Demion; The Second War

Cast: Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Park Jimin, Min Yoongi, Kim Seokjin, Kim Namjoon, Jung Hoseok, Jung Daehyun (B.A.P) and OC's

Length: Chaptered

Genre: Romance, Fantasy, Hurt , Comfort, YAOI

Rate: T

.

.

~~Chapter 1~~

Jungkook tampak tak tenang dalam tidurnya. Keringat dingin tampak mengalir di pelipisnya. Tubuhnya bergerak gelisah sebelum akhirnya bangun terduduk dalam keadaan nafas kacau.

Deru nafas Jungkook itu tanpa sadar ikut membangunkan Taehyung yang tertidur di sampingnya.

"Hei Kook-ah.. Astaga?! Ada apa?!", bola mata Taehyung membulat kala melihat Jungkook yang tampak pucat ditambah bulir keringat yang membasahi tubuhnya. Jemari lentik Taehyung sibuk mengusap kening Jungkook sebelum tiba-tiba tubuhnya didekap erat oleh Jungkook.

Deru nafas Jungkook yang kacau terdengar jelas di telinga Taehyung. Kini jemari Taehyung beralih mengusap punggung tegap Jungkook, berusaha menyalurkan ketenangan.

"Mimpi itu lagi hmm? Itu hanya mimpi buruk, Kook. Aku dan Sana takkan pernah meninggalkanmu"

Meskipun Taehyung sudah berkali-kali mengatakan hal itu, Jungkook tetap saja khawatir. Sudah berapa hari ini Jungkook memimpikan hal yang sama. Di mimpi itu, Jungkook berada di sebuah ruangan dengan sebuah lukisan. Lukisan Taehyung dalam keadaan penuh darah. Di mimpi itu juga ada Sana, yang terus memanggil namanya dan meminta pertolongan, namun saat Jungkook mendekatinya, Sana tiba-tiba menghilang bak kabut. Wujud Phoenix juga muncul di mimpi itu.

Jungkook tak pernah takut pada hal seram apapun, namun untuk pertama kalinya ia ketakutan oleh sebuah mimpi. Karena di mimpi itu Jungkook kehilangan kedua cahaya hidupnya.

.

.

"Mommy, dimana Daddy? Apa Daddy sudah berangkat ke kantor?", Sana bertanya pada sang Ibu kala tak melihat keberadaan Ayahnya di meja makan. Bocah 5 tahun itu sedikit heran karena biasanya sang Daddy sudah ada di meja makan sambil menjahili sang Mommy, namun kali ini tak kelihatan batang hidungnya.

"Daddy belum bangun sayang. Hari ini Daddy tidak bekerja. Nanti Sana berangkat bersama Yoonji dan Paman Yoongi ya?", Sana sedikit terkejut. Tumben sekali ayahnya belum bangun. Dengan cepat ia melahap sarapannya. Begitu sarapannya habis, ia segera berlari ke kamar keduaorangtua-nya.

"Daddy?", panggilnya begitu berhasil membuka pintu bercat putih tersebut, namun tak ada jawaban. Benar kata sang Mommy, Daddy nya belum bangun. Dengan amat pelan, Sana menaiki ranjang king size tersebut, kemudian mengusap pipi sang Daddy. Daddy nya tampak pucat. Hampir saja airmatanya mengalir jika saja Jungkook tidak terbangun.

"Hei sayang, belum berangkat sekolah?", tanya Jungkook sambil mendudukan tubuhnya. Lengan kekarnya mengangkat tubuh mungil Sana ke pangkuannya.

"Daddy sakit?", bukannya menjawab pertanyaan sang Daddy, Sana malah balik bertanya. Jungkook menggeleng sambil menunjukkan senyumannya.

"Daddy hanya kelelahan. Kenapa Princess Daddy belum berangkat hmm? Nanti kau bisa terlambat sayang.. Mau Daddy antar?", Sana menggeleng sambil beranjak dari pangkuan sang Daddy. Sedikit mendorong bahu Jungkook agar kembali berbaring lalu menyelimuti tubuh sang Daddy hingga sebatas dada.

"Daddy istirahat saja, aku berangkat bersama Yoonji.. Bye bye Daddy..", usai mencium pipi sang Daddy, Sana kembali berlari kemudian menghilang di balik pintu.

Setelah Sana pergi,barulah Jungkook kembali mendudukkan tubuhnya. Mengambil Macbook juga kacamata kerjanya. Meskipun Jungkook absen, ia harus tetap memantau perusahaannya. Lagipula masih banyak pekerjaannya yang menumpuk meminta untuk diselesaikan.

.

.

Taehyung memasuki kamarnya dan Jungkook dengan nampan berisi sarapan Jungkook di tangannya.

"Merasa lebih baik?", tanya Taehyung sambil meletakkan nampan tersebut di atas meja nakas.

"Hmmm. Apa Sana sudah berangkat?", Jungkook meletakkan Macbook yang tadinya berada di pangkuannya ke samping tubuhnya. Ia juga melepaskan kacamata kerjanya. Ia dapat melihat Taehyung mengangguk.

"Nanti aku akan ke Supermarket, apa kau tidak apa-apa sendirian?", Jungkook segera menoleh ke arah Taehyung—

—"Tidak. Aku akan menemanimu ke Supermarket", jawab Jungkook cepat. Dan Taehyung hanya bisa mengangguk sambil menghela nafas pelan melihat betapa posesifnya Jungkook.

.

.

Jungkook mendorong troli belanjaan mereka mengikutilangkah Taehyung di depannya. Senyuman tipis menghiasi wajah tampan Jungkook kala melihat wajah bingung Taehyung mengingat apa saja yang harus ia beli karena ia meninggalkan catatannya dirumah.

"Beli saja apa yang kau ingat dulu, sayang. Kita bisa kembali lagi nanti setelah menjemput Sana", ucapan Jungkook bagai ide brilian bagi Taehyung. Ia menatap Jungkook dengan pandangan berbinar.

"Benar juga, kenapa aku tidak memikirkannya ya?", gumamnya pelan. Dan Jungkook hanya bisa terkekeh, betapa menggemaskan istrinya ini.

Jungkook menghentikan langkahnya kala merasakan ponselnya bergetar.

"Halo? Kang Seongsaenim?"

"Tuan Jeon, tolong anda segera kemari! Sana tiba-tiba mengamuk!", suara orang yang Jungkook panggil Kang Seongsaenim tadi terdengar panik. Di seberang sana juga terdengar suara teriakan anak-anak.

"NE?! Aku akan segera kesana"

Melihat raut wajah sang suami tampak panik, Taehyung pun segera menghampirinya."Ada apa Kook?", dan begitu mendengar jawaban Jungkook, mata Taehyung membulat kaget.

"Sana mendapatkan kekuatannya. Dan sekarang dia mengamuk di sekolah"

Detik selanjutnya, mereka menghilang meninggalkan sebuah troli di tengah stan supermarket tersebut.

.

.

'BREAKING NEWS.

Terjadi peristiwa mengerikan di Hanyoung Kindergarden. Salah seorang muridnya yang merupakan keturunan Demion tiba- tiba mengamuk di tengah jam pelajaran. Gadis yang diketahui bernama Jeon Sana ini pip'

Layar televisi tersebut sontak berubah hitam. Seorang pemuda berpakaian formal bernametag 'Choi Seunghyun' menatap wanita paruh baya bergelar Presiden Korea Selatan yang duduk di hadapannya. Raut wajah wanita tersebut tampak bimbang.

"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Nyonya Presiden. Kita terancam akibat keberadaan Demion. Peristiwa tadi buktinya. Kita harus membasmi para Demion tersebut", Seunghyun terus berusaha membujuk sang Presiden. Wanita tersebut menghela nafas berat sebelum—

"Tangkap semua Demion termasuk anak-anak mereka segera. Kerahkan seluruh tenaga militer". Dan akhirnya Seunghyun dapat tersenyum puas.

.

.

Atensi Taehyung dan Jungkook tak beralih dari sosok Sana yang tengah terpejam di ranjangnya. Mereka berdua sedikit lega karena Sana tidak terluka, meskipun mereka harus terluka cukup parah akibat menenangkan Sana tadi. Baik Jungkook maupun Taehyung tak menyangka Sana akan mendapatkan kekuatannya secepat ini, di usianya yang baru 5 tahun.

.

.

Flashback

"SANA!", pekik Jungkook berusaha menyadarkan Sana. Sementara Taehyung kini merasakan tungkainya melemas melihat keadaan putri kecilnya. Tubuh mungil Sana yang melayang dengan bongkahan es juga kobaran api yang menyelimutinya. Tak hanya itu, tatapan mata Sana juga tampak begitu kosong. Melihat api dan es yang mengelilingi Sana semakin kencang, membuat Taehyung segera mendekati Sana. Namun hasilnya nihil. Ia justru terpental hingga hampir menabrak pohon jika saja Jungkook tidak sigap menangkapnya.

"Tae, kau baik-baik saja?", tanya Jungkook dengan raut khawatir yang langsung dibalas gelengan oleh Taehyung.

"Sana, Kook-ah.. Putri kecil kita Kook..", cairan bening bernama airmata sukses mengalir mulus di pipi Taehyung. Ia berusaha berdiri tanpa memperdulikan luka menganga di lengannya. Namun Jungkook menahannya.

"Tenangkan dirimu, Tae. Kita harus segera menyadarkan Sana sebelum polisi bertindak dan—"

Dor

—belum sempat Jungkook menyelesaikan kalimatnya, para polisi sudah melayangkan tembakan kearah Sana.

"JANGAN TEMBAK! BERHENTI!", pekik Taehyung namun tak digubris.

"KUMOHON BERHENTI! DIA HANYA ANAK KECIL", Taehyung tetap berusaha memohon karena ia tak ingin melukai para Polisi itu, namun ia kembali tak digubris. Hingga kesabarannya habis. Sebagai seorang ibu, Taehyung tak ingin Sana terluka.

"KUBILANG BERHENTI!"

BRAK

Serangkaian es tajam berhenti tepat di depan wajah para Polisi tersebut. Senapan yang ada di tangan mereka kini telah terlapisi es. Untuk sesaat lapisan es Taehyung dapat menghentikan mereka, namun tak lama datanglah beberapa pesawat tempur yang siapmenembak.

"TAE! Aku tahu cara menyadarkan Sana. Aku bisa menghentikan pergerakan apinya. Dan saat apinya berhenti, kau harus masuk ke dalam", atensi Jungkook terarah pada sekelompok pesawat yang terbang di atas mereka. Begitu pula dengan Taehyung.

Netra mereka membulat kala melihat pesawat tersebut mulai melancarkan tembakan ke arah Sana. Meskipun tidak sampai menyentuh Sana, peluru tersebut tetap saja ancaman bagi hal itu membuat mata Jungkook menggelap. Detik selanjutnya, semua pesawat tersebut berubah menjadi puing-puing yang berserakan.

"Kita lakukan sekarang. Aku hanya bisa melakukannya satu kali, jadi begitu pusarannya berhenti, kau harus segera masuk, Tae", Taehyung mengangguk.

Jungkook menarik nafas dalam kemudian—

Ssyut

—Api tersebut berhenti bergerak. Meninggalkan jutaan keping es yang masih mengelilingi tubuh mungil Sana.

.

"Sana, Mommy dan Daddy disini baby. Tenanglah..",bisik Taehyung sambil memeluk erat tubuh Sana. Sementara Jungkook berusahatetap mempertahankan pergerakan pusaran api Sana, tak peduli dengan cairan amis berwarna merah yang mengalir dari hidungnya.

Perlahan namun pasti, pusaran es itu mulai menghilang, meninggalkan Sana yang terkulai lemas di dekapan Taehyung. Dan juga Jungkook yang jatuh terduduk dengan nafas terengah. Jungkook tersenyum menatap Taehyung yang juga balas tersenyum. Para Polisi telah mengerubungi mereka sambil menodongkan senjata. Baru saja salah seorang Polisi hendak menggapai lengan Taehyung, sang empunya lengan telah menghilang bak debu bersama Jungkook juga Sana, meninggalkan para Polisi yang sibuk tercengang.

Betapa kuatnya seorang Jeon Jungkook

.

.

'Jungkook-ah, kau sudah mendengar beritanya?', suara Yoongi terdengar dari ponsel yang menempel di telinga Jungkook. Sang empunya ponsel menghela nafas pelan.

"Ya hyung. Apa yang harus kita lakukan?"

Jungkook sungguh kalut. Bayangan dalam mimpinya seperti akan benar-benar terjadi. Ia harus melakukan sesuatu jika tidak ingin keluarganyadibantai pihak militer. Masih ada 3 hari sebelum gencatan senjata dimulai. Dan mereka harus melakukan sesuatu.

"Hyung, bagaimana kalau kita temui Presiden? Buat dia berubah pikiran", terdengar helaan nafas Yoongi di seberang sana.

'Kau yakin Jungkook-ah? Kita tak mungkin bisa masuk semudah itu. Setidaknya kita harus melewati blokade militer untuk menemui wanita itu.'

Jungkook memutar bola matanya malas. Apa Yoongi lupa siapa mereka sebenarnya?

"Hyung, apa Jimin terlalu sering memukul kepalamu hingga kau lupa kalau kita Demion? Demion bisa teleportasi!", pekik Jungkook kesal. Ia yakin saat ini Yoongi sedang memasang tampang bodohnya.

'Ups Sorry.. Kalau begitu, besok kita temui wanita itu. Buat dia ingat siapa yang menyelamatkannya dulu'

.

.

Taehyung menatap sebuah alat di tangannya dengan pandangan berbinar. Senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya. Perlahan ia membawa tangannya untuk mengusap perut datarnya.

.

.

TBC