Disclaimer: J.K Rowling for the characters, ficnya punya saya
Warning: yaoi, bxb, shou-ai, bit threesome, uke!George, uke!Fred Jr, seme!Fred, Prewett!George, twins!Fred and Fred Jr, misstypos, genderbend, alur bisa cepet ataupun lambat, if you don't like yaoi you can go back.
Main Pair: Fred x George, Teddy x Fred Jr
Slight Pair: Fred Jr x George, Draco x Harry, Ron x Hermione
DLDR! RNR!
.
=o^o=
You love me, right? (No! His love for me!)
.
.
George Prewett, seorang pemuda berumur 23 tahun yang biasa-biasa saja, menurutnya sendiri. Tapi menurut orang lain, George adalah pemuda berambut merah, iris safir jernih, dengan wajah manis dan sifat pemalu serta pendiam. Mencapai semester terakhirnya pada tahun ini di Universitas Hogwarts yang terbagi menjadi empat, yaitu Gryffindor, Slytherin, Ravenclaw, dan Hufflepuff. Dia tertempatkan di bagian Gryffindor, lumayan menguntungkan.
Dia sudah tinggal sendiri sejak masih kecil, semua kebutuhan hidupnya dialah yang memenuhinya, sendiri. George juga tidak memiliki banyak teman, hanya sedikit, masih bisa dihitung jari. Tapi teman yang benar-benar dekat? Nah, dia tidak memiliki itu.
George suka membaca buku, sangat suka, bahkan orang lain pun akan menatapnya aneh bila mereka melihat dirinya berjalan sambil menutupi wajahnya dengan buku tebal. Seorang kutu buku yang pantas dibully, begitulah kesehariannya di kelasnya.
Setiap masuk kelas, pasti tempat duduknya ada yang menyoreti dengan spidol permanent, menyembunyikan tasnya entah di mana, mengejeknya karena baju yang selalu dikenakan olehnya, ataupun menyiraminya dengan seember air kotor ketika akan pulang (mereka tak mau berurusan dengan dosen yang akan bertanya kenapa George basah kuyup ketika memulai kelas, tentunya). Tapi, George sudah terbiasa dengan itu –dia terkesan tak peduli.
Seperti saat ini, dia mengabaikan tatapan mencemooh dari orang-orang karena berjalan sambil membaca buku dengan memakai masker putih. Dia masa bodo saja dengan yang lain, yang penting bisa fokus ke bacaannya –bila saja tak ada yang menarik tangannya secara mendadak.
"Whoa," serunya kaget.
"Akhirnya kena kau, Fred! Sudah lama aku mutar-mutar mencarimu!"
George mengernyit heran pada orang di depannya ini, pria itu memegang tangannya erat dengan tatapan kesal padanya, mulut dan hidungnya ditutupi oleh masker berwarna hitam.
"Kerasukan apa kau sampai melamun, Fred?"
"Anu, mungkin kau salah orang, aku bukanlah Fred atau siapapun yang aku sebut itu," balas George.
Pria di depannya tertawa kikuk, "Jangan bercanda kali ini, kau sudah membuatku kalang kabut karena menghilang dariku."
"Maaf saja, tuan. Tapi aku benar-benar bukan Fred yang kau maksud." George mendengus kasar, dia meninggalkan laki-laki yang sekarang melihatnya shock.
Untung saja dia tidak mengejarnya, George bisa menghela napasnya lega karena itu. Bisa saja orang tersebut ternyata keras kepala dan masih menganggapnya adalah Fred yang bahkan dia tidak tahu siapa itu.
George kembali melanjutkan kegiatannya tadi, tapi sekarang dia memilih untuk duduk di bangku yang dipayungi oleh kerindagan pohon besar.
Tapi lagi-lagi, ada yang mengganggunya dengan menepuk pundaknya dari belakang. George menoleh ke arah yang menepuknya dengan sebal, tidak bisakah dia tenang untuk beberapa waktu?
"Astaga, Fredie, kukira aku akan kehilanganmu."
Baiklah, ini sepertinya ada yang mengganggunya sore-sore dengan membuatnya bingung. Tadi Fred, sekarang Fredie? Yang benar saja!
George mengerjap sebentar, orang di depannya hampir terlihat sama dengan orang tadi –bedanya hanya masker yang dia kenakan sama dengan dirinya.
"Fredie? Kau tak apa, kan? Kau tak pernah melamun seperti orang bodoh begitu, dan apa kau terlihat pendek? Aku baru sadar jika tinggimu hanya sekitar 6 cm lebih pendek dariku."
Kening George mengkerut, dia tersinggung pasal tinggi badan.
"Baiklah, jika kau ingin mengerjaiku, lakukanlah secara langsung tanpa membuatku bingung!" Balas George keras, menutup novelnya kasar dan memandang orang di depannya sebal.
Pria di depannya ber-'huh' ria, "Apa maksudmu?"
"Tadi, di sana," jawab George memulai, menunjuk ke tempat terakhir dia berdiri. "Dirimu, mengatakan bahwa aku adalah Fred, lalu sekarang kau berganti masker dan mengatakan bahwa aku adalah Fredie?" lanjutnya.
"T-tunggu dulu, k-kau bukan Fredie?"
George mengangguk sebagai jawaban. "Benar."
"O-oh astaga! Maafkan aku, ternyata aku salah orang," ucap pria di depannya menatapnya bersalah.
"Salah ora-"
"FRED!"
Perkataan George terpotong oleh teriakan, dia semakin bingung ketika pria pertama yang salah orang berlari kecil ke arah mereka –atau tepatnya, pria di depannya ini.
"Fredie!" Pria di depannya lantas membalas.
"Jangan menghilang, bodoh!"
"Aku hanya berjalan-jalan!"
"Setidaknya bilang padaku dulu!"
"Aku sudah mengatakannya padamu, tapi kau mungkin tuli!"
Kedua pria itu terus bertengkar, membuat George merasa terabaikan di sana. George sudah akan pergi bila dia tidak ditahan kembali oleh keduanya.
"What?" tanyanya polos.
"Ehm, yah, kami hanya bilang, uh."
"Fred mau mengatakan bahwa kami meminta maaf karena telah salah mengiramu sebagai saudara kami."
George tersenyum kecil, dia menganggukkan kepalanya pelan. "Tidak apa, toh kita pasti salah orang bila kita memakai masker begini," ujarnya mulai membuka maskernya.
Dua pria itu menatapnya antara horror dan tak percaya, membuatnya sedikit gugup. "Kenapa?"
"Fredie, sepertinya kita harus periksa mata atau apa?"
"Entahlah, sebaiknya kita berkenalan saja. Bagaimana?"
"Boleh."
"Aku, adalah Fred Weasley," ujar pria bermasker putih yang diketahui bernama Fred, membuka juga maskernya.
Kini George yang terkejut melihatnya.
"Dan aku, adalah Fred Weasley II, adik kembar Fred," tambah pria kedua yang bermasker hitam yang juga bernama Fred, membuka maskernya juga.
George rasanya ingin mengeluarkan bola matanya melihat dua laki-laki di depannya ini memiliki wajah yang sangat-sangat 'sangat' sama persis dengannya!
George berdehem sebentar, "Bagaimana aku memanggil kalian kalau nama kalian berdua sama?"
"Well, aku sering dipanggil Fredie oleh keluargaku serta sahabatku, dan Fred II oleh teman-temanku," jelas Fred II membuat George mengangguk paham, "dan kau?"
"George Prewett."
Fred menyeringai sebentar. "Aku bertaruh, karena wajah kita sama, tanggal lahir kita pun pasti sama!"
"Taruhan yang bodoh," tanggap Fred II memutar matanya bosan, "tapi aku ikutan saja," lanjutnya kemudian menunjukkan cengiran riangnya. "Aku bertaruh, meski kita sama, tapi ulang tahun kita tidak sama! Katakan tanggal berapa ulang tahunmu, Georgie."
"1 April," jawab George sedikit geli dengan taruhan mereka berdua.
"AKU MENANG, FREDIE! Tanggal lahir George sama dengan kita!"
"Tanggal lahir kalian juga 1 April?!" Seru George kaget, Fred dan Fred II mengangguk. Kebetulan yang mengerikan, pikirnya.
Fred II membalas perkataan Fred, "Umur, aku yakin umur kita berbeda!"
"Baiklah," ujar Fred, "umur kami 24 tahun, kau?"
"23 tahun."
"HAH! MAKAN ITU FRED! Sekarang aku yang menang!" Fred mendengus sebal mendengar seruan kemenangan kembarannya.
George tertawa melihatnya, "Ahaha! Kalian lucu!"
Kedua Fred itu kemudian memandanginya seiring hilangnya tawa George yang kini menatap balik dengan heran. "Apa?" tanya George penasaran bercampur gugup.
Dua-duanya tak menjawab, tapi langsung memegang kedua tangannya masing-masing dengan tangan mereka sendiri, wajah mereka menjadi serius, wajah George sedikit memerah.
"Menikahlah denganku!"
George mematung mendengar perkataan yang sama itu, sedikit mencernanya sebentar. Lalu...
"Eh? EEEEEHHHHHH?!" George berteriak keras, wajahnya semerah rambutnya sekarang. "T-TAPI, KITA, TAPI BAGAIMANA, KENAPA-KITA BARU SAJA SALING MENGENAL!"
Fred terkekeh kecil melihat kegugupan George, dia menarik tubuh itu untuk makin berdekatan dengan tubuhnya sendiri. "Kau akan menikah denganku," ujarnya tenang mencium punggung tangan George lembut.
"A-"
Ucapannya terpotong, Fred II sudah terlebih dahulu menarik tubuhnya untuk didekap oleh dirinya sendiri –seperti berniat menjauhkannya dari Fred. "Atau, kau akan melupakan si bodoh itu dan menikah denganku," ucapnya riang tepat di telinga George, hingga dia bisa merasakan napas hangat Fred II.
"Guys, aku-"
"Menjauh dari Georgie-ku, Fredie."
"Kau yang menjauh darinya, Fred."
"Dia milikku!"
"Bukan, dan dia hanya milikku!"
"Mimpi saja kau! Dia adalah Georgie-KU!"
"Ohoho, kau yang bermimpi Fred."
Keduanya bertatap tajam, seolah ada aliran listrik di antara mata safir mereka.
"Teman-teman! Ak-"
"Katakan George! Kau memilih siapa dari kami?!"
BLETAK! BLETAK! OUCH!
"Aduh," ringis Fred II mengusap kepalanya yang terkena jitakan George, begitu pula Fred.
George menatap mereka setengah malu setengah kesal, "Dengar, aku tidak akan memilih salah satu dari kalian, dan aku TIDAK AKAN MENIKAH sebelum umurku mencapai 24 TAHUN!" Seru George menekan beberapa kata, tapi mereka mewek mendengarnya.
"Tentu, kau pasti akan memilih satu dari kami, George, kami yakin itu," balas Fred menyeringai.
"Dan itu bukan sekarang, pastinya di waktu yang akan datang," lanjut Fred II riang.
George menggumam tak jelas, "Terserah kalian saja."
"By the way, kau tinggal di mana, Georgie?"
"Di Privat Dive, nomer 3, rumah peninggalan orangtuaku."
"Oh, aku minta maaf, George."
"Tidak apa, Fredie. Toh, aku sudah sering sendirian."
Fred lantas membisiki sesuatu pada Fred II, setelah itu mengangguk secara bersamaan. "Kalau begitu, biarkan kami menjadi temanmu!" Balas Fred riang.
Fred II mengangguk setuju, "Keluarga kami menerima siapa saja, di Burrow masih ada tempat bila kau ingin tinggal," tambahnya bersemangat.
George terkekeh kecil. "Tak apa, lagipula kalian sudah tahu di mana rumahku, kalian bisa main kesana kalau ada waktu," balasnya dengan senyuman tipis.
"Kami akan mengunjungimu setiap hari!" Seru keduanya bersamaan, dengan kata-kata yang sama pula.
"Apa.. itu tidak terlalu berlebihan? Setiap hari? Kalian pasti ada urusan juga," ujar George merasa tak enak pada dua teman barunya.
Fred II menggeleng, "Setidaknya salah satu dari kami bisa berkunjung ke tempatmu." Lalu mengangkat bahunya.
"Agar memastikan dirimu baik-baik saja," lanjut Fred.
"Baiklah?" ujar George tetap merasa tak enak, "aku harus pulang, sudah sore."
"Mau kami antar?"
"Mumpung Fred membawa mobil."
"A-ah, tidak usah! Aku membawa sepeda kok! Sampai jumpa!" Pamit George buru-buru, dia tidak ingin merepotkan sang kembar tersebut lebih jauh, jadi dia dengan cepat berbalik badan lalu melambai sebentar pada mereka, setelah itu menghilang di antara kerumunan.
Fred II mengerling pada kakaknya, "Aku akan mendapatkan Georgie," ujarnya berbinar.
"Jangan harap Fredie," balas Fred menarik gemas pipi Fred II lalu secepatnya kabur dari kekesalan Fred II –dia tidak pernah suka pipinya ditarik maupun dicubit oleh siapapun, meski Fred adalah pengecualian.
George juga sebenarnya tak langsung pergi, dia memperhatikan keduanya dari jauh, memikirkan pernyataan dari sang kembar tadi membuat wajahnya memerah.
Benar-benar hari yang penuh kejutan!
.
=o^o=
.
Fred dan Fred Jr Weasley, pasangan prankster yang bisa membuat semua orang kelimpungan sana-sini karena kejahilan mereka, sementara yang sudah dekat dengan sang kembar itu hanya bisa menghela napas pasrah bila sudah berhadapan dengan salah satu trik keduanya. Fred dan Fred II adalah kembar identik, sangat identik, hingga orang-orang yang sangat mengenal mereka pun susah membedakannya –kecuali Ibu mereka sendiri.
Perbedaan yang mencolok mereka yaitu Fred lebih tinggi dari adiknya, tapi yang lain sama sekali tak menyadarinya (Fred II selalu mencemooh karena hal ini). Dan, mata Fred lebih tajam dari mata Fred II, serta suara Fred II lebih cempreng.
"Fred! Fred!"
"Fredie diamlah, aku memang suka saat kau selalu menyebut namaku, tapi suaramu terlalu cempreng."
"Dih."
Fred tertawa melihat raut kesal milik Fred II, lalu menyuruh Fred II duduk di sampingnya. "Katakan, ada apa?"
"Mau jalan-jalan di pusat taman?" ajak Fred II bersemangat, memegang kunci mobil milik Fred.
"Aku sedang malas, Fred," balas kakak kembarnya menghela napas panjang sambil meregangkan badannya karena terlalu banyak tiduran di sofa.
Fred II cemberut, "Ayolah!" Paksa Fred II menarik-narik tubuh Fred agar segera berdiri.
"Baiklah-baiklah, ayo, jangan lupa maskermu."
Fred II bersorak riang saat Fred mulai beranjak dari duduknya dan mulai menyalakan mesin mobil, dia tak lupa untuk memakai masker hitamnya, sedangkan milik Fred masker putih. Fred II makin bersemangat ketika mereka mulai sampai di taman, mereka hanya memutar-mutari taman saja untuk bersenenang-senang –sambil bercanda tentunya. Tapi sayang sekali, saat Fred II sedang asyik melihat pancuran air, Fred yang biasanya berada di sampingnya mendadak hilang.
"Fred?" panggilnya menoleh ke sampingnya, tapi tak menemukan siapa-siapa, panik seketika. Dia menolehkan kepalanya kesana dan kemari hanya untuk mencari sosok pria berambut merah dengan iris safir yang memakai masker berwarna putih.
Dan dia akhirnya menemukannya.
Anehnya, satu hal yang benar-benar membuatnya heran, Fred bukankah tidak membawa apapun selain jaket, dompet, dan mobilnya? Lalu kenapa dia bisa memperoleh sebuah buku yang kini dibacanya dengan santai sambil berjalan?
Fred II tak memikirkan apapun, dia langsung menghampiri orang yang dia kira Fred itu dan menarik tangannya dari belakang.
"Whoa!" Dia berseru, Fred II heran sekali lagi, suaranya cempreng.
"Akhirnya kena kau, Fred! Sudah lama aku mutar-mutar mencarimu!" Ujar Fred II.
Pemuda yang dia kira Fred (pertamanya, sebelum dia punya pendapat lain bahwa yang di depannya bukanlah Fred) mengernyit heran padanya, mungkin heran karena dirinya memegang tangannya erat dengan tatapan kesal padanya, mulut dan hidungnya juga ditutupi oleh masker berwarna putih hingga dia tak bisa melihat keseluruhan wajahnya.
"Kerasukan apa kau sampai melamun, Fred?" tanya Fred II mengangkat sebelah alisnya bingung, saudara kembarnya memang jarang melamun.
"Anu, mungkin kau salah orang, aku bukanlah Fred atau siapapun yang aku sebut itu."
Fred II tertawa dengan kikuk, "Jangan bercanda kali ini, kau sudah membuatku kalang kabut karena menghilang dariku."
"Maaf saja, tuan. Tapi aku benar-benar bukan Fred yang kau maksud." Pemuda itu mendengus kasar, dia meninggalkan Fred II cepat yang sekarang melihatnya shock.
"Oh astaga, dia bukan Fred," gumamnya tak percaya, tapi lebih memilih kembali mencari saudaranya tersebut.
.
"Hey, Fredie," panggil Fred pelan pada adiknya yang sibuk menatap pancuran air, dia sedikit kesal karena diabaikan. "Fred, aku jalan-jalan sebentar." Pria itu diam-diam pergi dari samping Fred II sambil menyeringai jahil, setelah dia sadar pasti dia akan panik, pikirnya.
Fred mengitari taman tersebut sambil bersenandung pelan, sebenarnya dia hanya sebentar saja untuk meninggalkan Fred II, tapi ketika dia kembali ke tempat saudaranya semula, kembaran tersayangnya menghilang!
Fred jadi ikut panik.
Dia mencari Fred II ke penjuru taman, bila dia kembali pulang tanpa adiknya, sudah pasti dirinya akan diamuki oleh sang Ibu tercinta. Lalu, dia menemukan seseorang yang dia kira sebagai Fred II, sedang duduk di bangku sambil membaca sebuah buku.
Aneh, adalah kata yang pertama lewat di otaknya, bukannya Fred II tidak membawa buku apapun? Maskernya bahkan diganti! Tapi, Fred merasa bodo amat dengan itu.
Fred menepuk bahu orang tersebut dari belakang, dan dia sekarang dihadiahi tatapan yang sebal, seperti menuju padanya, seakan berbicara 'siapa saja jangan ganggu aku!'.
"Astaga, Fredie, kukira aku akan kehilanganmu," desah Fred menghela napasnya lega.
Dia terlihat bingung, Fred memandangnya bingung juga.
Pria yang dia sangka sang adik mengerjap sebentar, seakan pernah melihatnya, dan kemudian sedikit melamun.
"Fredie? Kau tak apa, kan? Kau tak pernah melamun seperti orang bodoh begitu, dan apa kau terlihat pendek? Aku baru sadar jika tinggimu hanya sekitar 6 cm lebih pendek dariku," ujar Fred penasaran, tapi sepertinya dia tersinggung dengan perkataannya –terlihat dari keningnya yang mengkerut tak suka.
"Baiklah, jika kau ingin mengerjaiku, lakukanlah secara langsung tanpa membuatku bingung!" Balas pemuda itu keras, menutup novelnya kasar dan memandang Fred dengan sebal.
Fred ber-'huh' ria, "Apa maksudmu?" dia jadi ragu apakah orang di depannya ini adalah adiknya atau bukan.
"Tadi, di sana," jawab orang itu memulai, menunjuk (yang sepertinya) ke tempat terakhir dia berdiri. "Dirimu, mengatakan bahwa aku adalah Fred, lalu sekarang kau berganti masker dan mengatakan bahwa aku adalah Fredie?" lanjutnya.
Fred terperanjat kaget, dia bukan Fred II! "T-tunggu dulu, k-kau bukan Fredie?"
Pemuda itu mengangguk sebagai jawaban, "Benar."
"O-oh astaga! Maafkan aku, ternyata aku salah orang," ucap Fred menatapnya bersalah.
"Salah ora-"
"FRED!"
Perkataan pemuda tersebut terpotong oleh teriakan, Fred mengernyit saat melihat seseorang berlari ke arah mereka –atau tepatnya, ke arahnya. Kemudian matanya melebar, itu Fred II!
"Fredie!"
"Jangan menghilang, bodoh!"
"Aku hanya berjalan-jalan!"
"Setidaknya bilang padaku dulu!"
"Aku sudah mengatakannya padamu, tapi kau mungkin tuli!"
Mereka berdua terus bertengkar, hingga tak sadar bahwa mereka telah mengabaikan pemuda tersebut, dan mendadak berhenti bertengkar sebab pemuda itu akan pergi, keduanya memegang masing-masing tangan pemuda itu.
"What?" tanyanya polos.
"Ehm, yah, kami hanya bilang, uh." Fred benar-benar bingung bagaimana caranya meminta maaf padanya, dia tak tahan dengan mata bulat beriris safir itu menatapnya heran.
Fred II memutar matanya bosan ketika tahu bahwa Fred sedang gugup, "Fred mau mengatakan bahwa kami meminta maaf karena telah salah mengiramu sebagai saudara kami."
Dia tersenyum kecil, kemudian menganggukkan kepalanya pelan. "Tidak apa, toh kita pasti salah orang bila kita memakai masker begini," ujarnya mulai membuka maskernya.
Duo Fred menatapnya antara horror dan tak percaya, membuat pemuda tersebut sedikit gugup. "Kenapa?"
"Fredie, sepertinya kita harus periksa mata atau apa?" Fred sedikit menahan tawanya.
"Entahlah, sebaiknya kita berkenalan saja. Bagaimana?"
"Boleh."
"Aku, adalah Fred Weasley," ujar Fred mulai membuka masker putihnya, memperlihatkan wajah yang persis dengan orang di depannya.
Kini pemuda itu yang terkejut melihatnya.
"Dan aku, adalah Fred Weasley II, adik kembar Fred," tambah Fred II juga membuka masker putihnya sambil nyengir.
Mereka ingin tertawa ketika pemuda itu melotot, terlihat tak percaya apa yang dilihatnya –memangnya siapa yang tak kaget bahwa ada 'lebih' dari satu orang yang berwajah sama dengannya?
Dia berdehem sebentar untuk menutupi kegugupannya, "Bagaimana aku memanggil kalian kalau nama kalian berdua sama?" tanyanya bingung.
"Well, aku sering dipanggil Fredie oleh keluargaku serta sahabatku, dan Fred II oleh teman-temanku," jelas Fred II membuatnya mengangguk paham, "dan kau?"
"George Prewett."
Fred menyeringai sebentar, dia memiliki ide baru di kepalanya. "Aku bertaruh, karena wajah kita sama, tanggal lahir kita pun pasti sama!" Serunya bersemangat
"Taruhan yang bodoh," tanggap Fred II memutar matanya bosan (lagi), "tapi aku ikutan saja," lanjutnya kemudian menunjukkan cengiran riangnya. "Aku bertaruh, meski kita sama, tapi ulang tahun kita tidak sama! Katakan tanggal berapa ulang tahunmu, Georgie."
"1 April," jawab George yang sedikit geli dengan taruhan mereka berdua.
"AKU MENANG, FREDIE! Tanggal lahir George sama dengan kita!" Teriak Fred langsung, tertawa lepas melihat wajah masam Fred II.
"Tanggal lahir kalian juga 1 April?!" George kaget, Fred dan Fred II mengangguk. Kebetulan yang mengerikan, pikir George.
Fred II membalas perkataan Fred, "Umur, aku yakin umur kita berbeda!" Ujarnya.
"Baiklah," ucar Fred, "umur kami 24 tahun, kau?"
"23 tahun."
"HAH! MAKAN ITU FRED! Sekarang aku yang menang!" Fred mendengus sebal mendengar seruan kemenangan Fred II yang ditujukan padanya.
George tertawa melihat mereka berdua, "Ahaha! Kalian lucu!"
Kedua Fred itu kemudian memandangi George –yang entah nampak sangat manis ketika tertawa, mereka terus memandangnya sampai George berhenti tertawa. "A-apa?" tanya George gugup.
Dua-duanya tak menjawab, tapi langsung memegang kedua tangan George masing-masing dengan tangan mereka sendiri, wajah mereka menjadi serius, wajah George sedikit memerah, mereka bertambah yakin bahwa George sangat manis.
Fred dan Fred II berkata bersamaan. "Menikahlah denganku!"
George mematung mendengar pernyataan itu, sedikit mencernanya sebentar. Lalu...
"Eh? EEEEEHHHHHH?!" George berteriak keras, wajahnya semerah rambutnya sekarang. "T-TAPI, KITA, TAPI BAGAIMANA, KENAPA-KITA BARU SAJA SALING MENGENAL!" Serunya benar-benar terkejut.
Fred terkekeh kecil melihat kegugupan George, dia menarik tubuh ramping pemuda itu untuk makin berdekatan dengan tubuhnya sendiri. "Kau akan menikah denganku," ujarnya tenang mencium punggung tangan George lembut.
"A-"
Ucapan George terpotong, Fred II sudah terlebih dahulu menarik tubuhnya untuk didekap oleh dirinya sendiri –seperti berniat menjauhkannya dari kembarannya. "Atau, kau akan melupakan si bodoh itu dan menikah denganku," ucapnya riang tepat di telinga George, membiarkan napasnya yang hangat menggelitik telinga George.
"Guys, aku-"
"Menjauh dari Georgie-ku, Fredie."
"Kau yang menjauh darinya, Fred."
"Dia milikku!"
"Bukan, dan dia hanya milikku!"
"Mimpi saja kau! Dia adalah Georgie-KU!"
"Ohoho, kau yang bermimpi Fred."
Keduanya bertatap tajam, seolah ada aliran listrik di antara mata safir mereka.
"Teman-teman! Ak-"
"Katakan George! Kau memilih siapa dari kami?!"
BLETAK! BLETAK! OUCH!
George menjitak kedua kepala itu keras, membuat keduanya mengaduh bersamaan.
"Dengar, aku tidak akan memilih salah satu dari kalian, dan aku TIDAK AKAN MENIKAH sebelum umurku mencapai 24 TAHUN!" Seru George menekan beberapa kata dengan perasaan malu dan kesal yang tercampur, tapi mereka mewek mendengarnya.
"Tentu, kau pasti akan memilih satu dari kami, George, kami yakin itu," balas Fred menyeringai tipis.
"Dan itu bukan sekarang, pastinya di waktu yang akan datang," lanjut Fred II tersenyum lebar.
"Terserah kalian saja," gumam George tak jelas.
"By the way, kau tinggal di mana, Georgie?" tanya Fred heran, memasukkan satu tangannya ke saku celana.
"Di Privat Dive, nomer 3, rumah peninggalan orangtuaku," jawab George pelan.
Fred II merasa tak enak, "Oh, kami minta maaf, George."
"Tidak apa, Fredie. Toh, aku sudah sering sendirian."
Fred lantas membisiki sesuatu pada Fred II, setelah itu mengangguk secara bersamaan. "Kalau begitu, biarkan kami menjadi temanmu!" Fred membalas riang.
Fred II mengangguk setuju, "Keluarga kami menerima siapa saja, di The Burrow masih ada tempat bila kau ingin tinggal."
George tertawa kecil. "Tak apa, lagipula kalian sudah tahu di mana rumahku, kalian bisa main kesana kalau ada waktu," balasnya dengan senyuman manis.
Keduanya berseru secara bersamaan, "Kami akan mengunjungimu setiap hari!"
"Apa.. itu tidak terlalu berlebihan? Setiap hari? Kalian pasti ada urusan juga." George terlihat sungkan pada mereka.
Fred II menggeleng keras, "Setidaknya salah satu dari kami bisa berkunjung ke tempatmu." Lalu mengangkat bahunya.
"Agar memastikan dirimu baik-baik saja," lanjut Fred nyengir lebar.
"Baiklah?" George tetap terlihat sungkan, "aku harus pulang, sudah sore."
"Mau kami antar?"
"Mumpung Fred membawa mobil." Fred II menimpalinya sambil merangkul Fred.
"A-ah, tidak usah! Aku membawa sepeda kok! Sampai jumpa!" Pamit George terburu-buru, dia seperti tidak ingin merepotkan sang kembar lebih jauh, jadi George kemudian berbalik badan dan menghilang di kerumunan setelah melambai pada mereka.
Fred II mengerling pada kakaknya yang ikut menyaksikan kepergian teman baru mereka, "Aku akan mendapatkan Georgie," ujarnya berbinar senang.
"Jangan harap Fredie." Fred menarik gemas kedua pipi Fred II lalu secepatnya kabur dari kekesalan Fred II sambil tertawa –dia tidak pernah suka pipinya ditarik maupun dicubit oleh siapapun, meski Fred adalah pengecualian.
Kali ini, mereka akan berlomba, siapa yang lebih cepat memiliki pemuda manis bernama George Prewett (jika mereka beruntung pastinya).
.
.
To be continued.
A/N: MAAPKAN SAYA KARENA PINDAH SHIP HIKS- saya gregetan dari dulu, mendingan ga usah threesome ga yah? Gitu terus, menghantui saya, MAKANYA SAYA UBAH HIKS- so, maaf kalau di chapter selanjutnya langsung banting setir beda pair :")
