Disclaimer :
Demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura*
.
TOLONG DI BACA APAPUN DI BAWAH INI, KEBIASAAN BEBERAPA READER MALAS BACA DAN BERAKHIR DENGAN ME-REVIEW HAL YANG TIDAK PERLU KARENA SUDAH TERCANTUM DI BAWAH INI.
.
Warning :
OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan. DI LARANG MENG-COPY TANPA SEIJIN AUTHOR SASUKE FANS APALAGI NYOLONG!
.
Catatan :
Author teringat akan princess hours setelah membaca salah satu review redaer, auhtor akan mencoba membuat fic dengan teman film korea yang keren itu.
.
Peringatan...!
Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang, sedikit mengambil sudut pandang dan selebihnya di karang-karang oleh author, tidak menyinggung suku, ras, agama dan apapun, hanya merupakan fic untuk menghibur semata, author pun tidak akan mengambil keuntungan apapun selain kepuasan membaca dari reader.
.
Enjoy for read
.
But
.
Don't like Don't Read
.
.
~ To Be A Princess ~
[ Prolog ]
.
.
Saat aku jatuh miskin dan tinggal bersama ibu tiri, aku harap ada seorang peri yang membantuku bertemu pangeran.
Saat aku hanya seorang gadis biasa dan lagi punya ibu tiri, aku harap para kurcaci akan membantuku menemukan pangeran.
Saat...
Aku rasa akan terlalu banyak jika harus menceritakan segalanya.
Dimasa kecil kau akan mendengar banyak hal tentang putri, pangeran, kerajaan, raja, ratu dan apapun itu sebagai sebuah cerita di kala kau akan mulai tidur, sebuah kisah yang semua akhir ceritanya akan bahagia, tentu saja, semua pasangan akan bersama-sama, walaupun di tengah cerita akan ada konflik dari pihak yang pada akhirnya juga akan menjadi tokoh jahat yang tidak pernah menang, hampir semua plot ceritanya itu-itu saja, tapi selalu terdengar menyenangkan.
Aku tidak bisa lepas dari kisah dongeng sebelum tidur, selalu memimpikan, bagaimana jika aku menjadi seorang putri di sebuah kerajaan? Hidup bahagia bersama seorang pangeran tampan dan tinggal di sebuah kerajaan besar, banyak pengawal, pelayan, bertemu raja dan ratu, semuanya terasa begitu indah sampai aku berharap semua hal itu menjadi nyata.
Sekarang.
Menginjak SMA kelas 2, dulu saat masuk SMP, aku berhenti memikirkan semua imajinasi konyolku tentang menjadi putri di sebuah istana, itu sangat-sangat konyol, bahkan saat ada pertunjukan drama kelas, aku memilih menjadi prajurit dari pada heboh mendapat pemeran putrinya. Semua buku dongeng favorit dan gaun-gaun layaknya putri saat masih kecil di kemas rapi di dalam dos kardus, aku tidak ingin membukanya lagi dan melihat masa kecilku yang hanya bisa di bodoh oleh sebuah cerita yang selalu berakhir bahagia, itu tidak akan terjadi di dunia nyata, akhirnya aku benar-benar bangun dari mimpi indah sementara itu.
"Dos itu, mau ibu apa 'kan?" Tanyaku, menatap sisi dos itu dan tertulis, 'milik Sakura kecil'. Sudah melupakannya bertahun-tahun, kini aku ingat kembali jika punya benda-benda itu.
"Oh ini, mau ibu berikan pada teman ibu yang punya anak gadis kecil, katanya dia sedang menyukai tema princess. Ada apa? Apa kau masih menyayangi semua barang ini?" Ucap ibu, membuka dos itu dan mulai melihat satu persatu apa saja yang tersimpan di dalamnya.
Terdiam sejenak, dulu memang semuanya itu menjadi barang kesayanganku, sekarang aku tidak menginginkannya. "Berikan saja, bu. Aku sudah tidak memerlukannya." Ucapku.
"Ibu jadi ingat saat kau pertama kali mendapat hadiah gaun putri ini, kau sampai memakainya hingga tertidur." Ucap ibu, menyentuh lembut gaun biru muda itu dan tersenyum senang.
Wajahku merona. "Ja-jangan di ungkit lagi, bu! Itu sudah sangat lama, lagi pula aku tidak menyukainya lagi." Ucapku, memalukan.
"Hahahaha, iya-iya, ibu tahu, kau sudah besar mana mungkin menyukainya lagi." Ucap ibu, dia hanya menggodaku.
"Apa masih ada yang perlu aku bantu lagi?" Ucapku.
Hari ini kami sedang bersih-bersih rumah milik kakek, aku baru saja datang ke kota Konoha ini tiga hari yang lalu. Saat kakek meninggal, rumah beserta isinya di wariskan pada ayah, nenek jauh lebih dulu pergi dan selama ini kakek tinggal bersama seorang pelayannya. Rumah dua lantai yang cukup luas, tidak terkesan mewah, tapi rumah ini benar-benar luas, aku jadi punya banyak area untuk bersantai, kakek sepertinya menyukai apapun tentang barang antik, arsitektur jaman kuno dan dia menyukai warna putih, dari luar terlihat seperti rumah biasa, tapi di dalam aku tidak bosan memandangi setiap tempat.
Ibu dan ayah memutuskan untuk kembali ke Konoha setelah kami tinggal cukup lama di kota Suna. Menurutku ini terlalu repot, hanya gara-gara permintaan kakek ingin kami kembali tinggal di sini, aku jadi harus mengurus apapun, sekolah dan lainnya, kecuali ayah, ayah bekerja di Suna, maka dari itu dia akan memilih pulang-balik saja, benar-benar merepotkan. Dulunya ibu pernah tinggal di sini sebelum menikah dengan ayah, maka dari itu setelah kembali, teman-temannya sangat senang bertemu dengannya. Aku tidak tahu jika dos berisi barang-barang kecil itu ikut saat semua barang dari rumah lama kami di Suna di bawa ke Konoha, salah satu temannya yang masih memiliki anak kecil akan mendapat semua barang itu, ibu memang sangat baik pada siapapun, aku juga tidak keberatan, setidaknya semua barang konyol itu akan pergi selama-lamanya dari depan mataku.
"Uhm.. tolong bersihkan loteng yaa, ibu mau gunakan untuk menaruh barang-barang yang tidak di pakai dan sebaiknya benda-benda antik kakek di simpan saja, ibu tidak ingin benda-benda itu rusak." Ucap ibu, ibu sangat memahami kakek, dia pun menghargai setiap barang yang kakek miliki.
Menghela napas. "Apa tidak ada kecoa atau tikus di atas?" Ucapku, aku agak takut pada mereka.
"Tenang saja, rumah kakek ini bersih kok." Ucap ibu.
Aku tidak percaya.
"Kyaaaaa...!" Teriakanku melengking, ibu bahkan tidak peduli, di atas sana begitu banyak tikus dan pasukan kecoa, aku sampai harus mengusir mereka.
Setelah perang besar, aku berhasil mengusir mereka, dia atas cukup kotor dan berdebu, aku sudah katakan pada ibu dan ayah untuk tidak perlu mendengar permintaan terakhir kakek, lagi pula orang yang sudah meninggal tidak mungkin melihat apa kami benar-benar melakukan apa yang dia inginkan, sekarang pekerjaan jadi banyak, bersihkan ini dan itu, aku bahkan belum melihat sekolah baruku gara-gara harus mengurus rumah antik ini, yaa, aku lebih suka mengatakan ini rumah antik.
Terlalu banyak kotak, semuanya tertutup kain.
Hatcuuuuh!
Aku lupa menggunakan menutup mulut, di loteng pun luas, aku jadi mengatur beberapa kotak kayu itu di sudut agar lebih mudah menaruh benda antik kakek di area yang agak dekat dengan tangga turun, hanya agar lebih mudah di bawa saja, beberapa kotak membuatku penasaran, kakek menyimpan apa?
Iihhkk!
Ada pasukan kecoa lagi di dalam, aku sampai membanting penutup kotak itu dan melemparnya.
"Sakura, hati-hati, di atas itu ada juga barang antik kakek." Teriak ibu.
Ibu jauh lebih peduli pada barang antik kakek, dari pada anaknya yang sudah ketakutan setengah hidup. Ini tidak adil. Akhirnya aku tidak akan membuka kotak apapun lagi di sana, mendorong kotak besar dan memindahkan kotak kecil, beres, semua tertata rapi.
Oh masih ada satu kotak kecil lagi, sebuah kotak yang terkunci, tapi ada sesuatu di atasnya, kertas yang sengaja di tempel, membersihkan debunya.
Hatcuuuh!
setelah ini aku akan mandi sebersih-bersihnya!
Untuk Haruno Mebuki.
Ternyata kotak ini untuk ibu, apa ibu tahu? Melihat semua sudah rapi, berjalan turun dan menemui ibu.
"Ibu ada sesuatu untukmu." Ucapku dan memberikan kotak itu.
"Untuk ibu?" Ucap ibuku, dia terlihat bingung dan sepertinya ibu memang tidak tahu jika ada kotak khusus untuknya.
"Iya, ini tertulis di kertas yang sengaja di selotip di atas, lihatlah." Ucapku, menunjuk tulisan pada sebuah kertas.
"Untuk Haruno Mebuki." Ucap ibu, dia membaca tulisan tangan itu. "Tapi kakek tidak pernah menyinggung kotak ini."
"Apa ibu lupa jika pernah mendapatkannya?"
"Tidak, ibu bahkan baru tahu jika ada kotak yang di berikan untuk ibu." Ucap ibuku.
"Bukalah." Ucapku, aku sangat penasaran, atau itu mungkin sebuah hadiah dari kakek? Tapi karena kami sudah sangat jauh, kakek jadi tidak bisa memberikannya pada ibu, lalu apa gunanya jasa antar barang? Aku yakin kakek tidak sekuno itu sampai tidak tahu ada yang namanya jasa antar barang.
"Tidak bisa, kotak ini terkunci." Ucap ibu.
"Hancurkan saja bu, lagi pula ini hanya kotak kayu." Ucapku.
"Tidak bisa seperti itu, bagaimana jika isinya barang antik lagi, jika kotaknya hancur barangnya juga mungkin hancur, kita harus menjaga apapun yang tinggalkan kakek." Ucap ibu.
"Apa ibu punya kuncinya?"
"Sayang sekali, kakek tidak pernah memberikan kunci apapun pada ibu."
Ini tidak menyenangkan, tapi yang di katakan ibu mungkin benar, kotak itu bisa saja berisikan barang antik, kakek 'kan penyuka barang antik.
"Ya sudahlah, simpan saja dulu di kamar ibu, mungkin kita bisa membukanya saat menemukan kuncinya." Ucap ibu.
"Apa kakek itu suka cerita yang misterius, atau semacam detektif-detektif, dia hanya mempersulit keadaan." Ucapku.
"Hahahaha, bukan seperti itu, kakekmu hanya punya penyakit pikun, dia mungkin lupa." Ucap ibu dan tertawa.
Menurutku kakek memang tipe yang yang rumit.
.
.
TBC
.
.
new fic tbc.
authornya tidak kapok buat fic TBC hahahaha *ketawa bodoh*.
ini sebenarnya gara-gara keingat princess hours dan sempat membaca komik yang bertemakan kerajaan dan apapun itu berbau kerajaan, jadi gitu lah.
biasanya ngetik panjang, mungkin fic ini hanya akan update sedikit-sedikit setiap chapternya, alasannya author mudah kerjakan kalau sedikit, ehehehehe...
berharap ada aja yang suka dengan fic ini.
.
.
see you next chapter...
