Sakura Haruno tidak menyangka, bahwa pertemuannya dengan pacar kaa-sannya empat bulan lalu itu mengantarkan kehidupannya yang monoton menjadi super-sinetron.
Rin Haruno, kaa-sannya, bertemu dengan seorang pria. Mereka berhubungan selama dua tahun sebelum kemudian memutuskan untuk menikah. Masalahnya adalah baik sang Kaa-san maupun pacarnya, Fugaku Uchiha, tidak pernah mengatakan bahwa Fugaku memiliki seorang putra yang berumur setahun lebih muda dari Sakura.
Enter Sasuke Uchiha. Dia punya segala poin negatif yang bisa Sakura sebutkan. Tampan, check. Asshole, check. Player, check. Rude, check. Evil stepbrother material, check. Intinya: masalah!
Dengan semua poin tercheck rapi, Sakura memutuskan untuk menghindar konfrontasi apapun dengan Sasuke. Tapi dasar semesta, doyannya hal-hal klasik. Jadilah, hidup Sakura berubah layaknya pemeran sampingan di sinetron tivi-tivi.
(((Sakura ogah jadi pemeran utama. Biasanya pemeran utama itu alur hidupnya menyedihkan, bawaan pasrah walaupun diapa-apakan. Mana mau dia.)))
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
The Bad Boy is My Step Brother
WARNING: AU, bahasa semi-baku, teen romance, klise.
1
"Aturan dasar, Sakura." Rin, ibunya, berkata disela-sela kesibukannya mengemudi. "Jangan—"
"—pulang lewat dari jam sebelas malam, jangan hilangkan kunci rumah, jangan membuka kandang Scapper tanpa pengawasan, dan jangan memulai pertengkaran." Sakura menuntaskan dialog Rin. Kedua bola matanya berputar imajinatif, kesal.
Bagaimana tidak kesal. Dalam dua minggu terakhir sejak pengumuman pertunangan sang Kaa-san dengan pacarnya, Rin mulai bersikap semakin berlebihan. Dia terus menerus mengulangi aturan-aturan (sepihak) dan memastikan Sakura mengingat setiap detilnya. Tidak tanggung-tanggung, wanita itu bahkan sempat menuliskan sederetan aturan itu dan menempelkannya di pintu kulkas.
"Mind your attitude, young lady,"tegur Rin.
Sakura menahan diri untuk tidak mendengus kasardanbalik mengomentari teguran Rin. Dia tahu sikapnya saat ini sudah seperti anak umur lima tahun—di mana hal itu memalukan mengingat dua bulan lagi dia akan berumur delapan-belas. Tapi Sakura tidak bisa memaksa hatinya untuk ikut bahagia ketika duduk di dalam sini. Sudah cukup alot dia mengorbankan tahun terakhirnya di sekolah menengah atas untuk ikut pindah ke Konoha—yaelah, memang siapa anak bodoh yang pindah di tahun terakhir sekolah? Sakura. Benar—jadi jangan salahkan sikap kekanak-kanakannya sejak mobil peninggalan Tou-san meninggalkan Suna.
Bayangan akan harus bersosialisasi dengan anak-anak baru, ikut bergabung dengan komunitas asing, dan kembali belajar untuk beradaptasi bukanlah hal yang menyenangkan bagi dara Haruno ini. Salah seorang mahasiswa yang datang ke sekolahnya dan mengaku sebagai mahasiswa penelitian mengatakan bahwa Sakura tipe anak introvert, melancholic tepatnya. Susah untuk anak tipe Sakura begini untuk keluar dari zona nyaman. Nah ini, malah dipaksa pindah dari lingkungan yang sejak kecil jadi rumahnya. Apalagi, belum apa-apa dia sudah rindu Temari, sahabatnya sejak jaman kelas satu SMP. Dia bahkan rindu Kira oji-san, penjual manisan yang biasa nongkrong di halte depan sekolah lamanya.
Oke, dia egois—Temari mengatainya begitu setelah Sakura mengancam akan mogok makan kalau Rin tetap memaksa untuk pindah. Bukannya dia tidak senang melihat Rin akhirnya bisamove ondan menemukan cinta yang baru. Tapi bisa tidak, cinta yang baru itu yangpindahke rumah mereka di Suna? Kenapa harus Sakura yang harus jauh-jauh ke Konoha? Enak bener.
"Sayang..." suara lembut Rin menarik Sakura dari lamunannya. Dari ujung mata dia melirik Rin. "Jangan gitu dong. Fugaku orangnya baik, kamu sudah pernah bertemu, kan? Lagipula, Konoha sama Suna bedanya berapa kilo sih? Kamu masih bisa kok kalauweekendmau main sama Temari. Kaa-san tidak akan larang."
"Bukan soal Temarinya, Kaa-san," rengek Sakura. "Aku nggak mau kalau harus adaptasi. Aku udah punya geng sendiri, anak-anaknya asyik lagi. Gimana kalau di sekolah baru aku malah dibully? Kaa-san kan tahu anak-anak jaman sekarang tuh kayak apa. Alay," sabda sang ekspert.
"Kamu kebanyakan nonton sinetron." Sakura mendengus. Tapi Rin tetap melanjutkan, "pokoknya Kaa-san jamin kamu akan senang tinggal disana. Kamar kamu warnanya merah jambu loh. Kamu suka merah jambu kan?"
...what the—
"KAA-SAN! Itu aku umur enam tahun!"
Jadi begitulah. Kurang lebih selama empat jam perjalanan, tunggal Haruno itu tidak berhenti mengeluh. Dia berpikir mungkin dengan begitu Rin akan luluh lalu memutar mobil mereka kembali ke Suna, dan Sakura tidak perlu pindah sekolah. Tamat.
Tapi yang begitu hanya ada dalam imajinasinya sendiri. Empat jam perjalanan, selain rengekannya untuk kembali ditolak mentah-mentah oleh Rin, bokongnya juga sudah kram. Mungkin karena sudahngebetmau bertemu calon suami, Rin tidak mau repot-repot berhenti di restoran. Satu-satunya pemberhentian mereka adalah pom bensin, itupun hanya untuk mengisi bensin seharga 150 ribu.
Memasuki kota Konoha, Sakura sudah berpikir akan berpura-pura muntah—setidaknya Rin mau berhenti sejenak agar Sakura bisa berdiri dan mengurut pantatnya yang nyut-nyutan. Tapi belum rencananya matang dipikirkan, mobil berhenti di depan sebuah rumah bertingkat dua, warna dindingnya krem dengan sedikit corak cokelat di bagian teras. Halamannya cukup asri walaupun hanya dengan satu pohon yang berdiri di sudut halaman. Tidak ada koleksi bunga macam-macam. Untuk ukuran bagi seorang pria lajang yang katanya sangat konservatif, rumah ini tidak menggambarkan demikian. Lagipula Sakura yakin wajah halaman akan segera berubah lima menit setelah Rin menjadi penghuni tempat ini.
"Kaa-san..." Sakura merengek lagi. Kepalanya disandarkan ke jendela, tubuhnya membelakangi rumah itu. Kalau tadi dia ngotot mau berdiri, sekarang dia rela kalau harus duduk di dalam mobil selamanya.
Dia tidak siap untuk pindah ke sini.
Bisa ditebak, rengekannya menjelma menjadi sampah basah. Tidak terindahkan.
Ogah-ogahan Sakura ikut turun dari mobil dan mengikuti langkah-langkah bersemangat Rin menuju pintu depan. Rupanya penghuni rumah sudah merasakan firasat bahwa ada dua makhluk yang mendekat. Terbukti dengan pintu tiba-tiba terbuka dan Fugaku Uchiha muncul dari balik pintu.
Sekali lihat, Fugaku adalah jenis orang yang tidak akan mau kalian ajak adu panco. Tubuhnya besar, otot-otot lengannya terlihat menakutkan. Tatapan matanya juga tajam, dengan kontur wajah keras yang membuat segala hal tentang pria itu jadi lebih dingin, lebih kelam, lebih menyeramkan. Tatapan mata Fugaku bahkan pernah hampir membuat Kira oji-sanpipis di celana ketika pacar Rin ini menjemput Sakura di sekolah dulu. Namun kalau sudah mengenalnya lebih dekat, Fugaku tidak lebih dari sekedarTeddy Bear versi manusia. Temari pernah menjulukinya; badanIbrahimović, hati Balotelli. Alias gampang dKaa-sanat menangis.
Fugaku tidak pernah segan menganggap Sakura sebagai putri kandung, yang sebenarnya membuat Sakura agak canggung juga. Bagi dia, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Tou-sannya. Makanya, ketika Rin meminta Sakura agar memanggil Fugaku dengan sebutan Tou-san, Sakura menggeleng. Dia memilih memanggil Fugaku dengan sebutan Oji-san.
"Konichiwa, Oji-san," sapa Sakura sambil membungkuk kecil, yang mana sapaan sederhana itu dihadiahi dengan sebuah pelukan hangat.
Oh, man.
Setelah adegan cipika-cipiki antara Rin dengan Fugaku, ketiganya akhirnya masuk ke dalam rumah. Bagian dalam rumah tidak berbeda jauh dengan apa yang ditampilkan di luar. Rapi, bersih, walaupun sentuhan feminim terlihat kering dan pu. Interiornya pun tidak jauh dari warna krem, cokelat, dan hitam. Benar-benar seperti rumah seorang perjaka.
Ruang tamu hanya terdiri dari jejeran sofa berwarna krem, lantainya berbahan kayu dengan warna cokelat, dan lampu chandelier menggantung di langit-langit. Agak masuk ke dalam ada sebuah ruangan yang cukup besar—mungkin ruang keluarga. Ada televisi berukuran raksasa, beberapa peralatan main ala laki-laki, dan
—sosok anak cowok yang duduk tidak sopan di atas sofa.
"Nah, Sakura. Kenalin, ini Sasuke. Anak Oji-san. Umurnya memang setahun lebih muda dari kamu, tapi kalian seangkatan di sekolah."
Huh?
Tbc.Saya pernah posting ini di wattpad (mungkin ada yang notis?) tapi setelah saya ketik alurnya kok pikiran saya malah melayang ke SasuSaku ya *cabutin kelopak bunga satu-satu*. Akhirnya setelah dipikir-pikir lagi, ya udahlah balik lagi aja ke ffn, bikin fanfic SasuSaku. Kayanya emang takdir saya disini :)Btw, judulnya ngeselin ya? Iya. Karena kalau judul aslinya sih pakai nama dua karakter ciptaan saya, tapi kalau pakai Sasuke Sakura disini kok kayanya…Kalau sekiranya kamu ada saran untuk judul fanfik ini bisa kasih tahu via inbox atau review saja. Makasiiih.
