empuk king size miliknya.

"Ayo tidur Luna. Besok kita sekolah."

"Luna akan absen besok."

"Tidak Luna. Kita akan tetap berangkat seperti biasa. Besok juga hari pertama kita berangkat Luna. Kau tidak akan menyia-nyiakan hari pertamamu masuk sekolah di Hansim Junior School,kan?"

"Tapi Eonni..."

"Nanti Ibu marah."

"Baiklah." Jawab Luna pasrah. Ia pun menutupkan matanya di pelukkan Eonninya. Luhan diam-diam tersenyum kecil. "Selamat tidur Luna-ya."

.

.

.

Satu tahun Kemudian...

"Eonni bangun!" Ujar Luna membangunkan Eonninya yang tertidur lelap bahkan saat ia selesai bersiap-siap dan tinggal sarapan. Sejak kejadian malam mencekam yang terjadi satu tahun yang lalu, ia tak melihat Ayah dan Ibunya dirumah dan hanya melihat beberapa maid. Ia ingat akan pesan Ibunya, "Ibu akan baik-baik saja. Ayah sayang Ibu, jadi Ibu tak akan dipukul atau dicelakai Ayah. Ibu yakin akan baik-baik saja." Seperti itu lah kira-kira yang Ibu katakan satu tahun yang lalu membuat hatinya mencelos merasakan sakit itu kembali. Ia sedikit khawatir tapi ia terus mengingat pesan itu dan senyuman Ibunya. Lagipula Orang tuanya tetap akan kembali kerumah yang ia tinggali sekarang. Ia tak tau kapan tapi ia yakin akan hal itu.

"Sebentar Luna, Eonni akan menyusul setelah kau mandi." Jawab Luhan malas. Luhan bukan tipikal orang yang bangun pagi kemudian merentangkan badannya dan beranjak dari kasur untuk membuka jendela dan tersenyum melihat pemandangan yang tepampang jelas di depan matanya. Ingat, IA BUKAN ORANG SEPERTI ITU. Luna mendengus tak percaya mendengar apa yang Eonninya katakan dan merotasikan bola matanya malas.

"Hell! Eonni aku bahkan sudah siap tinggal sarapan dan berangkat." Ujarnya denngan jengkel."Apa? Kau sudah siap? Dan siapa yang mengajarimu berkata Hell? Kau masih kecil jadi tak boleh mengumpat." Gertak Luhan.

"Aku sudah siap tinggal sarapan yang belum Eonni. Dan jika kau ingin tau siapa yang mengajariku berkata seperti itu. Aku akan memberitahumu. Ia adalah kau Eonni cantikku." Jawab Luna berbisik pada Luhan dibagian akhirnya yang membuat muka Luhan merah padam. Marah dan kesal. Luna yang melihat perbedaan wajah Eonninya itu langsung berlari kelantai bawah dan menyambar roti yang berada di meja dan meminum sedikit susu yang katanya dapat membuatnya semakin tinggi itu yang dibuatkan oleh maidnya.

"XI LUNA!" Geram Luhan.

"EONNI! AKU BERANGKAT DULU DIANTAR PAMAN SONG. OKE?" ujar Luna berteriak dari lantai bawah, sedikit takut mendengar suara Luhan yang berubah drastis dari Eonninya yang biasa ia temui. Wajah Luhan yang masih seperti kepiting rebus itu mereda. Ia berjalan keluar dari kamar dan menengok ke lantai bawah dan tak mendapati adiknya disana. Adiknya yang baru keluar itu pun lupa akan sesuatu. Ia membuka pintu rumah dengan tergesa-gesa sambil menggenggam kenop pintu dan berkata, "AKU MENYAYANGIMU EONNI. I LOVE YOU!" ujarnya sambil menatap Eonninya yang berada di dekat tangga sambil memberikan flying kiss pada kakak tersayangnya itu dan segera menutup pintu dengan kasar dan berlari menuju mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah barunya. Luhan hanya terkekeh melihat tingkah adiknya yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan dimatanya.

Selama lima bulan, Luhan hanya hidup dengan adiknya. Orang tua mereka pergi tak tahu kemana dan tak mau tahu kemana. Saat bulan pertama ditinggalkan orang tuannya Luna begitu rewel dan sering menangis. Ia juga. Namun ia menyadari satu hal bahwa Orang tua mereka tak sayang dengan mereka. Mereka pergi tak berpamitan bahkan tak sempat memberi tahu mereka. Sejak kejadian malam itu, Luhan sedikit trauma. Namun, sekarang ia bisa hidup di mansion mewahnya tanpa Orang tua mereka yang menghilang tak meninggalkan jejak. Ia hanya ditemani beberapa maid yang berberat hati jika meninggalkan Tuan dan Nyonya Muda mereka. Ia bertemu keluarganya, ia tetap berkomunikasi pada keluarganya namun hanya Kakeknya, Neneknya, Pamannya atau Bibinya yang sangat mempedulikan dan memprioritaskan mereka berdua-Luhan dan Luna-. Ia sudah 10 bulan mencari ibunya tidak orang tuanya namun ia menyerah. Ia hanya bisa tersenyum miris. Sekarang ia sudah bahagia bersama orang-orang yang mau menemaninya.

.

.

.

Saat ini sedang terlihat Luhan sedang mengejar seorang pria yang berperawakan tinggi dan rambut hitam yang menghiasinya. Luhan dengan matanya yang melototmengejar pria tersebut dan tak lupa tangannya yang membawa sapu sedikit membuatnya terlihat menakutkan. Namun si pria yang sedari tadi ia kejar hanya berlari mengelilingi ruang kelas dan tertawa kecil melihat Luhan marah akibat ulahnya. Ya, mereka kejar-kejaran seperti itu karena si pria yang bernama Sehun itu mengoda dan menjahili Luhan. Ia mencubit pipi Luhan dan berkata ia sangat cantik dan menggemaskan yang seketika membuat telinga Luhan panas, otaknya panas, dadanya berapi-api dan wajahnya yang sudah sangat kesal dengan pria yang sekarang ia kejar. Karena hampir setiap harinya, Oh Sehun selalu menggoda atau menjahili Luhan. Ia selalu membalas perbuatan Sehun seperti mengejarnya, memukulinya dangan sapu atau apapun itu.

"YAKKK! OH SEHUNNNNN! KESINI KAU!" teriak Luhan membuat semua orang yang berada di kelas menutup telingannya masing-masing melindungi dari teriakan Luhan yang sangat dahsyat. Sampai akhirnya.

"Tertangkap kau Oh Sehun!" ujar Luhan menyeringai ketika akhirnya berhasil menggapai kaos hitam yang dipakai Sehun hari ini. Sehun pun nyengir dan berkata, "Maafkan aku Lu. Aku tak bermaksud begitu."

"Aigooo...Sehun meminta maaf pada Lulu ya?" tanya Luhan dengan wajah yang ia pasang sepolos mungkin.

"Iya Lu, Sehun minta maaf. Maafkan aku ya Lu?" Ujar Sehun menatap Luhan dengan tatapan memohon. "Sehun tak akan mengulanginya lagi." Sambungnya.

"Kau berlebihan Hun." Cibir sahabat Sehun, Kai yang duduk dibangkunya melihat drama ala Sehun dan Luhan.

"Iya. Lulu maafkan. Tapi ada syaratnya." Ujar Luhan sambil tersenyum kearah Sehun.

"Ya Tuhan, mereka sangat berlebihan." Cibir Kai (lagi) dalam hati melihat tingkah mereka berdua yang sangat berlebihan.

"Apa syaratnya Lu?" tanya Sehun pada Luhan dengan tatapan yang ia buat sepolos mungkin. Luhan pun mengetuk jarinya di dagunya tanda sedang berpikir. Luhan pun menyeringai ketika mempunyai sebuah ide yang sangat briliant menurutnya. Ia pun berjalan menuju dua kursi kosong dan duduk disalah satu kursi tersebut.

"Eummm...Sehun sekarang duduk disini." Ujar Luhan polos sambil menepuk kursi yang disampingnya. Sehun pun berjalan menuju kursi tersebut. Dan ia duduk dikursi tersebut.

"Dasar rusa!" cibir Sehun dalam hati.

"Apa syaratnya Lu?"

"Sehun menutup mata Sehun yaa...Sehun juga tak boleh pergi dari kursi ini."

"Oke Lu."

Sehun pun menutup matanya. Luhan menyeringai dan mempersiapkan sapunya. Sapu tersebut pun mendarat di badan Sehun tepatnya dilengannya.

"Aww...Sakit Lu." Ujar Sehun dengan Luhan yang terus-terusan memukulnya dengan sapu tersebut. Sampai akhirnya ia berhenti memukul Sehun karena merasa sudah puas. Sehun masih meringis kesakitan.

"Lu, kau terlalu kencang memukulku asal kau tau." Ujar Sehun pada Luhan dan kembali meringis.

"Itu belum seberapa Sehun." Ujar Luhan tak peduli dengan keadaan Sehun. Sehun pun melirik Kai, ia meliriknya dengan tatapan memohon untuk menjahili Luhan kembali. Kai pun tersenyum dan mengangkat ibu jarinya. Ia pun berjalan mendekati Sehun.

"YA TUHAN! APA INI LUHAN YANG MELAKUKANNYA?" tanya Kai pada Sehun, akting. Kalian taulah. Luhan yang mendengarnya hanya pura-pura tak mendengarnya dan mencoba untuk tak peduli.

"KAU KETERLALUAN LU! BAGAIMANA KAU BISA MELAKUKAN INI PADA SEHUN SEDANGKAN SEBULAN YANG LALU IA BARU KELUAR DARI RUAMH SAKIT AKIBAT KECELAKAANNYA!" Geram Kai berusaha untuk tak terlihat kalau ia sedang akting. Ia melirik Luhan tajam. Dalam hatinya ia tertawa terbahak-bahak melihat wajah Luhan yang kelewatan pucat. Sehun yang melihatnya pun menyeringai dan, "Ahhh...Lenganku sakit." Keluhnya meronta dikursi yang ia duduki sejak Luhan memukulinya menggunakan sapu. Wajah Luhan semakin memucat.

"Ya Tuhan! Bagaimana ini? Kalau nanti Sehun masuk rumah sakit bagaimana?" resah Luhan dalam hati. Ia sebenarnya ingin menghampiri Sehun dan meminta maaf, namun karena kegengsiannya yang terlalu tinggi. Ia tak melakukan itu. Namun ia mengenyampingkan kegengsiannya itu. Dan sekarang pemandangan yang jarang terlihat sepertinya terjadi. Sekarang Luhan dengan memasang wajah angkuhnya berjalan menuju Sehun.

"Berdiri!" perintah Luhan pada Sehun. Sehun hanya menunduk.

"Bisa-bisanya kau membentaknya ketika ia sedang sakit seperti ini Lu!" cibir Kai pada Luhan dan Kai sekarang sedang mati-matian menahan tawa melihat Luhan yang salah tingkah kemudian memasang wajah angkuhnya kembali.

"Kau minggir!" desis Luhan pada Kai yang duduk tepat disamping kursi yang Sehun dudukki. Kai pun beranjak dan pergi menuju tempat duduknya sambil menahan tawa mengingat ekspresi Luhan tadi. Luhan pun segera duduk disamping Sehun dan menghela nafas. Kemudian...

"Sehun mana yang sakit hmmm?" tanya Luhan lembut pada Sehun yang sedang mati-matian menahan tawa seperti Kai yang memperhatikan mereka sedari tadi. Semua teman-temannya bahkan menahan tawa dan ada seseorang yang kelepasan tertawa dan yang paling menyeramkan Luhan mendengarnya. Luhan pun menengok dan memperhatikan orang tersebut, "Diam kau!" desis Luhan tajam membuat semua orang yang berada di kelas meneguk ludahnya kasar. "B-b-baik." Jawab orang tersebut tergagap sambil menggaruk tengkuknya. Luahn pun mengalihkan pandangannya menuju Sehun kembali.

"Sehunna, mana yang sakit hmmm?" tanya Luhan pada Sehun mengabaikan tatapan semua orang yang ada di kelasnya.

"Disini Lu!" jawab Sehun sambil menunjuk lengannya dengan polos.

"Disini?" tanya Luhan pada Sehun yang dibalas anggukan oleh Sehun. Luhan pun menyentuh lengan Sehun.

"akhhh..." ringis Sehun berpura-pura ketika Luhan menyentuh lengannya. Wajah Luhan berubah cemas mendengar ringisan Sehun.

"Apa sangat sakit?" tanya Luhan pada Sehun sambil menatap manik hitam Sehun. Setelah ia sadari ternyata Sehun tampan juga. Jantungnya pun berdegup kencang memompa darah sangat cepat, pipinya memanas dan munculah semburat merah di pipinya. Sehun juga merasakan apa yang Luhan rasakan.

"sial.." umpat Luhan dalam hati.

CHU~

Tiba-tiba tak tahu kenapa. Sehun mencium bibir Luhan sekilas atau lebih tepatnya mengecupnya. Ia hannya mengikuti instingnya. Ia benar-benar membeku sekarang dan semua orang yang melihat kejadian tersebut memekik tertahan bahkan Kai yang notabennya teman Sehun sejak kecil juga tak menyangka teman kecilnya tersebut akan melakukan hal itu. Pipi Luhan semakin memerah. Sehun juga. Mereka berdua merasakan sesuatu yang sama yang sangat jarang terjadi di kehidupan mereka. Luhan sangat membeku sekarang. Ia tak bisa berkedip bahkan menggerakkan tangannya atau apapun.

"ini benar-benar gila..." gumam Sehun dalam hati.

Luhan pun mengerjapkan matanya, meraba bibirnya dan menyadari sesuatu.

"OMO! CIUMAN PERTAMAKU!" teriak Luhan membuat Sehun kembali sadar dan berusaha tenang.

"OH SEHUN KAU MENCURI CIUMAN PERTAMAKU!" teriak Luhan pada Sehun yang sedari tadi mematung dihadapannya. Sehun benar-benar ketakutan. Ia berusaha bersikap tenang.

"Itu juga ciuman pertamaku Lu!" ujar Sehun pada Luhan yang sedang teriak-teriak tak jelas. Luhan yang sedang berteriak-teriak tentang ciuman pertamanya yang dicuri Sehun pun mengalihkan pandangannya pada Sehun. Ia melihat Sehun dengan senyuman yang terpatri di wajahnya. Sangat tampan. Ia tak menyadari mukannya sekarang seperti kepiting rebus kembali.

"tolong aku Tuhan!" gumamnya dalam hati.

.

.

.

.

..

..

..

..

...

...

...

...

...

...

...

...

TBC

Haiiiiii!

Maaf ya nge-publish cerita baru. Oh ya, maaf nggak ngupdate Our Life. Sebenarnya aku udah bingung sihh cerita Our Life tu bakal kayak gimana. Dan sekarang aku ngepublish cerita baru. Baca ya!

Oh ya readers!

Setuju nggak kalau nih FF dilanjutin?

Setuju nggak kalau Our Life dihapus karena aku dah kagak tau jalan ceritanya bakal gimana? Hehehehehe/digampar readers...

Sebenernya aku sayang sih, Our Life harus dihapus padahal ceritanya udah sampe Chapter 7. Aku terserah kalian aja nih para readers. Nanti aku itung yang setuju sama yang nggak.

Oh ya, maaf juga kalo aku update FF nya agak lama karena ini kan udah semester 2, aku juga kudu fokus sama pelajaran dan aku itu ditingkat akhir. Besok akhir bulan itu udah mulai ujian bikin gua mual aja deh ngomongin ujian. Tapi author harus fokus. Ibu author bilang kalo author main hpnya setelah pulang sekolah sampe adzan maghrib berkumandang ciealahhhh...

Dan juga author itu pulangnya sore. Setiap senin-kamis itu pulang jam 3 dan jumat sabtu jam 1. Jadi tolong ngertiin author ya...gara-gara ujian yang jadi tanggungannya hp sama laptpnya author huhuhuuu.../meluksuho/

Sekali lagi maaf ya... yaudah itu aja basa-basi author yang bisa author sampe-in.

Bye-byeeee!

Thankyou!

Jangan lupa Review sama di favorit&follow ya! Author usahain buat update secepetnya...